59 : The Strongest Bond In The World

76 3 0
                                    

Suara ketukan pelan di pintu membuat Matthew mengangkat kepalanya dari layar monitor. Berpikir bahwa mungkin itu adalah sekretarisnya yang hendak memberitahukan sesuatu.

"Ya, masuk!"

Pintu itu pun terbuka, disertai oleh seraut wajah cantik yang muncul dari baliknya dan tersenyum kepada Matthew.

"Muffin?!"  Matthew segera berdiri dari kursinya dan melangkah tergesa ke arah pintu, sementara Juliet telah masuk ke dalam ruangam dan tersenyum semakin lebar melihat suaminya yang menyongsong kedatangannya dengan penuh semangat, penuh cinta dan ketulusan.

Matthew mengecup sekilas bibir lembut Juliet lalu memeluk tubuh istrinya dengan erat. "Kejutan yang sangat manis dan menyenangkan melihatmu datang ke kantor, Muffin. I really miss you."

"Matthew, sebenarnya aku ke sini untuk--" Juliet tak bisa melanjutkan kalimatnya lagi karena suaminya yang tak sabaran kini sudah melumat bibirnya dengan serakah. Sebuah ciuman penuh dengan kepemililan mutlak yang hanya kepada dirinya.

Juliet berusaha menghindar dari sergapan buas Matthew dengan memalingkan wajahnya ke samping dan meletakkan kedua tangannya di dada lelaki itu. "Matthew, tunggu dulu. Ada yang ingin kukatakan--"

Dan lagi-lagi Matthew membuat Juliet terbungkam dengan ciumannya yang bertubi-tubi. Bahkan kedua telapak tangan lelaki itu kini tengah bergerilya dan meremas lembut bongkahan bagian belakang tubuh istrinya yang terbalut rok sepan merah muda yang elegan.

Juliet selalu cantik dan bersinar, terutama sejak mengandung. Namun Matthew merasa sangat takjub dan gemas melihat penampilan Juliet hari ini.

Istrinya itu mengenakan setelan merah muda berupa atasan blazer dan rok sepan pendek dengan aksen bulu-bulu putih di pinggiran rok dan ujung lengan blazernya.

Ah, Muffin-nya memang sangat menawan. Matthew yakin, bahwa Tuhan pasti menciptakan istrinya itu saat sedang tersenyum, karena sosok Juliet yang terlalu sempurna.

Juliet hanya bisa meringis ketika Matthew malah semakin kuat meremas bokongnya, pertanda bahwa hasrat suaminya itu yang semakin tak terbendung. Ia berusaha melepaskan tangan Matthew, tapi tak jua berhasil karena kalah kuat.

"Matthew! Dengarkan aku dulu!" Sergahnya, namun Matthew malah kembali memagut bibir yang sejak tadi terus saja berbicara, dan ia lebih suka jika bibir Juliet menyambut ciumannya.

Juliet benar-benar tidak berkutik ketika suaminya itu malah membuatnya terduduk di atas sofa, dan bibirnya masih menjadi santapan yang nikmat untuk Matthew.

Ah, bagaimana ini? Juliet bingung dan tidak tahu bagaimana cara menghentikan serangan Matthew sebelum... sebelum...

"EHEM. Matthew Wiratama, kamu sungguh keterlaluan, Nak. Istri kecilmu itu sejak tadi kesulitan untuk berbicara jika kamu menubruk dan melahapnya seperti itu."

Matthew sangat terkejut dan sontak menghentikan perbuatannya, sementara Juliet hanya bisa meringis malu. Ketika sosok seorang wanita tua elegan dengan tongkatnya tengah berdiri di dekat pintu yang terbuka, menatap kedua suami istri itu dengan tajam.

"Oma?!" Matthew benar-benar tercengang melihat Oma Anita. Apa ia tidak salah lihat? Bukankah Oma telah mengultimatum dirinya bahwa Matthew tak lagi dianggap cucu dari keluarga Wiratama?

"Jangan terlalu beringas, Matthew. Ingat-ingatlah bahwa istrimu itu sedang mengandung," omel Oma Anita. "Dan jangan merasa bahwa anak itu hanya milikmu seorang! Dia juga adalah cicitku, pewaris Klan Wiratama!"

Dan Matthew pun semakin bingung dengan perubahan sikap Oma yang mendadak mengakui anaknya adalah bagian dari keluarga. Ada apa ini??

Matthew menatap Juliet dengan kedua alis terangkat serta sorot meminta penjelasan, namun istrinya itu hanya diam dan tersenyum manis. Lelaki itu pun kembali mengalihkan tatapannya kepada Oma Anita.

COME AND SERVE ME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang