Satu erangan panjang penuh makna akan kenikmatan dunia telah menguar di udara, diiringi oleh pergerakan Matthew yang akhirnya turun dari atas tubuh lemas di bawahnya.
Lelaki itu berusaha mengatur desau napasnya yang menderu seakan oksigen telah menipis di dunia. Kegiatan panas yang baru ia lakukan untuk menghukum Juliet telah membuat gadis itu kehabisan tenaga dalam diamnya.
Tak sekali pun Juliet memprotes atau pun memohon kepada Matthew untuk berhenti atau berbelas kasih padanya. Atau kepada anak mereka yang berada di dalam rahimnya.
'Kumohon bertahanlah, kita pasti bisa melalui semua ini.' Hanya kalimat itu yang terus-menerus diucapkan oleh Juliet berulang-ulang dalam hati untuk janinnya, selama Matthew menjamah tubuhnya tanpa henti.
Matthew melirik Juliet yang kini diam tak bergerak dengan kedua kelopak mata menutup dengan wajah pucat. Seketika kecemasan pun mulai merayap di sekujur tubuh lelaki itu.
"Juliet?"
Tak ada jawaban, malah kini wajah Juliet terlihat semakin pucat.
Dengan cepat, Matthew pun meraih ponsel di sampingnya untuk menghubungi dokter. Penyesalan yang selalu terlambat kini tengah menyelimuti dirinya.
Kemarahannya karena Juliet yang ingin pergi dari sisinya membuat Matthew gelap mata. Karena semua kata cinta yang keluar dari bibir ranum itu ternyata palsu. Karena Juliet selama ini ternyata telah berdusta.
Matthew begitu ingin menyakiti Juliet seperti bagaimana hatinya begitu sakit setelah mengetahui kenyataan bahwa ternyata ia hidup dalam kepalsuan.
Segera setelah dokter akan mengatakan akan datang dalam waktu singkat, Matthew segera melempar benda pipih itu ke sembarang arah lalu memeluk Juliet erat-erat dengan tangannya yang gemetar.
"Tak apa, Juliet. Tak apa, terus saja sakiti aku dengan kebohonganmu. Aku akan baik-baik saja. Asalkan kamu tetap disisiku. Tolong jangan pergi, jangan pergi..."
Ketakutan yang maha dahsyat tengah melanda lelaki itu. Ketakutan yang membuatnya tanpa sadar menitikkan air mata, merutuk kebodohannya yang terlupa bahwa kondisi gadisnya yang sedang rapuh.
Dan dirinya yang dungu ini malah mengunyah tubuh ringkih itu seperti seekor hewan buas yang kejam.
"Maafkan aku, Muffin... tolong maafkan aku..."
***
"Dia membutuhkan istirahat total paling tidak tiga hari, juga makanan yang bergizi, susu hamil, dan perbanyak buah-buahan dan sayuran. Selama kehamilan, hindari kegiatan yang terlalu menguras tenaga, termasuk aktivitas di ranjang."
Matthew menghela napas pelan saat mendapatkan ucapan serta tatapan tajam menusuk yang dipenuhi kekesalan dari Dokter Faiza, dokter kandungan yang menangani Juliet sekaligus saudara dari keluarganya. Oma Matthew dan Oma Faiza adalah adik kakak.
"Lalu bagaimana kondisi Juliet dan anak kami?" Tanya Matthew cemas.
"Kamu sangat beruntung untuk kali ini, Matthew. Tapi jangan menjadikan hal ini sebagai bandingan untuk lain kali! Semarah-marahnya dirimu, jangan pernah menyiksa calon istrimu yang sedang mengandung anak kalian!" Sergah Faiza dengan tatapan galak.
Kalau saja Matthew bukan seorang yang ia segani, mungkin Faiza sudah memukul wajah tampan itu karena kesal.
Matthew mengacak rambutnya frustasi. Sejak tadi wajahnya murung dipenuhi awan mendung, karena Juliet sama sekali tidak terbangun hingga hitungan dua jam.
Ketakutan luar biasa yang baru sekali ini ia rasakan, membuat kedua tangannga gemetar tak terkendali dan jantungnya tak berhenti berdetak begitu cepat bagai derap langkah kuda di lintasan lomba.
KAMU SEDANG MEMBACA
COME AND SERVE ME
RomanceJuliet Amanda, 19 tahun, adalah seorang gadis yatim piatu dan mahasiswi yang pintar namun sangat pendiam dan tidak memiliki teman. Bukannya ia tidak mau, tapi Matthew Wiratama, walinya, yang tidak mengijinkan gadis itu untuk memiliki teman. Matthew...