34 : The Risk He Should Take

127 5 0
                                    

"Damned!" 

Matthew mendorong tubuh Karina, lalu ia pun segera berdiri dan mengenakan satu persatu lapis busananya yang entah bagaimana berserakan di atas lantai sembari menatap Karina dengan sorot tajam menusuk.

"Cepat pakai bajumu, Karina. Ayo kita bicara!" Titahnya kemudian. Matthew mencari ponselnya yang terletak di atas nakas, lalu menekan nomor Darren dengan penuh emosi.

Namun kembali ia mengumpat dengan keras, karena ponsel sepupunya itu yang sama sekali tidak bisa dihubungi. Kemurkaan serasa membakar dadanya, karena situasi yang tiba-tiba saja berada di luar kendalinya. Juliet yang menghilang dan dirinya yang berada di ranjang bersama Karina, alih-alih bersama Muffin-nya.

BRAAK!!!

Karina menjerit kaget ketika Matthew mendadak menggebrak meja dengan sekuat tenaga. Untung saja meja itu terbuat dari material solid yang mampu menahan hentakan itu, hingga tidak terbelah dua.

"Jelaskan kenapa saat aku membuka mata, tiba-tiba saja Juliet menghilang dan kamulah yang berada di sini. Dan dimana dia?!" Manik coklat pasir itu seakan berubah menjadi nyala api yang bercahaya ketika menatap Karina yang meringkuk di kursi dengan tubuh menggigil karena gemetar ketakutan.

"Aku menunggu, Karina," geram Matthew lagi penuh peringatan. Sejak dulu, Matthew memang selalu menakutkan ketika sedang murka.

"A-aku tidak mengerti tentang keberadaan Juliet, Matthew. Yang aku tahu... Juliet mendadak menghubungi ponselku tadi," ungkap Karina membuka cerita dengan terbata.

"Juliet... meneleponmu?!" Ulang Matthew terkejut.

Karina mengangguk membenarkan. "Dia cuma bilang bahwa kamu memanggilku untuk datang ke rumahmu. Lalu menyuruhku untuk langsung masuk ke dalam kamarmu. Tapi sesampainya di sini, aku sama sekali tidak melihat Juliet dimana pun."

Matthew memijat kepalanya yang masih berdenyut nyeri dengan kening yang berlipat gusar. Matthew cukup mengenal Karina, dan gadis itu sepertinya berkata yang sebenarnya.

Lagipula, ia lebih percaya pada informasi dari Darren dibandingkan siapa pun. Namun masalahnya, kemana gerangan sepupunya itu? Tak biasanya Darren tak bisa dihubungi seperti ini.

Matthew berjalan keluar kamar dengan langkah lebar. Ia memanggil semua pelayan dengan suara yang menggelegar. Ketika semua telah berkumpul, ia pun menanyakan siapa yang melihat kepergian Juliet.

Hanya satu orang pelayan yang menyaksikan kepergian Juliet yang terburu-buru dengan dijemput sebuah mobil di depan gerbang.

Matthew kembali menggeram gusar. Sayang sekali, akses CCTV hanya dipegang oleh Darren. Hanya sepupunya itu yang bisa melihat siapa yang menjemput Juliet dari rumahnya.

'Tapi kemana perginya si brengsek itu?!'

Matthew lalu melemparkan tatapan penuh kemarahan kepada Karina yang langsung mengkeret.

"Kamu," tunjuknya lurus ke arah wanita itu. "Keluar dari rumahku sekarang juga, dan jangan pernah tampakkan wajahmu di depanku lagi. Mengerti, Karina?!"

"Ta-tapi... Matthew..."

"APA KAMU MENGERTI, KARINA??!!" Ulang lelaki bersurai coklat gelap itu dengan suara keras bagai petir yang menggelegar di tengah malam yang hening.

Wajah Karina pun sontak semakin memucat ketakutan melihat seraut wajah tampan namun benar-benar menakutkan bagai malaikat yang dirasuki oleh jiwa iblis.

Karina pun menggerakkan kepalanya mengangguk takut-takut. Ia mengerti, bahwa Matthew telah mengusirnya. Dan akan sangat berbahaya bagi keselamatannya jika Karina tidak segera angkat kaki dari rumah ini.

COME AND SERVE ME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang