66 : The Torture

69 2 0
                                    

"Dia pasti akan selamat dan bisa melalui ini semua. Kita harus tetap meyakini akan hal itu, Karina."

Perkataan Dokter Dharmawan itu hanya bisa sedikit membuat Karina agak tenang, meskipun air mata tak hentinya menganak sungai dari manik bening beriris hitamnya.

Ya, untuk saat ini tak ada yang bisa dilakukan selain menunggu keajaiban. Keajaiban yang akan membawa Virgo kembali dari koma.

Terbayang kembali ketika Karina ketika melihat pemandangan mengerikan di kamar lelaki itu. Tubuhnya lemas seolah tak bertulang saat menatap nanar ke arah lantai, yang telah dibanjiri cairan merah kental yang mengeluarkan bau besi yang tajam.

Darah. Darah Virgo, yang sedang tergeletak tak sadarkan diri, tak jauh hanya beberapa langkah dari Karina berdiri.

"Aku tidak mengerti." Karina berucap pelan sembari menatap Dokter Dharmawan yang duduk di sampingnya. Mereka sama-sama menunggu kabar dari Dokter Bedah yang sedang menangani Virgo di dalam ruang operasi.

"Kenapa dia ingin membahayakan nyawanya sendiri?"

Lelaki paruh baya berkaca mata itu pun menghela napas pelan. "Ini baru dugaanku, tapi mungkin Virgo ingin 'mengalahkan' Jeremy," sahut Dokter Dharmawan.

"Mungkin Virgo sengaja membuat dirinya terluka parah. Agar di antara kesakitan itu membuat salah satu dari mereka akan menyerah, lalu serta merta sirna dan menghilang. Hanya akan ada satu kepribadian yang akan bertahan dan menjadi pemenangnya," cetus Dokter Dharmawan. "Yaa... hipotesis ini memang cukup ekstrim, tapi kemungkinannya juga cukup besar."

Karina mengernyit, mencoba mencerna penjelasan dari psikiater yang selama ini menangani kasus Virgo.

Benarkah begitu?

Apakah ini karena ada hubungannya dengan pernyataan perasaan Virgo kepada dirinya semalam? Juga perkataannya yang tidak rela jika Jeremy menyentuhnya?

Tidak, tidak mungkin Virgo melukai diri sendiri hanya karena itu kan? Dia bersaing dengan Jeremy dalam rasa sakit?

Karina menundukkan wajahnya, menatap kedua tangan dengan jari yang saling berpaut di pangkuannya. Saking cemasnya dan kalutnya memikirkan Virgo, ia sampai tak sadar jika kesepuluh jemarinya telah membentuk formasi berdoa, hal yang sudah lama tak pernah ia lakukan lagi.

Tuhan, kumohon selamatkanlah Reiner...

Karina tidak tahu apakah doanya akan dikabulkan, mengingat dirinya bukanlah penganut yang taat. Tapi untuk kali ini, ia sungguh-sungguh berharap bahwa keajaiban itu ada. Dan Virgo akan tetap bertahan sebagai pemenangnya.

***

"Kenapa dia belum juga sadar, bukankah masa kritisnya telah lewat?"

"Kita masih harus bersabar, Karina. Virgo menyayat kedua pergelangan tangannya, dan darah yang keluar cukup banyak. Mungkin akan butuh waktu untuk pulih dan sadarkan diri."

Karina mendesah pelan mendengar penjelasan Dokter Dharmawan, lalu kembali mengalihkan tatapannya ke arah lelaki yang sedang terbaring di atas brankar.

"Buka matamu, Reiner!" Ucapnya tiba-tiba, bahkan ikut mengagetkan Dokter Dharmawan yang berdiri di sampingnya.

"Kamu kira Jeremy akan menyerah dan menghilang setelah menyakiti dirimu sendiri, hah? Dasar bodoh! Aku akan memukul kepalamu saat kamu sadarkan diri nanti, agar otakmu itu bisa berpikir dengan lebih baik!" Gerutunya.

Kemarahan gadis itu terlihat berbanding terbalik dengan air mata yang lagi-lagi keluar membasahi wajahnya. Karina buru-buru menghapus cairan bening itu sembari menggeram kesal.

"Aaarghh!! Menyebalkan sekali. Kenapa aku harus menangis untuk si bodoh ini sih?!" Ucapnya sembari menutup wajahnya dengan kedua tangan.

Karina merasakan tepukan pelan di bahunya, lalu gadis itu pun serta merta menoleh kepada Dokter Dharmawan yang melakukannya.

COME AND SERVE ME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang