74 : The Hostages

74 3 0
                                    

"Waah, mimpi apa nih saya semalam, tiba-tiba pagi-pagi begini sudah didatangi oleh dua orang gadis cantik?" Seru lelaki tua berperut buncit, yang memandangi Sienna dan Darren secara bergantian sambil mengerling genit.

Sienna mungkin bisa menahan diri untuk tidak menampakkan wajah mual, tapi beda halnya dengan Darren. Lelaki yang kini sedang menyamar menjadi wanita itu bolak-balik memutar bola mata dan berdecak sebal sekaligus jijik.

Saat ini Darren dan Sienna telah tiba di Kantor Kepala Desa, dan beruntung sekali karena bisa langsung bertemu dengan pejabat tertinggi di desa ini, yang bernama Pak Akhri.

Lelaki tambun berperut buncit itu menyambut Sienna dan Darren dengan wajah sumringah dan sangat ramah, kelewat ramah malah.

Sienna tersenyum manis sambil membetulkan letak kaca matanya. Sebenarnya ia muak melihat kilatan nakal di mata Pak Akhri, yang sejak tadi tak lepas menatap ke arah betisnya yang terpampang nyata. Hari ini Sienna memang mengenakan rok dengan panjang sedikit di bawah lutut.

Lelaki itu juga memandangi Darren yang sedang menyamar menjadi Darla dengan sorot penuh arti, yang hanya dibalas lelaki itu dengan melengos cuek.

"Kami ingin meminta ijin dan tanda tangan Pak Akhri selaku kepala desa," ucap Sienna membuka pembicaraan sembari menyodorkan map tebal berwarna hitam kepada lelaki tua itu.

"Untuk keperluan tugas kuliah, Pak. Kami mahasiswa jurusan Antropologi Budaya yang sedang melakukan penelitian lapangan. Kami mohon ijin dari Pak Akhri untuk pengumpulan data etnografis di desa ini," lanjut Sienna lagi, berusaha untuk terlihat meyakinkan.

Saat ini mereka bertiga tengah duduk di sofa saling berhadapan dengan Kepala Desa itu.

"Oh, jadi kalian ini mau minta tanda tangan saya ya?" Ulang Pak Akhri sembari tertawa jumawa penuh kebanggaan di dalamnya. Ia malah mengabaikan map yang disodorkan Sienna, tapi kemudian menepuk sisi sofa di sampingnya sambil menatap Sienna lekat.

"Coba kamu duduk dulu di sini, dan jelaskan sekiranya data seperti apa yang dicari. Nanti pasti saya bantu," ucap lelaki itu dengan senyum mesumnya yang menjijikkan.

Tadinya Sienna bermaksud hendak berdiri untuk duduk di sebelah Kepala Desa itu, namun tiba-tiba saja Darren-lah yang lebih dulu berdiri dan mengambil map hitam itu dari tangan Sienna.

"Biar aku saja," bisik Darren pelan agar hanya terdengar oleb Sienna. Mana mungkin ia diam dan hanya membiarkan gadis mungil berkacamata itu menjadi santapan predator menjijikkan berkedok Kepala Desa itu.

Tangan Darren gatal sekali ingin menonjok muka Pak Akhri yang sejak tadi memandangi bagian dada Sienna yang melekuk indah dari balik kemeja longgar dan menatap kaki jenjang gadis itu.

Damned! Kenapa pula Sienna mengenakan rok dan terlihat sangat manis hari ini sih?!

Gadis itu tampaknya berusaha keras untuk benar-benar terlihat seperti seorang mahasiswi.

Meskipun busana yang Sienna kenakan masih tergolong sopan, tapi apa dia tidak sadar pikiran lelaki yang kotor pasti akan membayangkan bagaimana rasanya menyingkap rok lebarnya dan menyentuh kulit putih dan lembut di baliknya?!

Darren berdecih dalam hati ketika melihat wajah Pak Akhri yang berbinar-binar saat ia duduk di sebelahnya.

"Ini proposal sekaligus surat permohonan ijinnya, Pak," ucap Darren dengan suara lembut dan senyum manis yang terukir di bibirnya, membuat Sienna yang berada di seberang sana melipat bibirnya ke dalam mulut untuk menahan tawa yang hendak menyembur keluar.

Semula gadis itu mengira Darren tidak ingin berpartisipasi menggoda Pak tua genit itu, tapi ternyata dugaannya telah salah.

"Terima kasih, Darla. Saya akan pelajari dulu proposal dari kalian." Pak Akhri mengambil map dari tangan Darren, lalu meletakkannya di atas meja di depannga begitu saja.

COME AND SERVE ME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang