53 : The Failed Experiments

88 3 0
                                    

"Matthew."

Lelaki itu mengalihkan tatapannya dari jendela ke arah suara lembut yang memanggilnya, lalu tersenyum saat seraut wajah rupawan mendatangi dan tiba-tiba saja memeluknya erat.

"Wah wah, ada apa ini? Aku pasti sedang bermimpi indah karena mendapatman sebuah pelukan dari seorang bidadari," goda Matthew.

Sebuah kecupan ia layangkan di ubun-ubun kepala Juliet, sebelum gadis itu melepaskan pelukan mereka untuk menatap manik coklat pasir itu.

"Ada apa, Muffin? Apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?" Tanya Matthew ketika melihat Juliet yang hanya diam saja menatapnya. Ia mengelus rambut panjang yang tergerai indah itu sembari merapikan helai-helainya.

Juliet menggeleng pelan, lalu kembali memeluk Matthew. Ia tidak ingin Matthew tahu bahwa ia telah mendengar pertengkaran antara lelaki itu dan Oma Anita.

Dan bagaimana hal itu sedikit banyak mempengaruhi Matthew, terlihat dari bagaimana Juliet memergokinya yang sedang melamun menatap ke jendela.

"Aku sayang kamu," ucap Juliet tiba-tiba, yang menimbulkan secarik senyum di bibir Matthew.

Pernyataan rasa itu sungguh langka dan sangat jarang keluar dari bibir gadis itu, tak seperti Matthew yang hampir setiap saat menyatakannya kepada kekasihnya tanpa pernah merasa jemu.

"Tapi aku takut."

"Hm? Memangnya apa yang kamu takutkan, Muffin?"

Juliet terdiam untuk sesaat. "Berjanjilah kamu tidak akan meninggalkanku, Matthew. Apa pun yang terjadi, kita akan selalu bersama," ucap gadis itu dengan manik yang berkaca-kaca, sebuah permintaan yang dulu juga pernah diucapkan oleh Matthew karena begitu takutnya kehilangan Juliet.

"Berjanjilah jangan seperti hujan yang hanya datang untuk pergi, karena sesungguhnya aku tidak pernah ingin kehilanganmu, terlepas dari apa yang telah kita lalui," bisik Juliet dengan suara lirih dan isakan kecil yang mulai terdengar dari bibirnya, saat sebuah firasat buruk yang terus menghantui gadis itu terasa kuat merobek dadanya.

***

Setelah menyelimuti tubuh Karina, Virgo pun memutuskan untuk turun dari tempat tidurnya yang telah acak-acakan seperti diterpa badai dahsyat.

Ia haus, dan berniat untuk beranjak menuju ke arah dapur demi sebotol air dingin untuk melegakan tenggorokannya.

Dengan hanya mengenakan bath robe hitam untuk menutupi tubuhnya, Virgo pun beranjak turun dan melangkah menuju pintu keluar kamar.

Namun sebelumnya, ia kembali memeriksa Karina hanya untuk memastikan bahwa gadis itu masih tertidur.

Seulas senyum tipis pun terlukis di bibirnya, ketika melihat Karina yang tetap memejamkan kedua mata dalam lelapnya.

Gadis yang sangat menarik. Dan harus Virgo akui, bahwa Karina telah berhasil memantik rasa ingin tahunya, dan membuatnya sangat penasaran.

Sesungguhnya Virgo benar-benar takjub ketika melihat Karina yang menghadapi para preman dengan sikap yang cukup berani sebelumnya. Tak ada rasa takut atau pun air mata yang menghiasi wajahnya.

Virgo memandangi wajah gadis yang sedang terlelap itu dengan penuh makna, dan dorongan untuk mengecup bibir penuh merah jingga lembut itu. Dan ia pun melakukannya, dengan sangat perlahan agar tidak membangunkan Karina.

Ketika lelaki itu keluar dari kamar, maniknya menemukan Dokter Dharmawan yang masih setia menunggu selama berjam-jam di area dapur. Lelaki itu terlihat fokus berkutat dengan laptopnya, dan mengangkat wajah saat Virgo datang untuk membuka kulkas.

COME AND SERVE ME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang