77 : The Adrenaline Rush

73 3 0
                                    

Adegan yang agak cringe ya gaes.

***

"DARREEEEN!! TOLOOONG!!"

Jeritan putus asa dari Sienna itu membuat  jantung Darren seolah terputus dari aliran darah.

Pukulan keras dan bertubi-tubi yang diterimanya dari pengawal Pak Akhri tak lagi dapat ia rasakan. Otaknya mendadak penuh dan fokus hanya ke satu tujuan.

Sienna.

Dengan tangan dan kaki yang terikat, Darren tahu kesempatannya sangat kecil untuk menang melawan tiga orang lelaki berbadan besar yang sejak tadi tak henti menyiksanya.

Seluruh tubuhnya mungkin telah dipenuhi lebam dan luka sekarang.

Semula ia merasakan kesakitan luar biasa yang tak tertahankan. Namun anehnya kini semua rasa sakitnya seolah telah menghilang entah kemana, tergantikan oleh kemarahan masif yang terasa membakar dadanya.

Semua karena suara jeritan itu.

Darren berbaring diam di atas lantai dengan tatapan datar yang mengarah ke arah langit-langit gudang yang tinggi, dan memutuskan bahwa ia tidak mau mati konyol di tempat busuk ini!

Karena jika ia mati, lalu siapa yang akan menolong Sienna? Darren sempat melihatnya dijambak dan diseret oleh bajingan Akhri itu. Lelaki laknat yang Darren yakini akan melakukan sesuatu yamg cabul kepada Sienna.

"Hah... hahahaaa.... haahhaa..."

Suara tawa yang tiba-tiba keluar dari bibir Darren yang dipenuhi luka itu membuat tiga orang lelaki yang sedang memukulinya pun menjadi heran.

"Heh! Sudah gila ya, tertawa sendiri?!" Bentak salah satu dari mereka yang sedang mencengkram bagian kerah depan baju Darren.

"Mungkin dia jadi gegar otak gara-gara kita pukuli," sahut lelaki yang lain.

Darren menatap lelaki di depannya. Bibirnya bergerak-gerak seolah sedang mengucapkan sebuah kalimat, namun suara yang keluar sangat pelan dan terputus-putus.

"... ann... muu... ti... "

"Apa?" Lelaki yang mencengkram bagian depan bajunya itu sontak mendekatkan telinganya ke mulut Darren, karena penasaran dengan apa yang dikatakan lelaki itu.

Diam-diam Darren pun menyeringai saat melihat pancingannya telah berhasil. Kini saatnya pembalasan. Saatnya untuk menyerang.

"AAAAAAAAAAHHHHKKK!!!"

Jeritan keras yang menyerupai lolongan kesakitan itu membuat bulu kuduk berdiri.

Tidak, jeritan itu bukan berasal dari Darren. Tapi dari lelaki yang kini tubuhnya telah terhuyung mundur, lalu jatuh ke atas lantai.

Sisi wajah bagian kanannya penuh berlumuran darah dan sekujur tubuhnya gemetar. Wajah lelaki itu terlihat antara kaget dan menahan sakit luar biasa.

Matanya melotot menatap Darren, yang di mulutnya sedang menggigit potongan telinga berlumuran darah.

Telinganya.

Darren meludahkan serpihan tubuh penuh darah itu ke lantai di sampingnya sambil terus menyeringai dingin bagaikan mengenakan topeng iblis.

"Kalian semua akan mati," ucap lelaki itu sambil tertawa kering, tawa tanpa makna lucu ataupun bahagia sama sekali di dalamnya. Tawa yang malah menimbulkan aura kengerian bagi yang mendengarnya.

Wajah tampan lelaki itu kini sudah tidak karuan penuh luka dan darah, darahnya sendiri dan juga darah orang lain.

Darren menyeringai melihat luka lelaki yang ia gigit kupingnya hingga putus itu kini telah kelojotan kesakitan di atas lantai gudang.

COME AND SERVE ME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang