71 : The Collaboration

67 3 0
                                    

"OM JOMPO!"

Darren berdecak sebal mendengar Sienna yang lagi-lagi memanggilnya "om" dan "jompo". Dasar bocah sinting! Mungkin lain kali Darren akan mempertimbangkan untuk memberi 'pelajaran' kepada bibir mungil yang seenaknya mengoloknya itu.

Sienna sebenarnya gadis yang cantik, walaupun mengenakan kaca mata besar yang hampir menutupi seluruh wajahnya yang kecil.

Hanya saja Sienna itu bukan tipe Darren sama sekali. Kalau untuk wajah, mungkin Darren akan memberikan nilai 95 kepada Sienna. Tapi untuk tubuh mungil dan kurusnya itu, pfftt... nilai 65 saja mungkin sudah sangat murah hati ia berikan.

Lelaki itu menatap tubuh Sienna yang masih terduduk di atas tanah becek berlumpur, dan bergidik jijik melihat noda coklat tua yang memenuhi bajunya.

Dengan satu tangannya, Darren mengangkat bagian belakang kerah sweater Sienna hingga gadis itu pun terangkat tinggi sampai kakinya tidak menyentuh tanah.

Sienna terlihat seperti kucing kecil yang tercebur got kotor jika diangkat seperti itu. Darren bahkan sama sekali tidak terlihat kesulitan meskipun hanya menggunakan satu tangan karena tubuh Sienna sangat ringan baginya.

"Ck, ck. Sebenarnya usia kamu ini berapa sih, hah? Kenapa masih suka lari-larian seperti anak kecil? Lihat, akhirnya kamu sendiri kan yang repot karena jatuh di atas tanah berlumpur!" Cetus Darren sambil menggeleng-gelengkan kepala.

Sienna pun cemberut. Ia meronta-ronta berusaha untuk melepaskan diri, namun tampaknya Darren malah tertawa geli melihatnya yang sudah belepotan lumpur.

"Turunin aku, Om! Aku bukannya lari-larian, tapi ada bapak-bapak gila yang mengejar dan mengancamku menggunakan parang, tahu! Serem! Makanya aku tidak melihat ada Om di depan karena terlalu ketakutan," ungkap Sienna.

"Hah? Bapak-bapak?" Ulang Darren sambil mengernyit. Ia pun melongok ke arah belakang Sienna, namun tak menemukan siapa pun di sana.

"Periksa dengan seksama area ini," titah Darren tiba-tiba, membuat Sienna baru tersadar jika Darren tidak datang sendirian ke makam ini, melainkan dengan membawa serta beberapa orang yang menganggukkan kepalanya patuh, lalu bergerak menyebar ke segala arah.

Seharusnya tadi Sienna melakukan hal yang sama, dengan membawa serta beberapa pengawal. Atau paling tidak, tidak sok-sokan mengusir Virgo yang ingin menemaninya.

Darren akhirnya menurunkan Sienna hingga kaki gadis itu pun bisa kembali menjejak tanah. Siena segera mengambil kaca matanya yang jatuh ke lumpur, dan meringis melihat banyaknya kotoran yang menempel di sana.

"Jangan dipakai, kecuali kamu ingin wajahmu juga dipenuhi lumpur," tukas Darren.

Tiba-tiba seorang lelaki anak buah Darren yang tadi muncul kembali, sembari melaporkan bahwa tak ada siapa pun yang mereka temukan, membuat Darren kembali menatap Sienna meminta penjelasan.

"Aku tidak berbohong!" Tegas Sienna. "Si Bapak gila itu terlihat marah karena aku memotret makam Mathilda, dan mengatakan bahwa makam itu terkutuk jadi tak seharusnya aku berada di sana. Lalu dia menjambak rambutku dan merampas ponselku," cetusnya kesal.

"Lalu dia juga mengejarmu dengan parang?" Lanjut Darren lagi, mengulang penjelasan Sienna sebelumnya yang langsung dibalas dengan anggukan tegas gadis itu.

Darren menatap gadis di depannya dengan seksama untuk beberapa saat. "Kamu ke sini sendirian?"

Sienna mengangguk, tapi kemudian menggeleng ragu. "Eh, awalnya sih aku diantar oleh sepupuku, tapi kemudian aku memintanya pergi."

"Sepupu?" Darren menaikkan satu alisnya yang pirang. "Maksudmu Virgo Reiner?"

Sienna mengangguk. "Om kenal dengan Virgo?"

COME AND SERVE ME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang