56 : The Naughty Girl

160 5 0
                                    

Karina mulai merasa bosan. Sejak tadi ia hanya menemani Virgo yang sibuk terus menerus menyapa dan mengobrol dengan para kolega bisnisnya .

Namun gadis itu juga tak bisa mengelak karena Virgo memeluk pinggangnya tanpa lepas seakan tidak ingin ia diam-diam menyelinap pergi. Huh, menyebalkan.

Saat Virgo sedang mendengarkan lawan bicaranya yang sibuk mengoceh tentang pasar saham, Karina pun berbisik pelan kepada lelaki itu.

"Aku mau ke toilet dulu."

Virgo pun mengalihkan wajahnya kepada Karina. "Mau kuantarkan?"

Gadis itu pun menggeleng kecil. "Tidak perlu. Cuma sebentar kok."

"Ya sudah. Jangan terlalu lama, atau aku yang akan menyusulmu ke sana."

Dan akhirnya Karina bisa bernapas lega setelah Virgo membiarkannya pergi. Duh, pesta ini membosankan sekali!! Sama sekali buka seperti ini bayangan Karina akan sebuah pesta yang sebenarnya.

Meskipun sang penyelenggara pesta adalah pasangan tua yang merayakan 25 tahun usia pernikahan perak mereka, tapi apa anak-anak mereka tidak memberikan nasihat kepada orang tuanya?

Dasar bodoh.

Alih-alih melangkah menuju toilet, Karina malah berbelok ke arah dimana meja makanan dan minuman berada. Manik besarnya pun sontak berbinar ketika melihat gelas-gelas dari kristal yang berjejer dipenuhi cairan emas berkilau.

Ah, alkohol sepertinya adalah yang paling ia butuhkan saat ini untuk sedikit mengendurkan urat syarafnya yang terasa tegang sejak tadi.

"Oh, maaf."

Karina menengadah, menatap kepada sosok lelaki yang barusan meminta maaf kepadanya karena tak sengaja tangan mereka bersentuhan saat memegang gelas alkohol yang sama.

Hm... ternyata lelaki ini lumayan tampan juga. Mengenakan tuxedo abu-abu dan bersurai dan bermanik coklat, sekilas mengingatkan Karina kepada Matthew. Ada kesan badboy juga yang terpancar dari sorot matanya. Keseluruhan penampilannya mendapatkan nilai 80 dari Karina.

"Halo, namaku Neil." Lelaki itu menjulurkan satu tangannya, setelah beberapa saat mereka hanya saling bertatapan dan saling mengagumi diam-diam dalam hati.

Karina memamerkan senyum menggoda, dan menyambut jabat tangan lelaki itu. "Karina," ucapnya singkat hanya menyebut nama.

"Dengan siapa kamu datang ke sini, Karina?" Tanya Neil membuka obrolan.

"Dengan seorang teman," sahut Karina jujur, meskipun tadinya ia berpikir untuk bilang bahwa ia sendirian. "Kamu?"

"Aku hanya sendirian," ringis Neil. "Ide yang sangat buruk untuk datang ke pesta seorang diri," keluhnya.

"Tidak terlau buruk juga. Kamu jadi bisa bebas menggoda para wanita cantik, kan?" Tutur Karina sembari tertawa kecil dan mulai mereguk alkoholnya.

"Hm... sepertinya kamu benar juga," sahut Neil sambil ikut tertawa. "Aku suka sekali dengan ide itu."

"Lihat, sebelah sana yang bergaun merah menyala," Karina menggerakkan dagunya sedikit ke suatu arah. "Wanita itu terus menatapmu sejak tadi. Dia cantik juga."

Neil pun segera melihat ke arah yang ditunjuk Karina dan benar saja, seorang wanita bergaun merah menatap lekat dan tersenyum kepada Neil.

"Dia cantik," cetus Neil, tapi sedetik kemudian mengalihkan tatapannya kembali kepada Karina. Lelaki itu pun mendekatkan wajahnya ke telinga Karina. "Tapi jujur saja, kamulah yang paling cantik di pesta ini, Karina," bisiknya.

"Ah, kamu manis sekali, Neil. Terima kasih untuk pujiannya," sahut Karina sembari tertawa kecil.

"Noo... I'm serious. Ok, aku akan benar-benar jujur sekarang. Sebenarnya sejak tadi aku sudah tahu kalau kamu datang bersama Virgo Reiner. Aku memperhatikanmu, Karina. Apa kalian berdua sedang menjalin hubungan?"

Karina berpikir sebentar, lalu ia pun menggelengkan kepalanya. "Kami cuma berteman baik," ucapnya kemudian.

Persetan dengan si Reiner yang sudah membuatnya bosan setengah mati itu, karena sekarang Karina hanya ingin bersenang-senang!

Manik coklat Neil terlihat berbinar mendengarnya. Menurut lelaki itu, Karina adalah gadis paling cantik dan seksi di pesta ini.

Dan meskipun sebelumnya gadis ini terlihat seperti tak tersentuh karena merupakan milik Virgo Reiner, tapi sekarang semuanya sudah jelas kalau ternyata Karina bukanlah kekasih Virgo.

"Senang sekali mendengarnya. Aku tadi mengira kalau kamu adalah pacar Virgo."

Karina dengan sengaja menatap Neil dengan tatapan menggoda. "Memangnya kenapa kalau aku bukan pacar Virgo, hm? Apa yang akan kamu lakukan?"

Neil tertawa kecil, menyambut godaan yang jelas terpampang di depannya. "Apa yang akan aku lakukan?" Ulangnya sembari menatap wajah cantik yang tersenyum di depannya.

"Entahlah. Tapi yang pasti... 'sesuatu yang sangat menyenangkan'."

Karina berpura-pura terkejut. Tapi kemudian ia malah meneguk alkohol di gelasnya hingga tandas, lalu menaruh gelas kosong itu di atas meja.

"Wow. Kamu membuatku sangat penasaran, Neil. Apa kamu akan menunjukkan 'sesuatu yang sangat menyenangkan' itu kepadaku?"

Karina tertawa dalam hati melihat wajah Neil yang sumringah. Lihat kan? Karina yakin jika ia sama sekali tidak kehilangan keahliannya dalam menggoda lelaki, tapi kenapa hingga kini ia tidak berhasil memancing Jeremy keluar?

Padahal jika diingat kembali, Karina sama sekali tidak sulit membuat Jeremy keluar waktu pertama kali itu. Ia hanya memamerkan senyumnya, sedikit gestur menggoda, dan mengecup bibir Virgo.

Semudah itu, dan Jeremy pun langsung muncul.

Padahal selama sebulan ini bersama Virgo, Karina selalu habis-habisan menggoda lelaki itu dengan berbagai trik yang ia kuasai dari yang termudah hingga yang tersulit.

Tapi tetap saja, Jeremy tak kunjung menampakkan dirinya lagi.

Karina harus menyelesaikan tugasnya untuk membuat Jeremy muncul, agar Virgo tak lagi menaham saham-saham miliknya. Dan juga agar Karina bida mandiri, dalam gelimang harta tanpa harus mencari sumber kekayaan dari lelaki lain lagi.

"Menunjukkan 'sesuatu yang menyenangkan' itu kepadamu? Dengan senang hati, Karina." Neil pun menarik tangan Karina untuk mengikutinya ke suatu tempat entah dimana.

Karena belum sempat Karina mengetahuinya, seseorang telah menghadang mereka dan tiba-tiba serta tanpa aba-aba memukuli wajah Neil dengan bertubi-tubi dan tanpa ampun.

***

"Kamu pasti sudah benar-benar gila, Reiner!" Karina membentak lelaki yang terlihat santai menyetir di sampingnya.

"Oh, koreksi. Kamu memang sudah gila, kan? Itu sebabnya kamu memiliki psikiater," lugas Karina lagi, setelah memikirkan Dokter Dharmawan sebagai dokter pribadi Virgo.

Secarik senyuman tipis menghiasi bibir Virgo kala mendengar perkataan pedas dari Karina. Ia sama sekali tidak tersinggung dibilang gila, karena sepertinya itu memang benar. Memiliki kepribadian lain di dalam dirinya memang bisa dikategorikan begitu.

"Neil sudah berani menyentuhmu. Tentu saja aku tidak tinggal diam, Nona. Sudah kubilang kalau kamu adalah kekasihku, kan? Walaupun pura-pura, tapi harga diri Virgo Reiner bukanlah pura-pura, Sayang. Jadi jika kamu berani menggoda lelaki lain lagi selain aku... yah, rasanya kamu bisa lihat sendiri apa yang terjadi tadi."

"Apa? Kamu akan memukuli mereka?" Cetus Karina tak percaya.

"Ya, itu sudah pasti," sahut Virgo enteng.

"Kamu mencoreng nama ayahmu sendiri kalau begitu."

"Tak masalah, ayahku tak pernah peduli juga dengan apa pun yang kulakukan di luar, selama itu tidak merepotkannya."

Karina pun sontak terdiam mendengarnya. Ada nada yang aneh dari intonasi suara Virgo yang sempat ia dengar.

Tanpa sadar, Karina menyentuh jemari Virgo yang berada di atas setir. "Kamu baik-baik saja, Virgo?"

Virgo terdiam sesaat, lalu membanting setir untuk menepi di pinggir jalan.

COME AND SERVE ME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang