31 : The Craziest Love

148 5 0
                                    

Matthew menginjak pedal rem dalam-dalam, lalu membanting setir ke kiri. Memberhentikan mobil di bahu jalan sebelum memutar badannya menghadap Juliet.

"Jadi kamu sudah sudah tahu?" Tanya Matthew antara heran dan juga terkejut.

"Mengenai hubungan terlarang antara ayahmu dan ibuku?"

Juliet membalas tatapan penuh tanya dari Matthew dengan mengurai senyum samar. "Ya, aku tahu."

Matthew menarik dagu Juliet agar bisa menatap manik legam itu untuk menyelami dalamnya misteri di dalam sana yang seolah tak bertepi. Mencari segala apa yang selama ini selalu disembunyikan oleh gadis itu.

Namun ia tetap tak jua berhasil menemukannya. Juliet memendamnya terlalu dalam, hingga tangan Matthew pun tak sanggup menggapainya.

Matthew mengecup kedua mata Juliet dengan lembut. "Jangan terlalu memikirkannya, Muffin."

Juliet memejamkan kedua maniknya saat Matthew mulai memberikan hujan kecupan lembut seringan kelopak bunga ke seluruh wajahnya. "Aku tidak akan memikirkannya," sahutnya pelan.

"Jika kamu tidak ingin, tak apa Matthew. Aku tidak akan memaksa untuk mengunjungi makam kedua orang tuamu lagi," ucap Juliet lagi sambil menatap manik coklat pasir yang juga balas menatapnya.

"Maafkan aku, Muffin. Suatu saat jika semuanya lebih tenang, aku pasti akan mengajakmu ke sana," ucap Matthew berjanji, yang dibalas oleh anggukan dan senyuman manis dari Juliet.

Matthew yang selalu tak bisa menahan diri melihat senyuman secerah mentari milik gadisnya, pun kembali melayangkan sebuah kecupan yang kali ini di tujukan di bibir manis milik Juliet. Kecupan yang semula ringan dan lembut, makin lama makin mendalam dan menuntut. Seiring hasrat yang semakin terpecut.

Tak peduli meski kini mobil berada di pinggir jalan raya, dengan banyaknya kendaraan yang berlalu lalang di samping mereka.

***

"Ingat, tidak boleh mengintip!" Seru Juliet yang berada di belakang Matthew dan menutup mata kedua mata lelaki itu dengan telapak tangannya.

Malam ini, Juliet berniat memberikan kejutan berupa candle light dinner simpel di teras kamar Matthew. Yang kemudian ia sulap menjadi dinner spot yang romantis.

Ada sebuah meja makan bundar berukuran sedang dilapisi taplak meja putih bersih, serta beberapa tangkai bunga mawar merah di dalam vas kaca. Tiga batang lilin dalam candle holder yang terbuat dari besi bercat emas membuat suasana semakin romantis.

"Taraaa!!" Juliet membuka tangannya dari kedua mata Matthew, saat akhirnya mereka telah sampai di tujuan.

"Muffin, ini sangat menakjubkan," ucap Matthew yang surprised melihat usaha Juliet memberinya kejutan. "Kamu yang merancang ini semua?"

"Uh-hum," sahut Juliet yang mengangguk dengan wajah bangga menjawabnya.

Ekspresi Matthew pun mendadak menjadi keruh saat mendengarnya. "Tapi kamu sedang hamil, Muffin. Jangan membuat letih dirimu sendiri."

"Haha... tenang saja, Matthew. Semua memang aku yang mengatur, tapi dengan dibantu oleh para pelayan," tukas Juliet dengan manik legamnya yang bersinar-sinar ceria.

"Hm. Oh ya?" Matthew mulai menikmati lengan lembut Juliet yang mengalung manja di lehernya. Sejenak lelaki itu pun berharap, bahwa mungkin untuk kali ini saja... Juliet benar-benar tulus bermanja-manja dengannya. Tak ada lagi berpura-pura, tak ada lagi rencana untuk lepas darinya.

Juliet memekik kaget ketika Matthew tiba-tiba saja mengangkat tubuhnya dan menyampirkan kedua kaki gadis itu melingkari pinggangnya.

"Kalau kamu terlalu menggemaskan begini, alih-alih makanan... aku malah jadi menginginkan dirimu sebagai menuku malam ini, Muffin..."

COME AND SERVE ME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang