"Matthew? Apa yang terjadi denganmu?!"
Matthew menatap datar kepada Oma Anita dan juga Karina yang baru saja datang ke rumahnya.
Ia baru saja hendak ke dapur untuk membuatkan susu hamil dan mengambil beberapa camilan untuk Juliet, ketika sayup-sayup ia mendengar suara mobil yang menderu di bagian entrance kediamannya.
Suara langkah kaki dua orang itu yang terdengar memasuki rumah pun sangat dihapal oleh Matthew. Namun ia masih dengan santai mengaduk susu dan mengambil camilan beberapa buah potong di dalam piring yang telah disiapkan oleh pelayan.
Oma Anita berjalan mendekati cucunya dan lekat memperhatikan wajahnya. Satu tangannya pun terulur memegang dagu Matthew, lalu menolehkan wajah lelaki itu ke kanan dan ke kiri.
"Apa yang terjadi dengan wajahmu?" Seru Oma ketika melihat lebam dan darah yang menghiasi wajah tampan itu. "Aku tidak percaya cucuku yang sabuk hitam bisa dibikin babak belur begini!"
Matthew menghela napas pelan dan melepaskan dagunya dari tangan Oma. "Aku habis dikeroyok sama preman," sahut Matthew asal. "Oh ya, ada apa Oma datang kemari?" Matthew melirik tajam ke arah Karina yang mengkeret ketakutan di belakang Oma.
Terakhir kalinya ia bertemu Matthew ketika mereka di atas ranjang dan sama-sama tidak berbusana. Alih-alih tergoda, Karina tidak pernah melihat Matthew semurka itu.
Dan Matthew mengancam akan menyiksa dan mengambil nyawanya jika Karina berani menampakkan wajahnya di hadapan lelaki itu.
"Halo, Karina. Berani sekali kamu muncul di hadapanku, Bitch! Rupanya kamu sudah bosan hidup, ya?" Dengan sengaja, Matthew menarik sebuah pisau dari laci, lalu dengan santai memain-mainkannya beberapa saat dengan jemari, sebelum dengan sengaja menghujamkannya dengan keras ke atas meja kayu hingga menancap.
Manik coklat pasirnya menatap lurus dan tajam ke arah Karina, dengan seulas seringai menakutkan tercetak di wajahnya.
"MATTHEW!!" Oma berteriak kesal melihat ancaman dalam bentuk nyata, yang diberikan Matthew untuk Karina yang terlihat semakin memucat dan gemetar ketakutan.
Masalahnya, Karina terlalu mengenal Matthew. Lelaki itu bukanlah seseorang yang hanya suka menggertak dengan ancaman kosong. Matthew itu jenis yang tanpa basa-basi langsung memotong jarimu, jika sekali saja ia berkata akan memotong jarimu.
"Bawa dia pergi dari sini, Oma. Karina juga sudah tahu kalau aku tak ingin melihat wajahnya lagi. Dan jangan mencoba untuk mengujiku. Jangan. Pernah." Matthew mendengus sembari membawa baki berisi susu hamil dan beberapa camilan sehat, lalu meninggalkan Oma dan Karina begitu saja. Tak peduli jika teriakan Oma begitu kuat hingga membuat para pelayan takut.
"Muffin?" Matthew masuk ke dalam kamar yang telah porak-poranda, tersenyum lebar ke arah Juliet yang menatapnya dengan pandangan kosong sembari bersandar di dinding.
"Ayo minum susu dulu. Aku juga bawa makan buah-buahan untukmu." Seolah tak terpengaruh atau mungkin tidak peduli dengan kondisi kamarnya yang berantakan, Matthew menarik lembut tangan Juliet untuk duduk di atas ranjang.
Lelaki itu memberikan segelas susu kepada Juliet, yang langsung diminum gadis itu dengan rakus. Matthew tersenyum melihat bagaimana Juliet membersihkan sisa susu di sudut bibirnya dengan punggung tangan.
Gerakan yang biasa, tapi terlihat menggemaskan bagi seorang lelaki yang sedang jatuh cinta.
Saat Matthew menyuapi Juliet dengan buah-buahan potong, gadis itu makan sembari menatap lelaki di hadapannya dengan kening berkerut.
Wajah Matthew mirip seperti habis dihajar habis-habisan. Bibirnya pecah dan berdarah. Pelipisnya pun memiliki luka yang hampir sama, tapi lebih parah. Pipinya terlihat membiru karena lebam. Pasti karena tadi Juliet menghantamkan vas bunga alumunium ke bagian itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
COME AND SERVE ME
RomanceJuliet Amanda, 19 tahun, adalah seorang gadis yatim piatu dan mahasiswi yang pintar namun sangat pendiam dan tidak memiliki teman. Bukannya ia tidak mau, tapi Matthew Wiratama, walinya, yang tidak mengijinkan gadis itu untuk memiliki teman. Matthew...