Juliet sedang duduk di kursi taman menunggu Matthew yang sedang ke kamar kecil, ketika sebuah suara isakan tangis dan bentakan tertahan membuatnya mengernyit.
"Jangan menangis!" Bentak sebuah suara lelaki dari arah belakang kursi taman yang diduduki Juliet, tepatnya dari balik rerimbunan tanaman di sana. Juliet memang tidak bisa melihat apa-apa, tapi ia bisa mendengar dengan jelas.
"Leon, lepaas. Hiks... sakit..." suara isakan lirih dan permohonan dari seorang perempuan pun juga terdengar setelahnya.
"Aku bilang jangan nangis, bego!! Baru segini saja sudah bilang sakit!! Terus menurut kamu apa aku juga tidak sakit, melihat kamu selingkuh dengan lelaki lain, hah?!"
"Kamu salah sangka. Aku tidak pernah sekali pun selingkuh, Leon. Saat itu Bram cuma mengantarku pulang karena aku lembur sampai larut malam."
PLAAAKKK!!
Juliet terkesiap ketika mendengar suara nyaring seperti tamparan disertai jeritan kesakitan si perempuan.
"Kamu bilang cuma mengantar?? CUMA?! DASAR JALANG!!"
Suara gusar lelaki itu tak pelak membuat Juliet berdiri. Ia pernah berada di dalam kondisi yang hampir sama, dan ia sangat yakin jika si lelaki tak lama lagi akan menjadikan si perempuan itu bulan-bulanannya.
"Loh, kamu?!" Juliet berpura-pura terkejut ketika menghampiri dua orang yang sedang bertengkar itu. Dengan sengaja, ia mendekati sang wanita dan memegang kedua tangannya. Juliet mengabaikan air mata serta pipi si wanita itu yang memerah bekas tamparan keras, dan bersikap seolah tak melihatnya.
"Apa kabar? Kamu ingat sama aku nggak? Kita kan dulu satu sekolah sewaktu SMP!" Juliet pun berucap akrab seakan mengenal wanita muda itu.
Si wanita itu sempat bengong selama beberapa detik. "O-oh... iya, r-rasanya aku ingat... kamu..," ucapnya dengan sedikit gelagapan.
"Aku Juliet!" Seru gadis bersurai panjang itu penuh semangat. "Kamu Giska, kan?"
Juliet tidak asal sebut nama. Sebelumnya ia melihat gelang couple yang melingkar di tangan gadis itu, dengan huruf di atas beberapa dadu balok kecil yang disusun membentuk tiga kata : Giska and Leon.
Si lelaki yang bernama Leon terlihat kesal dengan kedatangan Juliet yang ia anggap pengganggu, namun tak berkata apa pun selain menatap tajam Juliet.
"Ini pacar kamu, atau suami?" Kali ini Juliet mengalihkan pandangannya kepada lelaki yang berdiri di dekat Giska.
"D-dia... pacar aku... namanya Leon," sahut Giska yang masih saja terbata karena shock dengan kedatangan seorang gadis entah dari mana dan siapa, namun dengan berani menyelamatkannya dari penganiayaan kekasihnya.
"Halo, Leon. Namaku Juliet, dan aku temannya Giska," Juliet pun memperkenalkan diri sembari tersenyum, namun berbeda dengan senyum yang ia berikan untuk Giska. Senyum yang kaku, lebih mirip dua sudut bibirnya yang tertarik ke arah samping.
Alih-alih menjawab, Leon pun hanya menganggukan kepalanya singkat kepada Juliet.
"Ayo, Giska. Kita pulang sekarang."
"Tunggu." Juliet menarik tangan Giska hingga lepas dari Leon. "Aku masih belum puas berbicara dengan Giska."
"Lepaskan tanganmu dari pacarku, Bitch!" Bentak Leon dengan geram menatap Juliet.
"Tidak. Biarkan Giska saja yang memilih, Leon." Ucap Juliet tenang.
"KUBILANG, LEPAS!" Leon pun melayangkan satu tamparan ke wajah Juliet, namun tiba-tiba saja lelaki itu berteriak keras kesakitan saat seseorang memiting tangannya yang hendak memukul Juliet.
KAMU SEDANG MEMBACA
COME AND SERVE ME
RomanceJuliet Amanda, 19 tahun, adalah seorang gadis yatim piatu dan mahasiswi yang pintar namun sangat pendiam dan tidak memiliki teman. Bukannya ia tidak mau, tapi Matthew Wiratama, walinya, yang tidak mengijinkan gadis itu untuk memiliki teman. Matthew...