54 : The Fake Lovers

88 2 0
                                    

"Apa sudah selesai?" Virgo bertanya kepada salah satu pegawai butik yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Tinggal berdandan sedikit lagi, Tuan Virgo," sahut orang itu sembari membungkukkan badannya hormat.

Virgo mengangguk, dan berjalan memasuki kamarnya dimana Karina sedang berganti baju dan berdandan sebelum mereka berdua pergi ke sebuah pesta.

Tampak Karina sedang duduk di sebuah kursi di depam cermin dengan dikelilingi oleh dua orang yang menata rambut serta memoles wajahnya.

"Jangan menggunakan make-up terlalu tebal, dia lebih cantik jika lebih natural," tutue Virgo kepada sang make-up artist yang menganggukkan kepalanya kepada Virgo, sementara Karina juga ikut menatapnya dari balik cermin.

Gadis itu melihat bahwa Virgo telah siap dengan mengenakan setelan modern tuxedo lengkap. Jika seperti ini, Virgo terlihat jauh lebih matang dari usia yang sebenarnya. Dan juga berlipat kali lebih tampan.

Malam ini, Virgo mengajaknya ke dalam sebuah pesta untuk kalangan atas. Sebuah pesta ulang tahun perak salah satu pasangan kaya raya yang juga merupakan kolega dari Angkasa Reiner, ayah Virgo.

Namun karena Angkasa sedang ada pekerjaan di Eropa sejak beberapa hari yang lalu, maka ayahnya meminta Virgo-lah yang hadir sebagai perwakilan dari keluarga Reiner.

Virgo membalas tatapan manik besar sebening embun milik Karina dari balik cermin sambil tersenyum, dan menyukai bagaimana gadis itu bersikap sangat penurut akhir-akhir ini.

Mereka telah resmi menjadi kekasih sejak sebulan yang lalu, tepat sebulan setelah Karina yang masuk ke dalam kehidupannya dan bertemu dengan sisi lain dirinya yang selama ini bersembunyi jauh di dalam tubuhnya.

Namun selama sebulan ini, Jeremy belum juga muncul lagi satu kali pun. Tentu saja, karena diam-diam Virgo telah mengkonsumsi obat tertentu  dari Dokter Dharmawan untuk menekan keberadaannya agar tidak akan pernah lagi muncul ke permukaan.

Kini Karina telah selesai didandani, dan Virgo tersenyum puas melihat hasilnya yang memukau. Gadis itu mengenakan gaun hitam dengan bagian bahu terbuka dan beberapa permata menghiasi dadanya. Sanggul klasik di kepala Karina serta make up tipis namun mempertegas wajah cantiknya membuat efek sempurna pada sosoknya, dan Virgo adalah orang yang memuja sebuah kesempurnaan.

Virgo mengangkat dagu lancip gadis itu untuk lebih awas memandangi Karina, sebelum mengecup ringan bibir gadis itu.

"Kecantikan yang tanpa cela," pujinya sembari tersenyum. "Tidak salah kalau aku menjadikanmu kekasih."

"Pura-pura, Reiner. Ingat, 'kita' ini cuma pura-pura," decih Karina. "Jangan sampai kamu benar-benar jatuh cinta padaku, karena ini semua akan berakhir suatu saat nanti."

Tawa kecil menghiasi bibir Virgo mendengarnya. "Jangan takut, aku sudah dan masih mencintai gadis lain, Nona. Tapi terima kasih untuk perhatianmu."

"Baguslah, aku hanya tidak ingin kamu terluka nantinya. Karena cinta tak ada dalam planning hidupku sama sekali," balas Karina lagi. Ia hanya mengatakan apa adanya, karena terkadang seperti saat ini, ia seringkali memergoki Virgo menatapnya dengan penuh damba dan kekaguman yang begitu besar.

Mungkin juga lelaki itu hanya sekedar mengaguminya saja, sama seperti setiap pria lain yang sering mengagumi dirinya. Mungkin. Tapi Karina hanya ingin mempertegas hubungan mereka agar suatu saat ketika ia bisa pergi, tak kan ada yang membuatnya berat untuk melangkah.

Meskipun dengan sosok lain yang turut membayangi, namun Virgo memang sempurna sebagai seorang pria. Terutama dengan kegiatan bercinta mereka yang sangat intens dan hangat, Karina tak bisa menampik jika akan ada kemungkinan besar munculnya sebuah perasaan yang tidak diinginkan.

Dan itu tidak boleh terjadi.

"Ayo berangkat." Virgo memberikan sikunya untuk dipeluk oleh Karina, lalu kedua insan yang sama-sama rupawan itu pun segera melangkah menuju pintu keluar Penthouse, tempat tinggal Karina selama sebulan ini saat menjadi kekasih Virgo Reiner.

"Menurutmu, apa untuk kali ini aku bisa mencoba untuk menggodamu? Mumpung gaunkh sangat elegan dan seksi, dan pasti akan sangat seru jika Jeremy muncul di tengah-tengah keramaian pesta," kelakar Karina yang berjalan bersama Virgo menuju lift.

Lelaki itu tidak menjawab Karina, kecuali sebuah senyum tipis yang terurai di bibirnya.

"Ini sudah sebulan, dan aku mulai merasa keahlianku menurun," keluh Karina sembari menghela napas. "Aku merasa sudah melakukan segala cara untuk menggoda, tapi dia sama sekali tidak muncul."

Lalu gadis itu menatap Virgo dengan kaki yang sama-sama masih berayun dalam langkah pelan. "Maaf, Virgo. Aku tahu kamu kecewa, apalagi kamu juga telah membayarku. Tapi aku tidak akan berhenti berusaha."

Karina sama sekali tidak tahu bahwa diam-diam Virgo-lah yang membuat Jeremy kembali tenggelam untuk kali ini.

Jika sebelumnya Virgo selalu menantikan sosok kepribadian lainnya itu muncul kembali untuk memberi kesaksian mengenai misteri siapa pembunuh ibunya malam itu, namun kini Virgo tak lagi peduli.

Virgo pun menghela napas pelan berpura-pura kecewa. "Aku mengerti. Memang Jeremy tidak dapat diperkirakan kedatangannya, Karina. Tapi teruslah berusaha," cetusnya sembari tertawa dalam hati. 'Ya, teruslah berusaha, karena aku sangat menikmatinya.'

Mereka menaiki mobil mewah Virgo menuju ke tempat terselenggaranya acara, yaitu sebuah hotel mewah bintang lima.

Sebuah senyum terlukis di bibir Karina ketika mengingat masa lalunya yang juga dipenuhi pesta-pesta mewah seperti ini. Pesta kalangan atas dengan diliput oleh stasiun televisi, yang dihadiri bukan saja para orang kaya tapi juga para selebriti.

Aah, Karina sangat merindukan kehidupan seperti ini.

Gadis itu melirik Virgo yang membukakan pintu mobil untuknya, ketika mereka telah sampai di tempat acara.

Karina tersenyum manis melihat lelaki itu yang begitu gentlemen menjulurkan tangannya untuk membantu Karina keluar dari mobil, terlihat sangat peka karena memang gaun ketat gadis itu yang membuatnya sulit bergerak untuk keluar dari dalam mobil.

Karina merasakan kilatan lampu kamera beberapa kali menerpanya, sesaat setelah ia keluar. Sebuah senyum cantik pun sontak menghiasi wajahnya tatkala para wartawan mulai mengambil foto mereka berdua dengan antusias.

Menjadi kekasih Virgo bukan hanya mendapatkan banyak uang sebagai imbalan, tapi juga status sosial yang tinggi.

Sayangnya, Virgo masih saja menahan saham-saham yang dulu dimiliki ayahnya, dengan alasan bahwa Karina belum mampu menyelesaikan tugasnya dengan sempurna. Yakni membuat Jeremy muncul.

Karina berdecak kagum ketika mereka telah masuk ke dalam ballroom luas dan mewah dengan dekorasi berwarna perak, mungkin melambangkan usia pernikahan pasangan yang menyelenggarakan pesta.

Cih. Pernikahan. Hingga kini Karina tidak percaya dengan benda imaterial yang membuat manusia terikat itu. Ia tidak akan pernah menikah, karena menurutnya kebahagiaannya akan terenggut sekali ia berada di dalamnya.

"Kenapa?" Tanya Virgo ketika melihat Karina memutar bola mata malas.

"Tidak apa-apa. Aku hanya benci dengan segala sesuatu tentang pernikahan," tutur Karina sembari tertawa kecil.

"Oh ya? Apa kamu juga tidak percaya dengan adanya cinta, Karina?"

"Tentu saja, Reiner. Pernikahan dan cinta, itu semua adalah hal tak nyata dan semu yang diciptakan oleh alam pikiran orang-orang yang naif," cetusnya sarkas.

Virgo menatap gadis bersurai gelap itu dengan ekspresi tertarik. "Apa kamu sendiri belum pernah merasakan jatuh cinta?"

"Aku TIDAK AKAN pernah jatuh cinta, Reiner. Karena bagiku itu adalah hal paling mustahil dan tak berguna dalam hidup ini."

COME AND SERVE ME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang