Bab 1

1.4K 38 0
                                    

"Za, tolong antarkan paket mas Lintang, tadi belum pulang, sekarang mungkin sudah di rumah." Bu Maryam sedang kurang enak badan, jadi memintan Noza untuk pergi ke rumah utama.

"Harus banget Sekarang ya bu? Ini kan sudah malam, lagian aku malu kesana, bu." Noza merasa bingung. 

"Tolong ya nak, ibu mau minum obat dulu, kepala ibu pusing." Bu Maryam memijit kepalanya merasa tidak nyaman. 

Noza mengiyakan tanpa menyela lagi. Sebenarnya gadis itu malu kalau di suruh datang ke rumah utama.

Noza berjalan malas menuju rumah besar di depannya, sementara dirinya tinggal terpisah di paviliun belakang bersama ibunya.

Gadis itu masuk setelah mengucapkan permisi dan mengetuk ointu. Rumah besar nan megah itu terlihat sepi, mungkinkah semua penghuninya belum ada yang pulang?

Saat sudah berada di ruang tamu, Noza mendengar suara mobil yang masuk ke halaman rumah, lalu tidak berselang lama sosok yang tengah di cari terlihat dari balik pintu. 

"Mas Lintang, ini ada paket." Noza menyodorkan langsung dan ingin segera pulang. 

"Bawain ke atas." Lintang menyorot dingin. 

"Ke atas, mas?" Noza bingung. 

"Kamar." Lintang berlalu. 

"Ya ampun.. Barang seringan ini aja minta bantuan, kenapa nggak langsung di terima aja sih. Dasar orang kaya ribet!" Noza menggerutu sambil berjalan. 

Gadis itu bingung, tetapi akhirnya mengekori putra dari majikan ibunya itu. Ia masih berdiam diri di depan pintu karena tidak mungkin juga masuk ke kamar Lintang. 

"Sial! Ini kenapa tubuh gue panas gini sih?!" Racau Lintang yang berusaha meredam dengan mencuci muka di kamar mandi.

"Mas, ini taruh di mana?" Noza ingin cepat-cepat berlalu. 

"Tunggu!" Lintang berseru menahan langkah Noza. Ia memperhatikan tubuh Noza dari atas sampai bawah di balik punggung gadis itu. Tertutup rapi, harusnya tak memancing syahwat. 

"Kenapa lagi, mas?" Noza membalikkan tubuhnya. Ia menunduk bingung dan canggung. 

Tanpa di duga, Lintang langsung menarik dan menghemparkan Noza ke ranjang miliknya. Gadis dua puluh tahun itu terkejut karena perlakuan yang tiba-tiba menyergapnya. 

"Jangan mas, lepasin! Tolong! To-" Noza meronta dari kungkungan Lintang. Mulut yang berseru ketakutan di sumpal dengan mulut pria itu dengan agresif. 

"Lepasin! Tolong!" Noza mendorong tubuh kekar itu agar menjauh dari atas tubuhnya saat pria itu melepas pakaiannya. 

"Jangan mas, Jangan!" Noza menangis ketakutan. 

Dunia Noza runtuhm, tubuh gadis itu terasa sakit, suaranya nyaris hilang dan hanya air mata mewakili betapa hancurnya dan tidak berharganya diri ini. 

Sementara pria itu dalam angan kelegaan. Noza menangis tersedu di sudut ranjang. Apa yang telah ia jaga mati-matian selama ini terampas oleh orang yang selama ini begitu Noza hormati dan segani. 

Gadis itu memungut pakaiannya sendiri dengan tubuh tertatih. Keluar dari kamar majikannya dengan begitu kacau. Ia menangis di balik pintu belakang. 

Gadis itu berjalan pelan menuju rumahnya. Noza menumpahkan kesedihannya di atas ranjang. Ia tidak bisa tidur semalaman seakan terngiang peristiwa mengerikan itu semalaman. 

Sementata Lintang terjaga dengan tubuh yang sangat segar. "Shit! Jadi semalam bukan mimpi! Sialan, siapa yang udah naruh minuman itu?!" Batin Lintang mulai menemukan kesadarannya dan kewarasannya. 

"Duh.. Brengsek! Masa beneran gadis itu sih?!" Lintang mengacak rambutnya kesal. Ia kaget dan lebih yakin saat menemukan hijab yang sering di pakai gadis itu tertinggal di kamarnya. Di tambah bercak darah yang cukup mencolok menodai tempat tidurnya. 

"Tang, Bangun! Udah siang, ditungguin papa olahraga!" Mama Lisa menggedor pintunya. 

"Bentar, ma!" Sahut Lintang yang bergegas ke kamar mandi setelah menggulung seprai kotornya. Tak lupa ia juga menyimpan hijab gadis itu tang tertinggal.

Hanya sembilan bulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang