"Sial!" Umpat Lintang yang terlihat kacau di kamarnya, biar bagaimanapun dirinya telah melakukan kesalahan besar. Sadar sepenuhnya atau tidak, yang jelas tidak terbesit niat dalam dirinya hendak melakukan itu bila mungkin.
Tidak menyangka pertemuannya dengan beberapa sahabatnya di bar kemarin menyisakan boomerang untuk dirinya.
"Nggak bener ini." Bisa-bisanya ia melakukan hal pemaksaan itu. Gara-gara minuman itu menimbulkan masalah untuk dirinya yang tidak bisa di anggap angin lalu begitu saja.
Pria itu keluar kamar setelah ibunya menyeru. Setiap hari libur ada acara khusus olahraga bersama ayahnya. Kalau tidak di luar rumah jogging, di ruang fitnes yang ada di salah satu ruangan rumahnya.
"Susunya, Tang." Mama Lisa menghidangkan segelas susu pada puteranya.
"Udah selesai, pa?" Lintang bertanya sembari meraih susu di meja.
"Kamu tumben kesiangan." Ujar Ayah Rangga memulai sarapannya.
Lintang tidak menyahut, sibuk dengan sarapannya. Sebenarnya ia sangat penasaran dengan keberadaan Noza sekarang. Ibunya masih terlihat santai-santai saja menyiapkan sarapan pagi ini. Apakah tidak ada yang tahu kejadian semalam? Lintang berharap begitu, semoga gadis itu tidak mengatakan apapun.
"Syukurlah!" Celetukan Lintang membuat ayah dan ibunya menatap heran.
"Apanya yang sykur, Tang?" Mama Lisa menatap selidik.
"Eh! Ini ma, pengen ngucapin sykur aja. Pagi ini aku merasa segar." Jawab Lintang benar adanya.
Mama Lisa hanya merespon dengan tersenyum saja.
"Mbok, setelah sarapan, nanti aku minta tolong panggilkan Noza ya?" Mama Lisa berseru menyebut nama gadis itu.
Uhuks!
Lintang tersedak mendengan ibunya menyebut nama gadis itu. Kenapa ibunya gemar sekali menyuruh anak dari pembantunya itu.
"Iya, bu." Bu Maryam mengiyakan.
"Pelan-pelan, sayang." Mama Lisa memperingatkan putranya.
"Lintang ke kamar dulu, ma. Sudah kenyang." Setelah meneguk susunya habis dan berlalu pergi. Hati Lintang mendadak tidak tenang hanya mendengar nama gadis itu.
***
Bu Maryam mengetuk pintu kamar putrinya, lalu masuk menemukan Noza masih berselimut di atas ranjang.
"Za, kenapa masih tiduran? Kamu sakit, nak?" Perempuan itu mendekat, lalu menempelkan punggung tangannya pada kening Noza.
"Tidak enak badan, bu. Maaf, tidak bantu-bantu ibu." Noza merapatkan selumutnya.
"Minum obat ya, nak. Muka kamu pucet." Bu Maryam mengamati wajah putrinya yang kusut dan mata sembab.
"Nanti bu, aku tidak pusing."Ujarnya malas merasa tubuhnya sakit semua.
"Kamu kenapa, nak? Kok nangis?" Bu Maryam kebingungan.
Noza menggeleng pelan, lalu setengah bangkit memeluk ibunya. Menumpahkan dalam tangis walau mulutnya diam.
"Kalau ada sesuatu cerita sama ibu, Kamu putus cinta?" Bu Maryam mengira putrinya tengah patah hati.
Apa yang Noza rasakan lebih tragis dari putus cinta. Noza merasa semua harapan dan cita-citanya hancur sudah.
"Kamu istirahat saja, kalau sudah tenang, boleh cerita sama ibu." Ujarnya lembut.
Noza mengangguk, ia hanya butuh keberanian untuk meraih keadilan dengan apa yang telah menimpa dirinya. Gadis itu kembali menangis sembari menutup mulutnya saat sang ibu menutup pintu. Ia marah dan hancur atas kejadian semalam, merasa jijik dengan tubuhnya sendiri yang telah terjamah oleh orang lain.
"Kamu harus membayar mahal atas perbuatanmu, Lintang! Harus!" Ia menatap dirinya dalam pantulan cermin dengan penuh amarah dan kebencian.
Gadis itu sengaja ingin pergi ke rumah sakit, ia akan melakukan sejumlah pemeriksaan lalu melaporkan anak majikannya itu pada pihak berwajib. Namun, belum sempat terealisasi hanya di angan.
"Arh.. Brengsek!!" Geram Noza kacau. Bagaimana dengan kuliahnya, bagaimana dengan pandangan semua orang padanya, teman-temannya. Semua akan mengetahui keadaannya saat ini yang begitu menjijikkan.
***
"Mas Lintang mau ke mana?" Bu Maryam bersilang jalan dengan pria itu.
"Pergi mbok, ada urusan, tolong ganti sprei di kamarku mbok." Titah pria itu berlalu.
"Baru di ganti kemaren, mas." Ujar bu Maryam benar adanya.
"Kotor, ketumpahan kopi, tolong ya mbok." Ujar pria itu berdusta.
"Siap, mas." Bu Maryam mengangguk setuju.
"Lintang, mau kemana kamu?" Mama Lisa menahan langkah putranya.
"Mbok, Noza mana?" Tanya perempuan itu akan keberadaan Noza.
"Lintang ada urusan ma, cabut dulu ya."
"Tang, tunggu dulu, mama mau pergi ajak Noza, tolong anterin sekalian kamu jalan ya, mobil mama lagi di bengkel."
"Tapi ma." Sela Lintang.
"Maaf, bu, Noza-nya lagi sakit." Bu Maryam memberitahu ke adaan putrinya.
"Eh, Noza sakit? sejak kapan? Sudah ke dokter?" Tanya bu Lisa terdengar khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya sembilan bulan
Ficción GeneralAku bernama Nozafitri Utami yang sering di panggil Noza. Kehidupan Normal yang aku jalani harus menjadi jungkir balik karena mendapatkan pelecehan dari seorang pria yang aku segani dan hormati. Banyak mimpi dan tujuan yang aku layangkan tinggi seaka...