Lintang baru saja terjaga setelah samar mendengar mamanya dan juga Noza bercakap-cakap. Pria itu bangkit dari ranjang, mengintip dari celah hordeng jendela kamarnya. Benar saja, terlihat Noza dan bu Lisa tengah mengobrol.
Pria itu langsung keluar tanpa canggung.
"Pagi, ma, tumben sudah disini?" Sapa Lintang berjalan mendekat dengan muka bantalnya.
"Pagi," Jawab bu Lisa datar.
"Mama ke dalam du ya sayang, kamu sekalian ambil sarapan buat bu Maryam." Ujar bu lisa berlalu meninggalkan Lintang dan Noza yang sama-sama diam.
"Makasih, sudah mengizinkan aku menginap. Lain kali kalau tidur jangan ngorok, sangat berisik." Seloroh pria itu tersenyum.
"Mas sih aku ngorok? Apa iya?" Gumam Noza setengah tak percaya.
Noza kembali masuk menemui ibunya dengan pikiran bertenya-tanya.
"Ada apa, Za? Pagi-pagi melamun. Ibu seperti mendengar suara bu Lisa dan Lintang pagi tadi, mereka kesini?" Tanya bu Maryam sembari menarik kursi di ruang makan.
"Iya buk, bu Lisa sebentar." Jawab Noza menyahut seadanya.
"Lintang?"
"Lumayan lama." Jawab Noza tak ingin membahas lebih.
"Owh..." Jawab bu Maryam tersenyum.
"Hari ini Noza masuk kuliah ya buk, nanti InsyaAllah pulangnya kesini. Kalau ibu sudah baikan, Noza tidak nginep." Pamit Noza untuk kuliah.
"Iya, ibuk sudah sembuh kok, jangan khawatir, masuk saja." Ujar bu Maryam tenang.
Perempuan itu bersiap pulang ke kosan lebih dulu sebelum berangkat ke kampus. Ia sudah memesan ojol untuk mengantarkannya pulang. Saat Noza keluar, bertepatan dengan mobil Lintang hendak keluar.
"Za, mau ke kampus? Bareng yuk!" Ajak Lintang tumben-tumbenan.
Noza menghentikan lagkahnya, menatap teduh pria yang semalam menginap dikamarnya.
"Makasih Tang, nggak usah, ojol pesananku sudah menunggu didepan." Tolak Noza datar.
Ia ingin membiasakan diri untuk bersikap sewajarnya saja. Berdamai agar hatinya tenang. Mencoba mengikis gelisah yang terus menghantui pikirannya. Cukup sadar diri, dan tidak ingin berharap apapun dengan pernikahan ini.
"Kalau tidak mau ya sudah." Jawab Lintang tak ambil pusing.
***
Malam harinya Noza memutuskan menginap ditempat Mega. Tanpa perempuan itu tahu, seseorang mencari-cari keberadaannya. Lintang malam berikutnya merasa tidak bisa tidur. Dia sengaja datang lagi kerumah belakang. Sayang sekali Noza tidak pulang kerumah.
"Bu, Noza tidak pulang ke rumah? Memangnya ibuk sudah baikan? Kenapa Noza tidak pulang?" Tanya Lintang yang malam hari hanya menemukan bu Maryam di rumah.
"Ibu sudah sehat, mas Lintang, Noza izin untuk tidak pulang, tidak apa-apa." Jawab Bu Maryam merasa sudah baik-baik saja.
"Owh... Ya sudah. Kalau ada apa-apa hubungi Lintang saja, bu, Lintang balik ke rumah dulu." Pamit pria itu kembali ke kamarnya.
Pria itu merebah di kasurnya yang nampak nyaman. Namun, entah mengapa hatinya mendadak tidak tenang. Tanpa sadar pikirannya penuh dengan Noza seorang.
"Kenapa jadi kepikiran Noza sih, tidur Lintang, tidur!" Batin pria itu kesal.
"Ya Allah... Sebenarnya gue kenapa. Masa iya gue harus nyamperin Noza ke kosan juga." Lintang menghela napas lelah.
Jarum jam pendek sudah menunjuk diangka sebelas malam. Namun, pria itu sama sekali belum mengantuk. Rasa hati hendak menghubungi, tetapi ia tidak mempunyai alasan untuk menanyakan apa.
"Aku samperin aja kali ya, bodo amat lah." Gumam pria itu bergegas keluar.
Lintang benar-benar datang kekosan larut malam. Perlahan pria itu mengetuk pintunya. Namun, kerena tidak ada sahutan, Lintang pikir Noza sudah tidur. Pria itu masuk dnegan kunci yang tertinggal di tangannya. Cukup kaget begitu pintu terbuka tidak menemukan Noza di kamarnya.
"Noza kemana? Di kosan tidak ada? Apa dia sering keyapan dan liar selama tinggal sendiri?" Gumam pria itu berpikir yang macam-macam.
Pria itu langsung merogoh ponsel disaku celananya. Tanpa pikir panjang menghubungi Noza begitu saja. Noza yang hampir lelap kaget menemukan ponselnya malam-malam berbunyi. Ia melihat layar ponsel menemukan Lintang yang melakukan panggilan. Tidak minat mengangkat membuat perempuan itu mensilent agar tidak berisik.
Lintang galau malam-malam, sementara Noza jelas sudah lelap dengan damai. Bersemangat sekali menyambut pagi.
***
Noza yang berniat pulang hanya menukar pakaiannya terkejut mendapati pintu kamarnya yang tidak terkunci sama sekali. Perempuan itu lebih kaget lagi menemukan Lintang didepannya dengan wajah pucar dan tubuh lemas menatap dirinya.
"Dari mana saja? Kenapa pagi-pagi baru pulang?" Sapa Lintang terlihat tidak baik-baik saja.
Noza tertegun sejenak, sebelum akhirnya kembali membenahi ekspresi wajahnya lebih tenang.
"Kamu kenapa ada disini?" Tanya Noza sembari berjalan masuk.
"Kamu dari mana?" Bukannya menjawab, Lintang malah bertanya.
"Dari rumah teman." Jawab perempuan itu irit kata.
"Jadi gini ya, kelakukan kamu ketika di kost, kelayapan tidak tahu waktu sampai tidak pulang." Ucap Lintang serius dan gemas.
Noza menatap sejenak, mulutnya yang selalu berkata tak enak didengar itu berhasil membuat hatinya kembali sakit. Namun, lagaknya ia mulai terbiasa dan tak mau ambil pusing. Tidak ada waktu untuk meladeni pria itu atau dirinya akan terlambat. Berjalan cepat menuju kamar mandi. Namun, sebelum sempat masuk, Lintang lebih dulu menahannya.
"Aku lagi ngomong Za, dengerin nggak sih!" Geram pria itu kesal merasa diabaikan.
Kelakuan Lintang yang spontan dan tak terduga itu membuat Noza kaget. Perempuan itu menelan saliva gugup, tubuhnya menegang. Terlebih jarak diantara keduanya yang hanya beberapa centi saja. Membuat tubuh Noza gemetaran.
Tenang Noza, tenang!
"Aku tidak tahu kamu disini." Kata perempuan itu membuang muka.
"Ck, panggilan aku beberapa kali, kenapa tidak diangakt?" Tanya pria itu gemas sendiri.
"Mungkin aku sudah tidur, aku tida dengar. Tolong menyingkir Lintang. Aku mau ke kampus." Kata Noza dingin.
Lintang baru tersadar, kalau dirinya mengurung Noza sangat dekat. Mendadak ia merasakan aura begitu berbeda. Wangi tubuh perempuan itu hampir membuat dirinya terlena, sangat menenangkan. Cepat pria itu memberi jarak.
Noza yang terbebas, langsung melesat ke kamar mandi sembari menghela napas lega. Menukar pakaiannya lalu membenahi hijabnya yang nampak berantakan. Keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkap yang telah diganti.
"Nanti pulang jam berapa?" Tanya Lintang saat Noza memakai sepatunya.
"Belum pasti." Jawab Noza fokus pada diri sendiri.
Perempuan itu keluar dari kamarnya setelah mengemas jadwal. Semua yang dilakuakn Noza dalam durasi singkat itu tak luput dari mata Lintang yang seperti mengawasi.
"Ya ampun.. Istri macam apa seperti ini, berangkat tanpa menyapa. Dasa perempuan aneh." Omel Lintang melihat Noza yang nyelonong tanpa pamit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya sembilan bulan
General FictionAku bernama Nozafitri Utami yang sering di panggil Noza. Kehidupan Normal yang aku jalani harus menjadi jungkir balik karena mendapatkan pelecehan dari seorang pria yang aku segani dan hormati. Banyak mimpi dan tujuan yang aku layangkan tinggi seaka...