"Kamu sudah ngantuk? Istirahat saja, biar Gafi aku yang jaga." Sela Lintang kasihan juga melihat Noza yang sudah mengantuk.
Noza sebenarnya lelah, mengantuk, dan sedikit stress gegara masalah tadi. Ditambah Lintang dengan presepsinya sendiri.
"Ada kamu mana aku bisa tidur." Katanya memberengut jujur.
"Cuma nemenin Gafi, apa perlu aku izin pada pacarmu? Biar kamu tenang disini." Sindir Lintang sensi.
"Pacar yang mana? Mbohlah..." Noza semakin sewot sembari menaiki kasur.
"Ya pria tadi, mana nomornya, biar aku yang ngomong." Lintang mendekat lalu menyambar ponsel Noza diatas bantal.
"Mas, jangan aneh-aneh, balikin!" Ujarnya gemas. Hingga terjadilah tarik menarik dan spontan keduanya terjatuh merebah diatas kasur.
Keduanya saling tatap dalam diam, beberapa detik hingga membuat keduanya tersadar dan segera memberi jarak.
"Maaf, aku nggak sengaja. Ada yang sakit?" Tanya Lintang menarik diri.
Noza langsung bangkit dari pembaringan. Membuang muka malu, wajahnya merah merona antara kesal, deg-degan dan perasaan lainnya.
"Ini nomornya yang mana? Aku tidak mau nantinya dia salah paham." Lintang masih sibuk dengan ponsel Noza yang berhasil ia rampas.
Noza seketika menoleh, kembali merebut ponselnya dari tangan sang mantan yang makin ngeselin.
"Mau ngapain? Untuk apa menghubungi mas Ganta? Toh aku dan dia hanya berhubungan baik layaknya saudara." Jelasnya kesal.
"Maksudnya?" Tandar Lintang meminta kejelasan.
"Jelasin Za, maksudnya apa?" Tanya Lintang harap-harap cemas.
"Ya, aku nggak terima lamaran mas Ganta, udah puas! Sini ponsel aku! Ngeselin banget sih jadi cowok!" Kata Noza sembari meraih ponsel dari tangan Lintang.
"Za!" Panggil Lintang mengekor.
"Apa sih? Masih kurang jelas?" Tanya perempuan itu mengambil duduk dibibir ranjang.
"Iya, kenapa kamu tolak lamaran pria itu? Boleh aku tahu alasannya?" Tandas Lintang tak sabar menanti jawaban itu.
"Cukup aku dan Tuhan yang tahu." Jawab Noza sedatar itu. Mematahkan semangat Lintang yang kembali menyala.
"Dih... kepo emang nggak boleh?"
"Nggak, tidur mas, aku udah ngantuk."
***
Paginya Noza lebih dulu terjaga. Sudah menjadi kebiasaan baginya bangun pagi. Perempuan itu lebih dulu menunaikan sholat subuh, lalu membangunkan Gafi mengingat ini hari aktif sekolah.Sementara Lintang dikamarnya terbangun oleh alarm yang berdering. Pria itu langsung turun dari ranjang dan menunaikan kewajibannya sebagai umat muslim.
Saat Lintang membuka kamar sang putra yang pintunya tertutup rapat itu, Npza sudah tidak ada di kamarnya. Hanya ada Gafi yang masih lelap.
"Kemana Noza?" Batin Lintang kembali beranjak setelah merapikan selimut Gafi.
"Sudah bangun? Darimana?" Tanya Lintang menghadang Noza.
"Dari dapur, aku terlalu menganggur disini, eh malah masih sepi. Aku mau pulang saja mas, kunci motorku mana?" Pinta Noza mengacungkan tangan pada Lintang.
"Nanti aku antar, Gafi juga masih tidur, mau dibangunin sekarang?" Saran Lintang pada Noza.
"Yaudah, aku pulang sedniri aja. Kamu kan kerja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya sembilan bulan
General FictionAku bernama Nozafitri Utami yang sering di panggil Noza. Kehidupan Normal yang aku jalani harus menjadi jungkir balik karena mendapatkan pelecehan dari seorang pria yang aku segani dan hormati. Banyak mimpi dan tujuan yang aku layangkan tinggi seaka...