Bab. 49

304 9 0
                                    

"Tumben jam segini udah bangun? Rapih lagi, mau kemana?" Tanya mama Lisa penuh selidik. 

"Kan mau jemput Noza, nganter chek up." Jawab Lintang percaya diri. 

"Bukannya dia janjian sama mama? Nanti kamu bikin ulah, nggak usah ikut." Tolak bu Lisa cepat. 

"Aduh... mama apaan sih, Lintang juga pingin tahu perkembangan anak Lintang. Biar kali ini Lintang yang antar saja."

Bu Lisa terdiam khawatir. Namun, tidak ada salahnya juga memberikan kesempatan untuk putranya jika ingin memperbaiku. Mungkin sebulan tidak bertemu telah merubah pikiran dan pemahamannya. 

"Mama nggak yakin kamu membuat Noza nyaman." Kata mama Lisa penuh ragu. 

"Ma, beri aku kesempatan kalin ini Lintang janji tidak akan membuat gara-gara." Ucap Lintang sungguh-sungguh. 

"Ya sudah biar bertiga saja. Mama takut Noza nggak suka kamu antar."

"Kok mama gitu, suka kok, mama tenang aja, kali ini Lintang bisa dipercaya."

"Yakin?" Tandas bu Lisa menatap serius. 

"Yakin ma, makanya udah rapih. Biar nggak kesiangan. Apa mama sudah membuat janji dengan dokter Hana?" Tanya Lintang. 

"Iya, sengaja agak siangan."

"Oke, terimakasih ma."

***

Kedatangan Lintang di pesantren disambut ramah oleh bude Shelly yang pagi itu tengah disana. Sebelum sudah berkabar bersama bu Lisa, jadi bude Shelly sengaja menunggunya. 

"Assalamualaikum bude..." Sapa Lintang sopan.

"Waalaikumsalam... mau jemput Noza ya. Dia sudah siap waktu bude telpon. Sebentar tak susulin dulu di kamarnya." Ujar bude Shelly beranjak. 

"Iya bude, terimakasih."

Lintang menanti dengan sabar sembari menilik jam di ponselnya. Kenapa mendadak hatinya jadi deg degan, apa efek gegara tidak bertemu satu bulan. Lintang sebenarnya agak ragu dan takut kalau Noza menolaknya diantar. Mengingat tak ada kesepakatan sebelumnya seperti yang ia dengungkan pada mama Lisa. 

Mendengar ketukan dari luar, membuat Noza yang tengah membaca mushaf di kamarnya menghentikan sejenak, lalu merampungkan satu ayat baru menutupnya. Berjalan mendekati pintu. 

"Bude, ada apa?" Tanya Noza lembut.

"Kamu sduah di jemput Za, ayo keluar." Kata bude Shelly menginterupsi. 

Noza pikir mertuanya sudah sampai, karena kemarin beliau sudah mengabarinya. Namun, kenapa Lintang yang tampak disana. Membuat Noza tercenung tak lega. Ada gurat kecewa di wajahnya. Noza mencoba tetap tenang mengingat ada bude Shelly dan keluarga abah Kyai disana. 

Begitu melihat Noza keluar dari balik pintu. Lintang langsung menyapanya dengan senyuman. Namun, tidak untuk Noza yang berwajah terkejut dan datar. 

"Kalau begitu Lintang pamit dulu, bude, salam untuk abah kakung sama bu Nyai." Ucap Lintang pamit.

Pria itu berjalan selangkah di depan Noza. Noza mengekor sampai dimana mobil terparkir di halaman. Lintang membukakan pintu untuknya, dan mempersilahkan istrinya menempati kursi sebelah kemudi. 

"Kamu apa kabar, Za?" Tanya Lintang setelah keduanya sama-sama di mobil. 

"Baik." Jawab Noza dingin. 

 "Alhamdulillah sih kalau baik. Kamu nggak tanya kabar aku?" Tanya Lintang basa-basi. 

"Aku yakin kamu jauh lebih baik." Jawab Noza mengingat pria itu benci sekali dengan dirinya. 

Hanya sembilan bulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang