Bab. 14

353 12 0
                                    

Seseorang di bilik rumah sakit masih terlohat mengkhawatirkan putrinya. Tak seceria pagi yang begitu bersinar. Berbeda sekali dengan bu Maryam yang nampak dalam kecemasan. Semalaman bahkan tidak tidur sebab memikirkan keberadaan putrinya. 

Bu Maryam tetap melakukan pekerjaannya menyiapkan sarapan, dan melakukan banyak hal dirumah yang telah memberikan banyak pekerjaan dan menghidupkan keluarganya sejak dulu. 

"Masak apa, mbok? Apa Nosa sudah ada kabar?" Tanya bu Lisa berharap gadis itu sudah dirumah. 

"Bikin roti panggang request mas Lintang, bu, ibu sama bapak mau dibuatkan sarapan apa?" Tanya bu Maryam memberikan pilihan. 

"Samakan aja mbok, nggak apa-apa. Nosa sudah pulang?" Tanya perempuan itu mengulangi pertanyaan yang sama. 

"Belum." Jawab bu Maryam menggeleng pelan. 

"Yang sabar ya mbok, nanti biar mas Rangga cari tahu di kampus, mana tahu tiga hari ini masuk atau tidak." Ucap bu Lisa menenangkan.

Bu Lisa kembali ke meja makan, ikut menyiapkan sarapan dengan menyeduh kopi wajib unuk suaminya. Setelah lebih dulu menyiapkan pakaian ganti untuk pagi ini dan apa saja yang hendak dibawa. 

"Ma, ini handphone kamu bunyi terus. Sepertinya Raga menghubungi lagi."Pak Rangga bergabung di meja makan menyodorkan handphone agar menjawab panggilan. 

"Eh, iya mas," Jawab bu Lisa menggeser tombol hijau. 

"Alhamdulillah... Assalamu'alaikum Budhe... Maaf mengganggu waktunya." Ucap Raga di ujung telpon. 

"Waalaikumsalam.. Ada apa. Ga, dari kemaren nelpon, maaf semalam tidak tahu." 

"Nggak apa-apa budhe, sebenarnya ada yang mau Raga sampaikan. Hanya mengabari saja takut orang rumah cemas, atau khawatir."

"Iya, ada apa, Ga?" Tanya bu Lisa menyimak. 

"Noza ada dirumah sakit, Budhe, sama saya, kondisinya sudah mendingan, tapi tidak baik-baik saja. Kalau ada waktu budhe bisa ke sini atau tolong kabari keluarganya." 

"Masya Allah Alhamdulillah.. Untung kamu kasih tahu Ga, Kami dirumah sangat cemas, terutama ibunya. Nanti budhe kesana ya, sekalian sama bu Maryam, tolong kirim alamat rumah sakitnya."

"Iya, budhe, Raga tunggu, aku sharelock aya ya biar cepat. Ada hal yang ingin Raga tanyakan juga budhe."

"Iya, siap, makasih infonya Ga, nanti setelah sarapan saya kesana." Panggilan ditutup menampilkan kelegaan diwajah perempuan itu. 

"Ada apa, ma? Noza ketemu?" Tanya pak Rangga sedari tadi menyimak dari tempat duduknya.

"Ada apa, ma? Kok pagi-pagi udah heboh?" Tanya Lintang baru bergabung diruang makan. 

"Eh ya Tang, kamu mau ke kampus nggak? Anter mama kerumah sakit."

"Nggak ma, siapa yang sakit?" 

"Oke, benerang anter mamaya sama bu Maryam, Noza dirumah sakit, kita harus segera kesana." Ujar bu Lisa menyelesaikan acara sarapannya lebih dulu. 

"Tapi ma." Sanggah Lintang hampir menolak. 

"Tang, apa lagi, ini penting nak, masa kamu nggak merasa kasihan, Noza dan bu Maryam itu sudah seperti keluarga sendiri untuk kita. Ayo, antar kami." 

Kalau ibunya sudah bertitah, pria itu tak bisa mengelak apalagi protes, mengiyakan adalah solusi terbaik. 

***

"Noza!! Kamu nggak apa-apa sayang! Ibu cemas mencari kabarmu nak." bu Maryam berhambur ke dalam pelukan putrinya. 

"Nggak apa-apa buk, ada orang baik yang nolongin Noza. Maaf sudah membuat ibu cemas." Ucap Noza mencoba tenang membalas pelukan ibunya yang selalu mendamaikan. Namun, rasanya kedamaian hati gadis itu sirna kala lagi-lagi harus melihat wajah Lintang yang ikut muncul di sana. Noza jelas tidak nyaman, bersikap aneh, bahkan terlihat ketakutan melihat wajahnya. 

Melihat respon Noza yang begitu aneh saat melihat Lintang, membuat Raga dan juga bu Lisa menatap Lintang keheranan. Lebih tepatnya, Raga merasa ada yang aneh. Tidak mungkin Noza bersikap demikian seolah tidak menyukainya, bahkan terlihat jelas ada ketakutan dimatanya. Dia terdiam sembari memeluk ibunya seperti orang ketakutan. 

Lintang yang merasakan itu langsung keluar dari ruangan. Terlebih ibunya melihat ke arah dirinya dan Noza terus-menerus secara bergantian. Seolah menyiratkan sesuati tanda tanya besar. 

Sialan, Noza kenapa liatin gue kaya gitu sih! Awas aja ngadu ke mama yang tidak-tidak! 

"Budhe, ada yang mau Raga sampaikan, di sofa tunggu saja tidak apa-apa." Ucap Raga mengkode bu Lisa.

"Ada apa, Ga? Apa ini ada kaitannya dengan Noza?" Tanya bu Lisa mengambil duduk. 

Raga mengangguk, ragu untuk mengatakan itu, tetapi merasa perlu. Dalam hati meminta maaf karena telah lancang ikut campur urusan privasinya. 

"Dia sakit apa?" Tanya bu Lisa penasaran. 

Kali ini Raga menggeleng. Ia mengeluarkan hasil print USG lalu meletakkannya di meja. 

"Apa ini, punya siapa?" Tanya bu Lisa kebingungan. 

"Apa Noza sudah menikah?" Tanya Raga yang pertama.

"Belum, dia masih kuliah, memangnya foto ini ada hubungannya sama Noza?" Tanya bu Lisa terperangah mendapati Raga mengangguk. 

Perempuan itu langsung menoleh, menatap serius gadis yang masih ditenangkan ibunya.

"Sepertinya tidak mungkin Ga, saya kenal betul siapa Noza, dia tidak mungkin melakukan perbuatan serendah itu."

"Maaf budhe, Raga bertemu dengan Noza dengan tubuh ringkih dan juga wajah pucat dengan berjalan tanpa arah. Dia hampir saja tertabrak mobi Raga, beruntung remku berfungsi dengan baik dan Allah masih melindungi kita dari bahaya." Raga menghela napas pelan. 

"Dia mengeluh sakit perutnya, makanya sampai dirumah sakit langsung diperiksa bahkan langsung dilakukan USG, dan hasilnya seperti ini." Sambung Raga merasa prihatin. 

"Astaghfirullah.. Kasihan sekali, pria mana yang telah berbuat seperti itu dengannya. Apakah kepergian Noza dua hari lalu tanpa pulang ada hubungannya dengan ini?" Gumam bu Lisa tak percaya. 

"Tidak bermaksud ikut campur budhe, tapi mungkin dengan hal ini budhe bisa membantunya nanti menyelesaikan masalah Noza, mungkin saja ada hubungannya juga, Wallahu a'lam." Ucap Raga tak ingin benyak menduga. 

"Terimakasih infonya Ga, nanti biar ini diusut keluarga. Biar begaimanapun orang yang telah membuat Noza hamil harus bertanggung jawab. Berani berbuat harus berani bertanggung jawab." Ucap bu Lisa jelas tergerak ingin membantu.

"Ya sudah budhe, Raga tinggal dulu, kalau ada sesuatu yang deperlukan hubungi saja." 

"Kamu sedang tugas, Ga?" Tanya bu Lisa.

"Persiapan, nanti ada ketemu konsulen budhe, mau ujian, tapi karena ini otakku nggak bisa konsentrasi, sekarang udah lega, Alhamdulillah, kalau begitu pamit dulu mau siap-siap."

"Iya, goodluck nak! Semoga lancar." Ucap bu Lisa menyamangati.

"Amiiin... Terimakasih budhe, Raga tinggal dulu." Ujar pria itu beranjak. 

"Za, aku keluar dulu ya, cepat sehat!" Pamit Raga mengangguk sopan pada Noza dengan bu Maryam.



Hanya sembilan bulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang