Bab. 39

304 11 0
                                    

"Ibu kenaoa sudah mulai kerja? Eman sudah baikan?" Tanya Noza khawatir. Melihat ibunya mulai aktif kembali dirumah utama. 

"Nggak apa-apa, buat makanan aja, lainnya sudah dibantu bu Sumi." Ujar bu Maryam seperti menemukan kawan baru. 

"Ini Noza ya, saya sudah dengar dari bu Lisa." Jawab bik Sumi ramah. 

Melihat ibunya yang sudah baik-baik saja, membuat Noza tenang dan memutuskan untuk kembali ke kosan. Ia tengah berjalan dihalaman rumah tetiba handphonenya berdering. 

Melihat penggilan dari pria itu, Noza urung untuk mengangkat, kembali memasukkan ponselnya lalu berjalan arah keluar. Mengabaikan Lintang yang nampak melongo melihat tingkahnya. 

"Sialan! Noza ngeselin banget sih!" Umpat Lintang kesal setengah mati. Ingin rasanya mulut itu berseru dari atas kamarnya, tetapi ia tahan-tahan dan lebih memilih turun menghampirinya. 

Sayang sekali, ojol pesanan Noza melesat membawanya pergi sebelum pria itu sampai. 

"Noza! Noza!" Pekik Lintang didepan gerbang yang diabaikan Noza. 

"Den Lintang? Kenapa ngos-ngosan begitu den?" Tanya bik Sumi yang hendak pulang, karena hanya kerja sampai sore tidak menginap. 

"Olaharaga bik." Jawab Lintang ngasal. 

"Akh.. Gue kenapa sih, nggak jelas banget." Rutuk Lintang kesal. 

Menjelang malam, Lintang merasa gelisah dan galau. Haruslah dia menyambangi kosan Noza lagi? Pria itu sungguh malas, tetapi rasa hati ingin beranjak pergi. Andai saja perempuan itu mau saja tinggal dirumah. Dirinya pasti tidak akan serepot ini. 

Pria itu pun menemui ibunya, berharap perempuan yang telah melahirkan dirinya itu mau membantu. 

"Ma, carikan rumah, aku ingin mandiri." Ucap Lintang tiba-tiba. 

"Untuk apa Tang, mama pikir kamu nggak butuh mama lagi." Sahut bu Lisa datar. 

"Jangan gitu dong ma, aku sedang berdamai dengan keadaan, aku ingin tinggal bersama Noza." Ujarnya spontan. 

Bu Lisa yang tengah sibuk di depan laptop, menghentikan aktivitasnya sejenak. Menatap putranya dalam-dalam. 

"Kalau kamu memnitanya hanya untuk main-main, maaf Lintang, mama tidak bisa bantu. Kehadiranmu hanya akan membuat Noza merasa tidak nyaman Kamu akan menyakitinya lagi di kemudian hari. Kasihan, mama tidak mau." Jawab bu Lisa lugas. 

"Ma, mama nggak kasihan sama aku?" 

"Kamu sudah dewasa Lintang, Seharusnya bisa berpikir lebih bijak."

Bu Lisa tidak mengiyakan keinginan putranya. Apa lagi kalau dilakukan Lintang hanya untuk kepentingan dia semata. 

***

Lintang memutuskan bertolak ke kosan Noza tanpa peduli nanti tanggapan Noza seperti apa. Namun, saat tiba di sana, ia mendapatkan kejutan tak terduga. Tepat di waktu yang sama, sahabtnya yang kurang kerjaan itu datang ke tempat yang sama. 

"Alshan! Ngapain lo di sini?" Tegur Lintang mendapati kawan karibnya tengah berdiri didepan pintu kosan istrinya. 

"Ngapel lah, seharusnya gue yang nanya, lo ngapain ke sini?" Tanya Alshan balik. 

"Gue?" Tunjuk Lintang pada dirinya sendiri, agak bingung dan kaget.

"Sepertinya lo salah waktu, soalnya hari ini Noza harus pulang ke rumah. Ini perintah dari ibunya yang berpesan sudah sangat rindu." Ujar pria itu beralasan. 

"Masa sih, kan bisa pulang besok, atau bisa juga menghubungi lewat ponsel. Tidak terlalu jauh juga, masih aman." Sahut Alshan banyak cara. 

"Beda lah, telpon sama melihat orangnya langsung. Lagian bu Maryam sakit, baru saja kecelakaan, jadi Noza pasti tidak akan membiarkan ibunya sampai menahan rindu." 

Hanya sembilan bulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang