Lintang kembali merasa eneg. Padahal ia baru saja merasa bertenaga setelah makan makanan kesukaannya.
Merasa tidak nyaman, pria itu langsung turun dari ranjang. Berlari cepat mengeluarkan isi perutnya.
"Ya Tuhan... Gini amat sih mual." Keluh Lintang lemas.
Lintang kembali ke kamar, tetapi tubuhnya yang tidak nyaman mengharuskan pria itu meminta seusuatu bantuan.
"Mbok! Mbok Maryam!" Seru Lintang dari lantai atas.
"Kemana sih, ya ampunn..." Lintang kembali ke kamar dengan kesal. Mengambil handphone, lalu menghubungi seseorang. Tidak mungkin rasanya turun langsung dan mencari-cari bu Maryam yang entah kemana.
Noza yang tengah berada di kamarnya menatap layar ponsel yang sedari tadi berkelip meminta diraih. Begitu tahu si penelpon, Noza tidak minat mengangkatnya.
[Angkat telponnya, gue Lintang, bu Maryam mana?]~Lintang.
Noza hanya membaca sekilas lewat jendela notifikasi tanpa membuka pesan tersebut. Namun, ia keluar mencari-cari ibunya. Niat hati ingin menyampaikan amanat tersebut.
Noza mencari sampai rumah utama. Namun, ibunya kemana? Apakah sudah menemui Lintang? Kenapa tidak nampak di sudut manapun yang sering didatangi.
"Mbok Maryam, mana? Ditelpon tuh diangkat, ngeselin banget sih jadi cewek!" Sentak Lintang mengomel.
"Astaghfirullah.." Ucap Noza kaget. Suaranya yang lantang bagai petasan tanpa jeda.
"Ini lagi dicariin, aku nggak tahu ibuk kemana? Nggak dirumah." Jawab Noza tanpa menoleh. Hendak berlalu tetapi Lintang tiba-tiba mencekal lengannya.
Noza yang mendapat sentuhan spontan itu terperangah dengan tubuh menegang.
"Mau kemana? Lo harus tanggung jawab!" Ucap pria itu menatap dingin.
"Ngapain? Lepasin!" Tolak Noza dengan tubuh gemetaran.
Lintang menatap tidak peduli, dia malah mendekat kesenangan melihat Noza dengan tatapan ketakutan.
"Menjauhlah dariku, Lintang! Apa yang kamu inginkan!" Teriak Noza mendorong tubuh Lintang yang hanya berjarak beberapa centy saja.
"Nggak usah nangis, nggak usah lebay, siapa juga yang doyan dekat-dekat sama lo. Buatin gue makanan atau apapun yang bikin mual dan eneg gue ilang, terutama setiap gue lihat lo!" Kta pria itu menohok.
Lintang memberi jarak, membuat Noza yang berdiam ketakutan sedikit lebih tenang. Entahlah, tubuhnya merespon penolakan yang hebat saat pria itu dekat-dekat dengannya.
Noza menyusut air matanya kasar dengan punggung tangannya.
"Kalian lagi ngapain?" Tanya bu Lisa memergoki keduanya dengan jarak yang tidak begitu jauh.
"Eh, mama sudah pulang? Aku lagi minta tolong Noza, ma, perutku mual, nyuruh dia bikinin yang segar-segar. Mbok Maryam nggak tahu kemana?" Sahut Lintang tersenyum tanpa dosa, lalu menatap tajam istrinya agar tidak mengadu macam-macam dengan ibunya.
"Owh.. buatin susu jahe saja Za, kalian yang akur ya, Lintang kalau sering dekat-dekat sama Noza, mama jamin syndrom couvadenya membaik." Ucap bu Lisa merasa senang, karena ada sedikit kemajuan pada keduanya.
Lintang mengamati kata-kata ibunya. Benarkah? Dia mulai menghubungkan kejadian tadi dimana ia sangat mual, dan kesal. Terus merah-marah, tapi sepertinya ada yang beda. Apakah sentuhan tangan itu membuat penyakit yang dideritanya ilang. Sedikit aneh, walau masih percaya tidak percaya. Tetapi memang sekarang pria itu merasa tidak baik.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya sembilan bulan
Fiksi UmumAku bernama Nozafitri Utami yang sering di panggil Noza. Kehidupan Normal yang aku jalani harus menjadi jungkir balik karena mendapatkan pelecehan dari seorang pria yang aku segani dan hormati. Banyak mimpi dan tujuan yang aku layangkan tinggi seaka...