Bab. 54

436 14 0
                                    

"Suster, psien disini ke mana?" Tanya Lintang pada perawat yang tengah merapikan kamar rawat itu. 

"Baru saja keluar pak, mungkin satu jam yang lalu." Jawab perawat itu memberi informasi. 

Lintang menggumamkan terimakasih lalu langsung pergi. Lebih dulu mengabarkan rumah sekaligus bertanya apakah Noza dan bu Maryam pulang kesana, tetapi jawaban bu Lisa mengatakan tidak. Pria itu langsung bertolak ke pesantren, Noza pasti pulang kesana karena tidak kerumah. 

Tepat mobil pria itu memasuki halaman pesantren, sebuah taksi melintas keluar. Lintang langsung turun dari mobil dan beranjak untuk bertemu. 

"Assalamu'alaikum... bude, Lintang mau jenguk Noza." Ucap Lintang datang di waktu yang kurang tepat. 

"Loh, Tang, Noza kan baru saja pamit, emangnya nggak ngabari?" Sahut bude Shelly baru saja mengantar Noza sampai depan. 

"Nggak bude, atau mungkin belum ya. Apa mereka pulang kerumah. Ya sudah bude, Lintang langsung pulang saja." Pamit Lintang tak jadi masuk.

Lintang kembali kerumah, seniat itu langsung menuju paviliun belakang. Namun, tidak menemukan Noza dan juga bu Maryam disana. 

"Pulang kemana sih tuh orang, jangan-jangan taksi yang tadi." Gumamnya kesal bertanya-tanya dalam hati. 

Bu Lisa sendiri hanya menerima pesan pamit bu Maryam yang mengatakan ingin singgah untuk sementara waktu. Beliau juga pamit mungkin tidak akan bekerja dirumah itu lagi. Terlebih permohonan bu Maryam meminta keluarga bu Lisa, terlebih untuk Lintang agar membiarkan Noza tenang dulu dengan menepi, agar pria itu tidak mengusik atau mencari Noza. 

"Ma, bu Maryam dan Noza ada ngabari nggak? Lintang ke rumah sakit udah nggak ada, ke pondok katanya juga udah pamit, dia kemana?" Tanya Lintang mendadak cemas. 

"Bu Maryam udah nggak tinggal disini Tang, Noza juga, mungkin tidak akan kesini lagi."

"Maksud mama apa? Mereka pergi kemana? Memangnya punya rumah selain disini? Mau membiarkan anak Lintang nanti hidup susah?"

"Noza sedang menepi, biarkan dia tenang dulu sampai lahiran nanti. Kamu sabar saja, bila perlu sambil menyibukkan diri dikantor papa." 

"Menepi untuk apa? Bagaimana dia betahan hidup, Bu Maryam nggak kerja, emangnya Noza nggak mikir tentang masa depannya nanti."

"Kenapa jadi kamu yang begitu khawatir, bukankah selama ini kamu tidak begitu peduli?" Tanya bu Lisa menangkap kegundahan sang putra. 

"Ya aku kepikiran bagaimana nasib anak itu nanti. Mau dibesarkan pakai apa kalau nekat begini. Biaya persalinan mahal, apa-apa mahal, Noza kenapa main pergi saja kaya nggak mikir."

"Kamu bisa sedikit meringankan beban dia dengan tetap rajin mengirimkan uang untuk kebutuhannya. Bukankah seharusnya begitu sebagai suami yang bertanggung jawab. Biarkan Noza tenang dulu, demi anak kalian tetap sehat, siapa tahu nanti Noza sudah berubah pikiran dan membutuhkan kehadiranmu." Ucap Bu Lisa menanggapinya dengan bijak.

Walaupun ada kesal atas keputusuna bu Maryam. Namun, ia tidak bisa memaksa untuk sesuai apa yang dirinya minta. 

***

***

Lintang merasa waktu berjalan begitu lambat. Setiap hari ia menanti kabar yang tak kunjung didadapat. Aktivitas sosial media Noza bahkan sudah lama tidak aktif. Hanya berharap melalui pesan yang tidak pernah diputus. Namun, tak pernah ada komunikasi dua arah, sebab ratusan pesan dan juga panggilan dari Lintang, selalu Noza abaikan begitu saja seperti angin lalu. 

"Ma, perutku sakit, punggungku panas. Tolong, ini bagaimana?" Keluh Lintang uring-uringan tidak jelas. Pagi ini ia mengalami gejala sakit yang luar biasa sampai-sampai harus dilarikan kerumah sakit. 

"Ma, sakit ma!" Lintang masih teriak-teriak begitu sampai dirumah sakit. 

Pria itu uring-uringan walaupun sudah mendapatkan perawatan khusus. Sampai menunggu hasil lab barang kali ada indikasi penyakit serius. 

"Ma, punggung aku panas." Keluh Lintang tak karuan. 

"Ya Allah... sabar Tang, kamu sudah diperiksa tinggal nunggu hasilnya. Tenang." Ucap bu Lisa juga ikut pusing.

"Sebenarnya Lintang kenapa?" Tanya pak Rangga ikut bingung.

"Aneh, semoga tidak ada penyakit yang serius." Jewab bu Lisa penuh doa. 

"Mau kemana Tang? Tiduran saja kalau sakit-sakit." Tegur bu Lisa demi melihat putranya turun dari ranjang. 

"Nggak bisa ma, ini tuh kaya sebentar sakit, sebentar ilang, terus sakit banget lagi kaya gini. Aku nggak betah kalau tidur, malah tambah sakit." Keluh Lintang tersiksa sendiri. 

***

Noza di kediamannya sebuah kontrakan sederhana yang berhasil membawa ibu dan anak itu dalam kediaman sesaat. Beruntung ada orang baik yang menolongnya tanpa pamrih. 

Noza hanya menepi ditemani ibunya, Hari-harinya biasa saja ia membantu ibunya menekuni pekerjaan barunya. Bu Maryam membuat makanan berupa nasi kotak yang dikirim dititip dikantin pabrik. Bu Maryam bersama Noza membuat usaha makanan rumahan kecil-kecilan apa saja sesuai pesanan.

Seperti hari ini misalnya. Bu Maryam mendapat pesanan salad buah dari kantor Ganta lima puluh porsi. 

"Noza mandi dulu buk, gerah." Ucap perempuan itu beranjak. 

Bu Maryam tidak menyahut sebab tengah sibuk berberes. Sebentar lagi ada orang Ganta yang akan mengambil pesanannya. Jadi, harus beres semua sebelum orangnya datang. 

Usai mandi, Noza merasakan perutnya tidak seperti biasanya. Terakhir periksa memang posisi bayinya sudah mapan dengan posisi masuk di area panggul. Perempuan itu melihat pantulan dirinya menyamping didepan keca, rasanya perutnya itu sudah agak turun. 

"Bu, ini kenapa celana aku sedari tadi basaha ya, padahal aku nggak pipis." Adu Noza pada bu Maryam merasa tak nyaman. 

"Jangan-jangan kamu melahirkan, bukankah ini mendekati HPL." Tebak bu Maryam menduga-duga. 

"Masa sih bu, kan masih satu minggu lagi" Jawab Noza santai. 

"Apa kamu merasa sakit perut atau apa? Keluar bercar lendir darah." Bu Maryam mengabsen gejala-gejala orang mau lahiran. 

"Nggak bu, hanya saja merasa perutnya terlalu turun. Terus basah terus, tapi aku nggak ngerasa pipis." 

"Ya sudah, kita periksa saja." Ucap bu Maryam bergegas. 

"Pesanan ibu gimana?" Noza masih kepikiran pesanan yang dibuat tadi. 

"Sebentar lagi diambil orang mas Ganta. Kamu nggak apa-apa nunggu?"

"Nggak apa-apa kok buk." Jawab Noza santai. 

Tidak selang lama driver yang menjemput pesanan sudah sampai. Setelah memasukkan semua pesanan ke dalam mobil, sang sopir melihat bu Maryam dan Noza yang yang telah rapi dan membawa tas yang lumayan besar. Setelah bertanya akan kemana kedua ibu dan anak itu pergi, sopir suruhan Ganta menawarkan diri untuk mengantar mereka ke rumah sakit. Bu Maryam mengiyakan tawaran itu, lalu mereka langsung bertolak ke rumah sakit. Takutnya Noza memang seharusnya akan melahirkan. 

Sesampai di rumah sakit, Noza berjalan pelan setelah turun dari mobil. Balada ibu hamil besar, tidak bisa grasa-grusu. Didampingi ibunya tepat disamping Noza. 

Hanya sembilan bulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang