"Sudah pulang Tang?" Tanya bu Maryam yang tengah menyiapkan hidangan makan malam.
Lintang yang pulang dari kantor langsung pulang kerumah mantan istrinya. Perasaan lelah yang ia rasa langsung hilang bila bertemu dengan anak dan perempuan spesial dihatinya.
"Iya buk, Noza kemana?" Tanya pria itu tak melihat keberadaan mantan istrinya.
"Sholat kayaknya, sekalian makan malam aja Tang." Tawar bu Maryam yang juga dinanti Lintang.
"Iya bu, terimakasih."
Noza keluar dari kamar dan bergabung di meja makan yang sudah menemukan Lintang mengisi kursi salah satunya.
"Gafi mana?" Tanya Lintang melihat Noza seorang diri.
"Baru aja tidur mas, aku tinggal sholat udah merem." Jawab Noza.
"Eh, kok tumben." Merasa terkejut karena biasanya bocah kecil itu akan menunggunya pulang. Rencana Lintang untuk malam ini berlama-lama dengan drama Gafi akan gagal.
Setelah makan malam Lintang memutuskan pulang dengan rasa enggan. Sebenarnya ia masih betah berlama-lama disana. Tapi kasihan Noza nantinya kalau sering diapelin, tetangga banyak yang julid.
"Aku pulang dulu ya?" Pamit Lintang.
"Iya mas, hati-hati di jalan." Ucap doa melepas dengan doa.
Lintang masuk ke mobilnya, membunyikan klakson sekali lalu mobil itu keluar dari halaman rumah sederhana itu.
Noza langsung masuk begitu mobi Lintang tak terlihat.
"Doa sudah pulang?" Tanya bu Maryam menemui Noza.
"Iya buk." Jawab Noza hendak langsung kekamar.
"Za, ibu mau bicara." Seru bu Maryam menghentikan langkah Noza.
"Apa kamu sudah menjawab lamaran Lintang? Sepertinya dia serius kali ini, benar-benar mencintaimu." Ucap bu Maryam bisa melihat dari ketulusan mata laki-laki itu.
"Iya buk, belum sih, rencananya besok, semoga tidak ada halangan. Kalau mas Lintang menanyakan lagi." Jawab Noza sudah menyiapkan jawabannya.
Noza kembali menuju kamarnya setelah obrolan dengan sang ibu selesai. Perempuan itu memeluk Gafi sembali memkirkan ayah anaknya.
***
Paginya, Lintang berangkat kerja seperti biasa. Rencana pulangnya jika tidak terlalu malam akan mampir keruma bu Maryam sekaligus menjenguk putranya dan juga ibu sang anak.
Sedangkan Noza juga sudah menunggu, entah mengapa dia cukup antusias. Tidak seperti biasanya yang kalau mantan suaminya mau datang atau tidak terserah saja. Hingga sore Noza benar-benar menanti kedatang pria itu. Namun, sampai malam tak kunjung datang.
Noza mendadak gelisah, pikirannya tak tenang. Ia sampai nekat menghubungi pria itu dengan alasan Gafi yang terus bertanya. Sayang sekali handphone Lintang tak ada balasan. Membuat Noza jadi tak tenang.
"Kok dia nggak ada kabar, pesan ku juga centang satu mulu dari semalam. Mas Lintang lagi ngapain ya? Apa sibuk banget sampai nggak ada waktu ngabarin."
Mendadak hati yang sudah bertaut bimbang kembali. Takut Lintang mencampakkannya lagi. Takut terluka untuk kesekian kalinya.
***
Noza paginya beraktivitas biasa. Menyiapkan keperluan Gafi dan sarapan bersama.
"Buk, mas Lintang ada ngabari ibu nggak semalam?" Tanya Noza barang kali pria itu menghubungi ibunya.
"Tidak, memangnya tidak telpon kamu ya?" Balas bu Maryam.
"Belum buk, sudah aku telpon tapi handphonenya nggak diangkat." Jelas Noza antara khawatir dan kesal.
"Mungkin belum sempat, biasanya juga sore pasti datang. Semoga Lintang baik-baik saja." Ucap bu Maryam berpikiran positif.
Banyaknya pekerjan membuat Noza sempat melupakan perihal pria itu. Hingga petang barulah ia teringat sang mantan yang tak kunjung datang. Kembali ia menilik ponselnya yang belum juga ada balasan apapun dari pesan yang dikirimnya semalam.
"Tuh orang ngilang kemana sih? Nggak jelas banget bikit orang khawatir aja." Gumam Noza antara mengomel dan kesal pada ponselnya.
"Fi, mama mau telpon eyang, nanti Gafi ngomong ya. terus tanyain ke eyang papa kemana? Gitu..." Noza tengah membrefing putranya sebelum menghubungi mertuanya.
"Iya ma." Jawab bocah kecil itu mengangguk patuh.
Panggilan tersambung, membuat jantung Noza semakin deg-degan dan menyiapkan sapaan sesantun mungkin.
Beberapa detik berlalu baru terhubung ada sahutan dari seberang sana. Noza langsung menjawab salam dan sapaan hangat.
"Waalaikumsalam... ma, maaf Noza ganggu. Mau tanya, mas Lintang kenapa nomornya tidak aktif ya ma? Ditanyain Gafi katanya kangen." Ucap Noza tertata, lalu menghidupkan laudspeaker agar putranya ikut bicara.
"Astaghfirullah... maaf sayang, mama sampai lupa nggak ngabarin. Kasihan sekali Gafi, Lintang mengalami musibah Za, sekarang ada di rumah sakit." Jawab bu Lisa sendu terdengar tidak baik-baik saja.
"Apa ma? Mas Lintang sakit? Astaghfirullah... dirumah sakit mana?" Sahut Noza diujung telpon mendadak panik.
"Kamu yang tenang sayang, Lintang semalam kecelakaan saat pulang kerja."
"Astaghfirullah... tolong kirim alamatnya ma, Noza akan segera kesana." Jawab Noza tak tenang.
"Ma, siapa yang sakit?" Tanya Gafi mendekat.
Noza tidak menjawab tetapi langusng menggendongnya keluar dari kamar untuk menemui ibunya di kamar sebelahnya.
"Bu, ibu sudah istirahat ya?" Noza masuk mendekati ranjang.
"Belum, hanya rebahan aja Za, ibuk lagi pegel." Jawab bu Maryam bangkit dari pembaringan.
"Aku mau nitip Gafi, buk. Mas Lintang kecelakaan, aku harus kerumah sakit." Ujar Noza khawatir.
"Astaghfirullah... Lintang kecelakaan? Bagaimana keadaannya? Pantas saja tidak ada kabar." Bu Maryam terkejut mendekat perkataan Noza.
"Tapi ini sudah malam Za, kamu sendirian di jalan nggak apa-apa?" Tanya ibu khawatir.
Noza menilik jam di layar ponselnya. Jarum jam sudah menunjukkan angka sembilan.
"Iya buk, tapi gimana ya, aku pengen tahu keadaan mas Lintang. Aku minta temani siapa ya?" Jawab Noza galau.
"Kerumah sakit besok pagi saja gimana? Malam juga biasanya jam segini jam besuk udah tutup. Kamu nggak bisa masuk, sabar sampai pagi nak." Ucab bu Maryam ada benarnya.
Menimbang keadaan yang sudah malam, ditambah perjalanan yang lumayan memkan waktu, Noza akhirnya mengiyakan saran sang ibu.
***
Malam semakin Merangkak, Gafi juga sudah lelap di sampingnya. Namun, Noza tak bisa memejamkan matanya barang sejenak pun. Padahal Noza juga sudah menanyakan keadaan Lintang pada bu Lisa dan memberitahukan kalau dia akan datang besok pagi mengingat sudah terlalu malam.
"Astaghfirullah... kenapa aku tidak bisa tidur sih?" Gumam Noza gelisah bangkit dari pembaringan. Ada sedikit penyesalan mengingat kemarin ia sempat menunda jawaban untuk Lintang.
Jarum jam berjalan terasa begitu lambat. Setiap kali Noza mencoba lelap, terjaga masih juga belum menemukan paginya. Noza benar-benar gelisah memikirkan keadaan mantan suaminya. Karena tidak bisa tidur lagi, Noza mengambil wudhu lalu menunaikan dua rakaat sunnah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya sembilan bulan
General FictionAku bernama Nozafitri Utami yang sering di panggil Noza. Kehidupan Normal yang aku jalani harus menjadi jungkir balik karena mendapatkan pelecehan dari seorang pria yang aku segani dan hormati. Banyak mimpi dan tujuan yang aku layangkan tinggi seaka...