Bab. 52

563 18 0
                                    

Lintang lebih dalam merenung dari sebuah masalah yang terus beruntun padanya. Pria itu duduk dibibir ranjang dengan kepala berdenyut. Kenapa nasib baik tidak berpihak padanya disaat celah itu sudah terbuka. Buah dai ketidak jujuran, menimbulkan masalah dan sikap tak peduli yang ia anggap enteng dengan seseorang yang bahkan pantas ia ratukan untuk perempuan yang tengah hamil dari benihnya. 

"Aku tahu kamu marah, tapi kita harus menemukan solusinya mas. Lintang pasti mikir jika udah sejauh ini." Suara mama Lisa yang tengah membujuk pak Rangga untuk tetap ikut tangan menengahi masalah mereka. '

"Aku mikir ma, tapi Lintang sudah keterlaluan. Seceroboh itu sikapnya." Ucap pak Rangga yang masih geram. 

"Beri dia satu kesempatan, mama yang akan membujuknya. Setelah ini kita akan berbicara dengan bu Maryam." Ucap bu Lisa yang tidak tega melihat putra sulungnya dalam keterpurukan. 

Entah siapa yang salah dan bagaimana semua itu bisa terjadi. Yang jelas, memperbaiki adalah solusi yang terbaik. 

Suara ketukan pintu dimalam hari membuyarkan lamunan Lintang yang sedari sore mengurung diri dikamar. Bu Lisa masuk setelah mendengar sahutan putranya. 

"Tang," Panggil bu Lisa mendekat. 

Bu Lisa mengusap atas kepala putranya dengan sayang. Rasa yang ada didalam hatinya begitu campur aduk, rasa sedih, marah, kecewa semuanya begitu sakit dihati perempuan paruh baya itu. 

Lintang memejam, hatinya bergetar kuat seiring langkah kaki mamanya menjauh. Dia tidak sendiri, mungkin selama ini hanya lalai dengan apa yang membutakan mata hatinya. Kalut, tidak tahu akan membawa masalah ini kemana. 

***

Pak Rangga menemui Lintang dikamarnya sebelum akan kepesantren menjemput Raka. 

"Maafkan papa, Tang, papa terlalu kecewa padamu. Nanti biar kalian bicara bersama. Mau dibawa kemana hubungan kalian, jangan seperti ini terus, kasihan istrimu yang sedang hamil, rawan stress karena banyak tekanan. Kalau memang masih ingin memperbaiku silahkan perbaiki. Kalau memang terlalu berat, lepaskan daripada terus menyakit." Kata pak Rangga penuh nasehat. 

Lintang tiak menjawab, dia dalam kegundahan yang luar biasa. Namun, mendadak seperti terganjal dan tidak ingin semua hancur begitu saja. 

Siang itu pak Rangga langsung menuju ke pesantren untuk menjemput Raka dan Noza sekaligus. Satu keluarga harus duduk bersama agar semuanya menjadi jelas. 

"Maaf pa, kenapa Noza harus ikut pulang?" Tanya perempuan itu seungkan. 

"Iya, nanti kamu akan tahu alasan kami menjemputmu." 

"Nanti boleh balik lagi ke pondok, kan?" Tanya Noza merasa lebih nyaman ditempatnya sekarang. 

"Iya, senyaman kamu saja, nak. Sekarang ada banyak hal yang harus dibicarakan." Ujar pak Rangga bijak. 

***

Sati keluarga dipertemukan diruang keluarga. Bu Lisa, pak Rangga, Raka, bu Maryam, serta Noza dan Lintang sebagai lakon uatama dalam topik yang akan dibahas.

"Kami tidak akan memaksa kalian, baik Lintang dan Noza. Kalian tentu tahu berita diluar sana terlanjur viral. Satu-satunya cara menyelamatkannya adalah dengan memberikan klarifikasi tentang hubungan kalian." Ucap pak Rangga membuka obrolan. 

"Kami hanya memastikan pihak Lintang dan Noza. Apakah hubungan kalian akan diperbaiki atau dengan keputusan yang lain." Pak Rangga menatap putra dan menatunya secara bergantian. 

Lintang tertunduk galau, sementara Noza menunduk mengumpulkan keberanian untuk mengutarakan isi hatinya. 

"Bagaimana Lintang? Noza?" Taya pak Rangga lagi. 

Hanya sembilan bulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang