Bab. 76

469 17 0
                                    

Waktu dan matahari sudah menunjukkan saatnya bertemu dengan pagi. Usai mengurusi Gafi, Noza mengemas buah tangan yang akan dibawanya kerumah sakit. 

"Za, ibu ikut ya, inu juga ingin tahu keadaan Lintang." Pinta bu Maryam yang juga khawatir. 

"Iya buk, memangnya hari ini tidak ada pesanan buk?" Tanya Noza yang pagi itu sudah bersiap. 

"Ada, tapi sedikit. Biar dikerjakan anak-anak. Ibu ingin ikut menjenguk Lintang." Ujar wanita paruh baya itu. 

Usai sarapan yang terasa kurang beraselera, Noza langsung memanasi motornya. Ia akan mengantar Gafi sekolah terlebih dahulu baru akan pergi kerumah sakit menjenguk Lintang. 

Bu Maryam keluar rumah sembari menenteng bingkisan yang akan dibawa. Mereka akan siap bertolak pergi dari rumah. 

Telah sampai dirumah sakit, Noza terlebih dulu memarkirkan si kuda besi kesayangannya. Turun dengan perasaan gugup. Ibu dan anak itu berjalan di koridor rumah sakit dengan perasaan deg-degan. 

"Za, ibuk?" Sapa Raga yang melihat Noza dan bu Maryam berjalan terburu-buru. 

"Eh, nak Raga, tugas ya?" Balas bu Maryam tak kalah ramah. 

"Mau jenguk Lintang?" Tanya Raga menebak. 

"Iya kak." Jawab Noza mengangguk dengan senyuman tipis. 

"Dia ada diruang VIP." Katanya memberi petunjuk. 

"Terimakasih kak." Jawab Noza ramah dan kembali melangkah keruang rawat Lintang. 

Noza dan bu Maryam masuk sembari mengucapkan salam lebih dulu sembari menekan handle pintu. Terlihat ruangan itu agak ramai dengan kedatangan saudara lainnya. 

Noza berjalan canggun mendekati ranjang. Lintang tengah berbaring dengan tubuh sadar. Kedua netra itu bertemu untuk pertama kalinya setelah hampir dua hari pria di depannya menghilang tanpa kabar. 

"Ma, maaf baru sampai." Ucap Noza menyapa dan menyalim takzim bu Lisa lebih dulu.

"Ini Noza? Kenapa baru datang?" Tanya eyang Nyai menyambut uluran tangannya ramah. 

Noza hanya tersenyum bingung. Seharusnya memang dia datang lebih awal. Malah baru sampai dan menampakkan diri. 

"Bagaimana keadaanmu, mas? Maaf, aku baru kesini?" Tanya Noza sendu. 

Lintang menggeleng pelan. Terlihat pelipisnya berbalut perban, tangan dan kaki. Sepertinya Lintang mengalami luka yang lumayan parah. 

"Nggak apa-apa, yang penting kamu sudah datang." Sahut Lintang lirih. 

"Aku bingung saat kamu tak ada kabar. Cemas banget semalam, tapi keadaan tidak memungkinkan aku langsung kesini." Jelas Noza jujur. 

"Maaf sudah membuatmu khawatir, seharusnya aku memberi kabar, handphoneku entah kemana." Ucap Lintang semakin semangat dengan kedatangan sang pujaan hati. 

Tak bisa dipungkiri, kehadiran orang tersayang selalu bisa membuat hatinya lebih baik. Bahkan semangatnya kembali terbit setelah berjibaku dengan rasa sakit. 

"Cepat sembuh mas, Gafi sudah merindukanmu." Ucap perempuan itu sendu. 

"Dia lagi sekolah ya... terimakasih doanya, tapi ini yang rindu cuma Gafi doang, ibunya enggak ya?" Tanya Lintang yang sempat-sempatnya menggoda Noza ditengah banyak keluarga inti disana. 

Noza hanya menimpali dengan senyuman. Tentu saja perempuan itu tak berani mengiyakan walau hatinya dibuat ketar-ketir dan merasa cemas. Bahkan sedari kemarin kepikiran terus dengan ayah sang anak. 

Hanya sembilan bulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang