"Bu, Noza jemput Gafi fulu, itu tolong nanti sekalian tengok kue aku, bu!" Pesan Noza sebelum beranjak.
"Iya," Sahut bu Maryam yang sama tengah sibuk juga bersama beberapa orang yang membantu usaha mereka.
Noza baru saja mengeluarkan motornya hendak menjemput sang anak, tiba-tiba suara mobil memasuki halaman rumahnya. Lintang datang kembali siang itu sembari membawa bingkisan kecil yang diperuntukkan untuk keluarga putranya.
"Mas Lintang, mau ketemu Gafi? Dia belum pulang, baru mau aku jemput." Kata seakan paham dengan maksud dan tujuannya.
"Biar aku jemput saja, sekalian nanti mau pamit bawa Gafi main kerumah, boleh?" Pinta Lintang sekalian.
"Boleh mas." Jawab Noza tak mengapa.
Senyum lega terpancar dari wajah Lintang. Ia langsung bergegas berangkat menjemput putranya setelah menanyakan dulu alamat sekolahnya.
"Eh, ya, ini ada titipan dari mama." Kata Lintang menyodorkan bingkisanya yang ia bawa ditangannya.
"Terimakasih mas." Jawab Noza menerima dengan sopan.
Perempuan itu kembali masuk saat Lintang sudah tidak nampak di halaman rumahnya.
"Bu, ini dari mama Lisa, tadi mas Lintang yang bawa."
"Apa? Lintang emang kesini? Kok ibuk nggak lihat?"
"Belum dibuka, kayaknya sih makanan. Tadi cuma sebentar buk, langsung jemput Gafi." Jelas Noza kembali sibuk dengan kegiatannya.
Menjelang petang, Lintang belum mengembalikan Gafi. Noza bingung untuk menghubungi mantan suaminya itu. Karena Gafi ada jadwal mengaji seperti sore hari biasanya. Tiba-tiba sebuah notifikasi pesan masuk ke ponselnya.
[Gafi nginep ya, besok libur kan? Aku masih kangen.]~ papa Gafi
Noza membaca deretan pesan dari mantan suaminya itu dengan bimbang. Namun, kembali teringat kemarin malam perihal Gafi yang menanyakan kenapa ayahnya tidak tidur ditempat yang sama dengan mereka. Noza pun akhirnya membiarkan saja ayah dan anak itu saling dekat.
***
Kehaduran Gafi dirumah besar nan mewah itu begitu disambut hangat. Bahkan bocah kecil itu leluasa bermain dikamarnya. Kamar yang memang dulu disiapkan khusus untuk Gafi, andai saja mereka tetap bersama.
"Tang, kamu nggak balikin Gafi, emang nggak apa-apa?" Tanya bu Lisa takut Noza marah.
"Nggak apa ma, sudah izin mamanya kok. Aman, semoga tidak rewel saja Gafi-nya."
"Ribet ya kalau harus disana dan disini. Kamu nggak kepikiran buat ngajak tinggal bersama gitu. Mumpung Noza-nya masih sendiri." Ujar bu Lisa berharap Noza dan Lintang bisa bersama kembali.
"Hahaha. Noza-nya mana mau sama Lintang, ma. Yang suka sama dia kan banyak, pasti banyak pilihan juga dihati Noza. Lintang yang penting bisa dekat sama Gafi sudah Alhamdulillah."
"Kalau Noza-nya mau, apa kamu juga mau mempertimbangkan hubungan kalian lagi. Atau kamu sudah punya calon istri? Boleh spil ke mama, siapa tahu sudah ada yang cocok?"
"Belum mau mikir ke sana ma, biarkan dulu. Lintang masih ingin sendiri." Ucap Lintang yang masih ingin menikmati perannya tanpa banyak drama.
Kehidupan rumah tangganya dulu benar-benar memberikan efek jera yang luar biasa. Dia tidak ingin jatuh merasakan sakit yang sama.
Menjelang malam, Lintang dan Gafi masuk ke kamar usai makan bersama keluarga. Disini Gafi mulai rewel teringat ibunya. Bocah kecil itu terbiasa sepanjang waktu dengan ibunya, jadi pasti merasa ada yang hilang saat tidak bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya sembilan bulan
Ficción GeneralAku bernama Nozafitri Utami yang sering di panggil Noza. Kehidupan Normal yang aku jalani harus menjadi jungkir balik karena mendapatkan pelecehan dari seorang pria yang aku segani dan hormati. Banyak mimpi dan tujuan yang aku layangkan tinggi seaka...