"Hujannya kenapa nggak berhenti-berhenti sih." Gumam Lintang terdengar menggerutu.
"Pesan taksi saja, ini sudah malam, aku juga mau istirahat." Kata Noza memberi solusi.
Semakin malam perut Lintang semakin lapar, itu pun yang dirasakan Noza, mereka berdua bahkan melewati makan malam begitu saja. Sebenarnya Noza masih mempunyai roti di lemari. Ia akan makan nanti sembari minum susu setelah Lintang pulang.
Netra Lintang menyapu ke sudut ruangan. Melihat beberapa bungkus mie instant.
"Kamu sering makan ginian? Kan lagi hamil, jangan terlalu sering. Kasihan anak itu." Tegur Lintang menunjuk mie instant yang tertumpuk di rak kamar.
"Kadang-kadang, kalau lagi pengen aja." Jawab noza benar adanya.
"Kamu lapar nggak? Aku pesan makanan ya." Ujar pria itu berinisiatif sendiri.
Lintang memesan dua nasi goreng lengkap dengan minumannya, dan beberapa olahan ayam. Entahlah, ia tiba-tiba ingin makan semua itu. Cukup lama pria itu menunggu, hingga akhirnya terdengar sebuah pintu diketuk.
Pria itu keluar mengambil pesanan dan membayarnya. Kembali masuk dengan pesanan ditangannya.
"Ayo makan! Aku kelaparan." Ujar Lintang membuka satu bungkus miliknya.
"Duluan aja, aku belum lapar." Tolak Noza datar. Kembali membuka pintunya, berharap hujan segera reda.
"Tutup pintunya Za, anginnya masuk." Tegur Lintang sembari mengunyah.
Noza malah berdiri didekat pintu. Sesaat kemudian vibrasi handphone perempuan itu berbunyi.
"Ini handphone kamu, tuh ibumu telpon." Lintang mengambil dari saku miliknya, lalu mengembalikan padan Noza.
Noza menerima panggilan dari ibunya. Seperti biasa, setiap malam mereka akan berkabar., menanyakan apakah sudah makan atau belum. Agar ibunya tidak mengkhawatirkan dirinya ia akan menjawab sudah tentunya.
Lintang menikmati makan malam itu sembari menyimak obrolan ibu dan anak yang sedikit berjarak dengannya.
"Kamu pandai berbohong, kenapa bilang sudah makan, padahalkan belum." Kata Lintang setelah Noza menutup telponnya.
Noza tidak menyahut, beranjak mengambil roti dalam kemasan kecil, lalu memakannya. Lalu minum air putih dalam kemasan sedang.
"Makan itu mana kenyang. Itu satu bungkus buat kamu, pastikan bayi itu kenyang dan sehat didalam perutmu."Ujar Lintang terdengar perhatian.
Noza tidak mengambil makanan dari Lintang. Melihat orangnya menjadi hilang selera.
"Hujannya sudah agak kecil, cepat habiskan makananmu terus pulanglah!" Usir perempuan itu blak-balakan.
"Aku tidak bisa kena iar hujan, apalagi malam hari, nanti setelah reda aku pasti pulang. Siapa juga yang betah berlama-lama disini." Ucap pria itu beralasan.
Sementara Noza, lebih dulu sholat isya yang sudah tertinggal jauh sebelum memutuskan untuk istirahat. Dia sengaja tidak melepas hijab, bagkan tidak menukar pakaiannya dengan baju tidur. Tidak nyaman sebenarnya, tetapi lebih baik daripada setiap gerak-geriknya merasa diawasi.
"Kalau sudah larut hujannya belum reda, aku akan menginap disini." Kata Lintang santai.
"Tidak bisa, ini kosan perempuan, aku tidak mau mendapat masalah. Lagian orang-orang tahunya aku single, belum bersuami."
"Itu kan tahunya mereka, kenapa jadi ribet. Biar aku yang izin ke ibu kost kamu. Yang mana nomornya?" Lintang mengambil handphone Noza di nakas begitu saja.
"Jangan Lintang! Kamu tidak perlu melakukan itu. Sebaiknya kamu pulang saja!" Noza hendak merebut, tetapi Lintang menjauhkan dari tangannya.
"Berapa sandinya?" Tanya pria itu serius.
"Aku bilang nggak usah, kamu harus pulang malam ini." Noza kembali ingin merampas ponselnya, tetapi lagi-lagi Lintang menjauhkan dari jangkauannya.
"Berapa sandinya? Buka Noza!" Ujar pria itu tegas, lalu menghadapkan ponsel itu ke depan Noza.
"Dia tidak akan percaya kamu hanya akan membuat maslah." Dengan kesal Noza membuka sandi miliknya.
"Owh ya, tentu saja ibu kost kamu percaya, karena aku mengirim foto pernikahan kita sebagai bukti. Aman, tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi. Ujarnya santai.
Noza dibuat melongo dengan ulah pria didepannya. Bagaimana bisa seenak hati dia melakukan semua itu. Membuat hidup Noza semakin rumit saja.
"Jangan melirikku seperti itu, sudah kubilang, aku tidak tertarik padamu. Jangan berpikir aneh-aneh!" Kata pria itu dengan tenang dan merebahkan tubuhnya di kasur bagian bawah.
Noza jelas tidak bisa tidur, baginya seperti mimp buruk menghabiskan satu malam bersama pria itu diruangan yang sama. Entah dijam berapa hujan itu reda, yang jelas Noza terlelap saat Lintang bahkan sudah jauh menemui mimpinya. Perempuan itu tidur dengan posisi duduk memeluk bantal miliknya.
***
Pagi ini Lintang terasa begitu nyaman, ada yang berbeda tapi apa. Ia pun memikirkan sepanjangn perjalanan pulang. Baru sadar, kalau dirinya tidak mengalami mual dan muntah seperti hari-hari sebelumnya.
"Apa aku sudah sembuh? Ya sepertinya aku sudah sembuh." Batin pria itu bersorak senang.
Pria itu masuk ke rumahnya dengan suasana senang.
"Tang, baru pulang? Kamu semalam tidur dimana?" Tanya bu Lisa langsung menodong putranya.
"Mama, tumben belum berangkat?" Balas Lintang malah bertanya.
"Mama mau kunjungan di klinik cabang. Nanti kamu jadi nganter Noza ya." Ujar perempuan itu dengan agenda yang cukup padat.
"Gampang." Sahut Lintang datar.
"Eh, tadi kamu belum jawab, semalam kamu tidur dimana, Tang? Kamu tidak mau di club malam, kan?" Tanya bu Lisa penuh selidik.
"Nggak, ma." Jawabnya sambil lalu.
"Tang, ditanya orang tua mangkir aja." Omel bu Lisa gemas.
"Ya ampun... Mama kepo banget sih. Yang jelas Lintang tidur dikasur ma, sudah Lintang mau mandi dulu, belum mandi."
"Nggak jelas kamu, kualat sama mama." Kata bu Lisa gemas.
"Nginep dikosan Noza, ma, puas! Lintang terjebak hujan, tidak bisa pulang." Sahut pria itu jujur.
"Owh... Tidur bareng istrimu, ternyata." Bu Lisa agak ragu, tetapi kenapa beliau senang. Apakah putra dan menantunya sudah berdamai. Semoga begitu, kehidupan mereka bisa selayaknya orang berumah tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya sembilan bulan
Ficción GeneralAku bernama Nozafitri Utami yang sering di panggil Noza. Kehidupan Normal yang aku jalani harus menjadi jungkir balik karena mendapatkan pelecehan dari seorang pria yang aku segani dan hormati. Banyak mimpi dan tujuan yang aku layangkan tinggi seaka...