Bab. 26

325 10 0
                                    

Selepas keberangkatan kedua orangtuanya, Lintang di rumah sendiria. Sebenarnya dia ada jadwal bimbingan ke kampus nanti siang. Berharap keadaan dirinya sudah membaik. Haruskah dia menemui Noza agar sakit anehnya pegi ini cepat berlalu. Sepertinya begitu, walaupun harus menggunakan banyak alasan. 

"Mbok, Noza mana? Minta tolong panggilin suruh ke kamar Lintang." Tanya pria itu menemui bu Maryam ke belakang.

"Maaf mas, Noza-nya sudah berangkat ke kampus." Jawab bu Maryam benar adanya. 

"Sepagi ini sudah berangkat? Kerajinan amat." Gerutu Lintang kesal. 

Sebenarnya sudah tidak pagi lagi, bahkan jarum jam pendek sudah melewati di angka sembilan. Itu tandanya menjelang siang. Hanya saja pria itu itu yang saja melek, Jadi terasa merasa masih pagi. 

"Ya sudah, tolong buatkan aku teh lemon aja mbok, ditambah madu, terus sam roti bakar, aku mau sarapan itu. Susu bikin aku tambah eneg." Titah pria itu meminta menu sarapannya. 

Bu Maryam mengiyakan membuat pesanan sesuai request Lintang pagi ini. 

"Tolong nanti bawa ke kamar ya mbok!" Pesan pria itu lalu beranjak. 

Usai menghabiskan dua potong roti panggang, dengan segelas teh lemon, Lintang berangkat dengan mobilnya. 

***

Noza mengikuti kuliah hari ini tanpa banyak drama. Setelah pulang kuliah nanti, dia akan mencari tempat kost baru. 

"Mega, pulang nanti ada acara nggak? Bantuin aku nyari kost yuk!" Pinta Noza pada teman dekatnya itu. 

"Eh, seriusan? Kamu mau tinggal di kost, ibumu sendirian dong." Ujar gadis itu tak percaya. 

"Serius Ga, yang dekat dengan kampus, bair nggak jauh, kadang capek di jalan. Belum lagi nungguin angkotnya, jadi mending ngekost." Jelas Noza beralasan. Dia belum menceritakan perihal dirinya dan statusnya bersama sahabatnyan. Lebih tepatnya belum siap untuk itu semua. 

"Oke deh, dengan senang hati. Coba nanti aku tanyain ke Anya, barang kali di kosan dia ada tempat." Ujar gadis itu mengiyakan. 

"Oke, thanks. Nanti beneran temenin ya."

"Siap ukhti cantik. Kantin yuk! Lapar!" Ajak Mega menarik tangan Noza. 

Noza dan Mega memesan menu yang sama. Batagor siomay dipadukan dengan saus kacang dan sambal. Sangat menggugah selera sekali siang itu. 

"Kamu minum apa, Za, aku mau pesan jus." Kata Maga beranjak dari meja. 

"Aku air mineral aja Ga, cukup." Sahut Noza sembari menunjuk aqua kecil dalam kemasan. 

Perempuan itu tengah menikmati isi piringnya tepat di saat Lintang dan Alshan msuk ke kantin yang sama. Membuat pemandangan itu sangat mengganggu moodnya. Sekilas pandangan dua pasang mata itu saling bertemu. Sebelum akhirna Noza lebih dulu memutus pandangan dan membuang muka. 

"Eh, ada dedek Noza, pesan disini juga?" Sapa Alshan kegirangan melihat Noza tengah duduk sendirian. 

Lintang hanya merotasi netranya malas. Lebih tepatnya tidak minat menyapa apalagi bercakapa-cakap dengannya. 

"Eh, iya mas." Jawab Noza tersenyum ramah. Tak berselang lama Mega datang sembari meneteng jusnya 

"Za!" Panggil Mega keheranan. Demi apa di kantin ini disambangi dua pangeran yang gantengnya maksimal. 

"Kita boleh gabung nggak?" Pinta Alshan yang langsung diangguki Mega dengan antusias. 

"Kaya nggak ada bangku lain aja, jangan disini lah." Tolak Lintang kesal. 

"Emang nggak ada yang nyaman, Tang, Noh lihat dengan cermat, semua kursi disini penuh." Tunjuk Alshan benar adanya. 

Mau tidak mau Lintang duduk disana. Menanti pesanan yang tengah diracik untuknya. 

"Za, nanti pulang bareng yuk, selesai jam berapa? Tanya Alshan cukup antusias. 

"Maaf kak, nanti pulang kuliah ada acara, lain kali saja." Tolak Noza benar adanya. 

"Emang mau kemana? Eh, ya, folback ig aku dong, udah lama follow loh."Ujar pria itu kepo maksimal. 

"Iya, nanti aku lihat." Jawab Noza datar. 

Mega menyikut sahabatnya, demi apa difollow kak Alshan didiamkan saja.

Noza menghabiskan makanannya dengan cepat. Ingin segera beranjak, bahkan sebelum pesanan Lintang dan Alshan datang. 

"Ga, cepetan habisin, aku ke toilet dulu ya." Pamit Noza yang sebenarnya ingin segera pergi. 

"Bentar dong tungguin, aku habisin ini dulu." Ujar Mega tidak mau ditinggal. 

"Ya, aku ke belakang sebentar." Ucap Noza berlalu.

Lintang sendiri sedari tadi hanya menyimak dengan malas. Sama sekali tidak menarik baginya. Namun, hasrat hati mencicipi makanan disana membuatnya rela mengantri lebih lama. 

"Mega temannya Noza, kan? Dia udah punya cowok belum?" Tanya Alshan terang-terangan. 

"Kakak naksir ya, yang suka mah banyak kak, dalan antrian, tapi kalau yang sudah memenangkan hatinya belum ada deh kayaknya. Dia sangat tertutup, jarang banget merespon. Makanya kesannya cuek dan jutek. Padahal sebenarnya hatinya baik banget." Jawab Mega panjang lebar. 

"Iya, tolong bantuin atur pertemuan berdua dong sama dia. Susah banget didekatin." Pinta pria itu blak-balakan. 

"Ghem! Ngapain lu repot-repot nyari yang nggak respon. Dia itu sudah punya suami. Malahan lagi hamil!" Celetuk Lintang entah spontan atau kelepasan. 

"Hah!" Cengo Alshan dan Mega kompak menatap Lintang meminta penjelasan. 

"Hahaha! Ngarang lo kebangetan. Nggak gitu juga kalau segitu nggak respect. Maaf baro, urusan hati no debat, gue nggak butuh persetujuan lo juga." Sanggah Alshan jelas tidak percaya. 

"Iya, mana mungkin Noza menikah secepat ini, kecuali kalau dijodohkan. Dia juga nggak cerita apa-apa. Kak Lintang bercandanya nggak lucu." Timpal Mega juga jelas tidak percaya. 

Belum sempat pria itu menampik sanggahan kedua manusia di depannya. Pesanan Lintang dan Alshan datang. Pria itu langsung sibuk menerima dengan antusias. 

"Kak, ini nomor ponsel aku, kalau mau tanya-tanya soal Noza, boleh sama aku aja, tapi nggak gratis ya. Hehehe. Bercanda kak!"

Mega dan Alshan bertukar nomo handphone. Keduanya pun mengangguk setuju. Perempuan itu itu pamit karena makanannya juga sudah kosong.  

Hanya sembilan bulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang