Bab. 36

309 10 0
                                    

Lintang membuka matanya lantaran mendengar suara berisik dari handphone Noza yang berada di sampingnya. Noza sendiri tidak mendengar, sepertinya ia kecapean hingga alarm berbunyi tidak membuatnya terjaga. 

Perlahan mata lentik itu menggerakkan kelopaknya. Noza terjaga, seperti biasa perempuan itu langsung melihat jam. Ternyata sudah lewat waktu subuh. 

"Udah jam segini? Kenapa aku nggak dengar adzan dan alarm bunyi?" Batin Noza bergegas bengkit dari sofa. 

Perempuan berhijab instan itu menuju ke masjid rumah sakit. Menunaikan sholat subuh disana yang sudah tertinggal. 

"Za, mau sholat?" Tanya Raga beru keluar dari masjid. 

"Eh, kak Raga, iya kak, aku kesiangan." Sahut permpuan itu malu.

"Silahkan, masih panjang kok waktunya." Ujar Raga balar tersenyum. 

Noza langsung menuju tempat bersuci, perempuan itu tak melihat Raga lagi. Namun, ternyata diluar ekspektasi. Saat Noza keluar, Raga masih duduk di teras masjid. 

"Loh, kok kak Raga masih disini?" Tanya Noza melihat pria itu duduk bersahaja. 

"Iya, bentar lagi mau follow up pasien. Nunggu setengah jam lagi." Ujar pria itu dengan segala kesibukannya. 

"Dari semalam belum istirahat berarti?" Tanya Noza menggeleng heran.

"Iya, sudah biasa. Kagetnya dikit aja." kata Raga tersenyum. 

"Emang nggak ngantuk? Capek ya?" Tanya Noza merasa takjub. 

"Udah jadi pekerjaan, ya mau gimana lagi. Rumah sakit itu ibarat rumah kedua." Kata Raga berbasa-basi.

"Rumah pertama rumah orang tuamu ya?"

"Bukan, rumah istri yang belum ada. Hehehe." Raga berseloroh pagi-pagi. 

Noza ikut tersenyum, suasana pagi ini terasa begitu berbeda saat bertemu dengan orang baik seperti Raga. Adem suasana hatinya pagi ini. 

"Aku duluan ya, kak." Ucap Niza berlalu meninggalkan senyuman. Raga balas mengangguk dengan senyuman. 

***

Noza kembali ke ruang rawat. Tidak menemukan Lintang diruangan itu. Bu Maryam juga sudah bangun setengah berbaring di ranjangnya. 

"Buk, sudah bangun?" Tanya Noza mendekat.

"Iya, kamu dari mana? Dicariin Lintang." Lapor bu Maryam. 

"Sholat buk, dimasjid rumah sakit. Biarin aja, mungkin dia sudah pulang." Jawab Noza datar. 

"Bagaimana keadaan ibu?" Tanya Noza memastikan. 

"Jauh lebih baik, kalau nanti sudah boleh pulang, ibu mau pulang saja. Pemulihan dirumah." Ujar bu Maryam sudah tidak betah. 

"Alhamdulillah.. Semoga nggak apa-apa, syukur nanti beneran udah boleh pulang." Kata Noza lega. 

Obrolan mereka teralihkan dengan kedatangan Lintang yang kembali keruang rawat. Noza pikir, kenapa masih berkeliaran disini. 

"Aku beli sarapan. Ini buat kamu, semalam melewatkan makan malam kan? Sarapan dulu, kata mama ibu hamil itu mudah lapar." Ucap Lintang mendadak cerewet. 

"Terimakasih, seharusnya tidak usah repot. Apalagi perhatian, karena sebanyak apapun yang kamu lakukan. Tidak akan merubah apapun untuk hubungan kita yang penuh dengan kepalsuan." Sambung Noza dalam hati.

"Sarapan sana, tidak apa-apa, ibu tahu kamu lapar." Ucap bu Maryam mengizinkan. 

"Noza belum lapar buk, semalam ngemil martabak." Jawabnya jujur. 

"Ini Za." Lintang tiba-tiba mendekati ranjang sembari membuka kotak yang isinya bubur ayam siap makan. 

"Aku belum lapar." Kata Noza menerima dan menaruhnya kembali di meja. 

"Makanlah.. Selagi hangat." Ucap Lintang sembari menyuap sarapannya. 

"Belum lapar." Jawab Noza tak suka hati. 

Tak berselang lama seorang dokter dan rekannya datang. Terlihat Raga yang bertugas disana. Sekali lagi mereka bertemu pagi ini dengan tatapan saling melempar senyum. 

"Pagi bu Maryam, bagaimana keadaan ibu pagi ini?" Raga mulai memeriksanya. 

Usai pemeriksaan, Raga pamit. Tak lupa pria itu menyapa Noza dan juga Lintang yang saat itu tengah duduk di sofa. 

"Duluan Za, Tang." Ucap Raga beranjak meninggalkan senyum ramah. 

"Terimakasih." Ucap Noza mengangguk tak kalah ramah. 

"Makan Za, keburu dingin." Tegur Lintang saat masih sedikit salting dengan dokter sekaligus sepupunya itu. 

"Hmm." Jawab Noza pada akhirnya. 

***

Siang harinya, bu Lisa kembali berkunjung. Ibu dari dua anak itu agak kaget saat menemukan Lintang masih ada dirumah sakit. Pria itu semalam tidak pulang ke rumah. Perempuan itu pikir, Lintang pergi sesuka hati mencari kesenangan diluar. 

"Bagaimana keadaannya, bu? Apa dari semalam Lintang di sini?" Tanya bu Lisa penasaran. 

"Iya, dari semalam Lintang disini, Alhamdulillah sudah lebih baik. Apa saya sudah boleh pulang?" Tanya bu Maryam yang benar-benar sudah tidak betah. 

"Biar kamu urus administrasinya dulu." Ucap bu Lisa penuh tanggung jawab. 

"Biar Lintang aja, ma." Sahut Lintang diluar ekspektasi. 

Sementara Lintang mengurus pembayaran, bu maryam berkemas dibantu Noza. Kondisi bu Maryam membaik, jadi bisa memulihkan kesahatannya dirumah. 

"Sudah, Tang?" Tanya bu Lisa melihat putranya sudah kembali. 

"Sudah ma, aman, boleh pulang sekarang." Jawab pria itu santai. 

Lintang membantu mertuanya masuk ke mobil. Diikuti Noza yang mau tidak mau harus diikuti. 

"Sudah mau pulang?" Tanya Raga menghampiri sampai ke parkiran. 

"Iya, terimakasih banyak kak Raga, jaketnya aku bawa pulang dulu, besok atau kapan hari aku kembalikan." Noza masih ingat betul kalau dirinya hanya dipinjamkan. 

"Harus itu, kamu boleh menghubungiku dulu untuk itu. Hati-hati di jalan! Semoga lekas pulih, bu!" Ucap Raga mengarahkan wajahnya pada bu Maryam. 

"Sudah salam-salamannya? Kalau masih ingin menjenguk bisa datang ke rumah." Cibir Lintang menatap jengah. 

"Ya, kapan-kapan boleh juga." Jawab Raga tersenyum kalem. 

"Ayo Ga, kami pulang dulu!" Seru bu Lisa pamit. 

"Iya bude, sampai ketemu." Balas pria itu ramah. 

Pria itu menunggu sampai mobil Lintang berlalu dari halaman rumah sakit. Melempar senyum perpisahan dengan Noza yang nampak kalem. 

Selama perjalanan pulang, Lintang fokus menyetir, sementara bu Lisa sesekali mengajak Noza dan bu Maryam berbicara. 

Hanya sembilan bulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang