Bab. 70

433 11 0
                                    

"Aku izin pulang sebentar ya, hari ini mau masuk kerja. Tolong nanti kabari kalau mau pulang, kalau bisa sore aja." Ucap Lintang yang harus masuk kerja. 

"Iya mas, nggak apa-apa. Aku bisa jaga sendiri." Jawab Noza mengiyakan. 

Lintang lalu pamit pada putranya. Gafi harus tahu kalau dirinya keluar sebentar untuk kerja. 

"Papa pulangnya kapan?" Tanya Gafi yang tak mau ditinggal. 

"Nanti siang juga pulang. Mau jemput Gafi pulang ke rumah, katanya mau pulang kerumah papa. Pagi ini papa kerja sebentar ya sayang." Pamit Lintang pada putranya. 

Gafi hanya bisa mengangguk dengan ucapan ayahnya, meskipun di hatinya masih ada rasa takut di tinggal. 

"Aku berangkat dulu Za." Pamit Lintang menatap Noza dengan senyuman. 

"Iya mas, hati-hati!" Ucap Noza balas dengan senyuman. 

"Cuma itu? Nggak ada gitu salam yang lebih manis?" Seloroh pria itu menggoda. 

"Maksudnya?" Noza kebingungan dan canggung ditodong pertanyaan seperti itu. 

"Ya mana tahu mau ngasih kecupan selamat jalan. Atau apa ya... salim dulu deh, bair kaya calon keluarga sakinah." Ucap Lintang yang diaminkan keduanya dalam hati. 

"Udah sana berangkat mas, belum halal, dilihatin Gafi!" Tegur Noza dengan wajah memanas. 

"Kalau begitu siap dihalalin kapan? Aku kerumah ya." 

"Nggak tahu." Jawab Noza datar. 

"Kok nggat tahu. Jangan bikin aku bingung. Susah ya bilang iya, boleh." Ucap Lintang menatap gemas. 

"Yakin mau sama anak pembantu?" Tanya Noza membuat Lintang tertampar akan masa lalu mereka. 

"Kok ngomongnya gitu? Aku tahu, aku salah, bisa nggak jangan bahas masa lalu." Lintang kali ini yang tersinggung.

"Ya mana tahu kamu lupa, sampai kapanpun aku tetap anak bekas pembantumu, mas, sebaiknya kamu pikir-pikir dulu."

"Empat tahun saat kamu memilih pisah, hatiku begitu sakit. Aku sadar aku salah, andai bisa, ingin kutarik kata-kata kotorku dulu. Tolong beri aku kesempatan untuk memperbaikinya." Mohon Lintang dengan netra memerah dan berlinang. 

"Kita bahas ini lagi nanti mas, Sudah sana kamu berangkat. Lagian ada Gafi, nanti dia dengat permasalahan kita." Noza memotong pembicaraan mereka yang jelas membuat hatinya tak karuan. 

"Oke, aku sabar kok, tapi jangan lama-lama ya. Kalau mau pulang, tolong kabari, aku akan langsung pulang, tunggu aku jemput kalian." 

Noza hanya mengangguk, selebihnya membiarkan mantan suaminya beranjak.

***
"Apa Gafi sudah boleh pulang?" Tanya bu Maryam pada putrinya yang sudah datang sedari siang. 

"Iya buk, tunggu mas Lintang dulu, dia sudah berpesan begitu." Jawab Noza merasa tak enak pada laki-laki itu. 

"Ibuk lihat Gafi begitu senang jika ada Lintang." Ucap bu Maryam tentu saja peka dengan setuasi. 

"Namanya anak dan bapak ya wajar bu seperti itu." Jawab Noza datar. 

Sementara Lintang yang di kabari sore itu, langsung bergegas ke rumah sakit. Pria itu menyediakan mobil untuk pulang serta membayar seluruh biaya perawatan Gafi lebih dulu. 

"Za, aku langsung balik kantor lagi, kamu pulang sama orangnya aku ya, nanti setelah urusan kantor selesai, aku janji langsung pulang ke rumah." Jelas Lintang yang sore itu masih terlihat sibuk. 

Hanya sembilan bulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang