Bab. 61

362 9 0
                                    

"Tang, mama mohon, kamu jangan keras kepala begini, kasihan Gafi masih terlalu kecil kalau harus terpisah dengan ibunya. Kamu balikin ya, atau paling nggak kamu jemput Noza kesini." Bu Lisa semakin gelisah setelah berganti hari omongan putranya tetap sama. 

"Noza nggak mau kesini ma, bahkan Lintang mencoba bicara baik-baik pun gak ditanggapin. Emang salah ya kalau Lintang ingin mempertahankan rumah tangga ini." Jawab pria itu sendu. 

"Kamu nggak salah, justru itu yang mama harapkan dari dulu, tapi cara kamu yang bermasalah. Biar bagaimanapun memisahkan bayi dengan ibunya itu tidak dibenarkan. Mau kamu menggugat balikpun dipengadilan bakalan sulit kalau tidak ada fakta yang memberatkan penggugat. Ayolah sayang, mengalah sedikit demi Gafi. Dia pasti rindu dengan ibunya." Bujuk bu Lisa setelah mengurus Gafi pagi ini. 

Lintang nampak bimbang. Sebenarnya dia juga tidak ingin begini. Tetapi tidak ada jalan untuk membuka komunikasi yang baik dengan Noza, membuat Lintang setenah putus asa. 

"Tidak ma, kalau Noza memang sayang, seharusnya Noza datang dan mempertahankan Gafi." Jawabnya. 

Lintang tidak jadi kekantor, ia mengambil izin demi bersama Gafi hari ini. Pria itu juga tengah dalam kekalutan yang membuatnya tidak akan berkonsentrasi saat bekerja. 

Sementara Noza dirumahnya, sejak dari terbuka mata pagi hari hingga matahari terbit, berusaha menyibukkan diri demi mengalihkan pikirannya terhadap Gafi. Noza tidak sedikitpun berbicara, fokus dengan apa yang ada didepan matanya. Namun, lagi-lagi Noza gagal, apalagi saat buah dadanya terasa berat dan sakit karena ASInya penuh. 

"Aku nggak bisa gini." Gumamnya gelisah. 

Perasaan seorang ibu itu peka luar biasa. Karena mempunyai ikatan batin yang sangat kuat. Terbukti benar, siang itu Gafi mulai rewel dan tidak mau menyusu sama sekali dengan botol. Membuat Lintang kewalahan dibuatnya. 

"Ma, ini gimana? Dia tidak mau minum susu." Lapor Lintang pada mamanya, kalau Gafi masih rewel. 

"Coba sini sama mama." Ujar mama Lisa ikut menenangkan. Nihil, Gafi tetap tak mau menyusu dan terus menangis. 

"Tang, jemput istrimu, jangan keras kepala, Gafi bisa sakit kelau kamu memaksa seperti ini." Bujuk bu Lisa ikut tak tenang. 

Lintang baru saja keluar rumah setelah menyambar kunci mobil ketika melihat sosok yang ditunggu-tunggu itu muncul bersama ibunya keluar dari taksi. 

"Mana Gafi?" Tanya Noza tak sabar, ia langsung masuk menerobos suaminya tanpa permisi. 

"Gafi ada dikamar." Jawab Lintang mengekor istrinya yang diikuti bu Maryam menuju kamar pria itu. 

Perempuan itu membuka pintu kamar tanpa permisi. Terlihat Gafi dalam timangan mertuanya hendak diberi susu. 

"Noza? Akhirnya kamu datang, nak." Seru bu Lisa menatap lega. 

Noza tidak langsung menjawab, kadung tumpah air matanya, ia langsung mengambil Gafi yang tengah rewel dalam timangan mertuanya. 

"DIa tidak mau menyusu." Lapor bu Lisa sesuai kenyataan. 

Noza sekuat hati menahan sesak, berusaha tenang tanpa emosi langsung memberikan ASInya setelah mengambil duduk. Seketika baby Gafi terdiam dalam dekapan ibunya. Perasaan lega bercampur khawatir membelenggu jiwa Noza saat ini. 

Lintang yang berdiri tak jauh dari perempuan itupun mendekat. Ada rasa bersalah yang banyak saat kembali melihat ibu dari anaknya yang terus menangis sembari menyusui putranya. 

"Aku minta maaf." Ucap Lintang lirih sambil tertunduk. 

Noza terdiam, sibuk menata perasaan dan hatinya. Muak sekali dengan sikap Lintang yang semena-mena. 

Hanya sembilan bulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang