Bab. 6

442 10 0
                                    

Lintang lebih dulu masuk ke mobil mewahnya, diikuti Noza denga ragu memilih jik belakang karena benar-benar tidak ingin terlalu dekat. 

"Astaga! Emangnya gue ini supir? Pindah depan!" Pria itu mengomel. 

"Aku naik taksi online saja, berikan alamatnya." Noza turun dari mobil.

Lintang yang sudah duduk tenang di belakang kemudi sampai turun lagi dengan gemas. 

"Apaan sih, tinggal pindah dengan apa susahnya. Harus gue gendong?!" Ujarnya kesal. 

"Aku bisa ke sana sendiri, nanti biar aku cari alasannya sendiri, atau memang keahlianmu memaksa?" Gadis itu menatap dingin. Sumpah demi apapun Noza tidak nyaman berada di sekitar laki-laki itu. 

"Hahaha. Nggak usah kepedean ya, tentu saja lo itu bukan type gue, jangan terlalu berhayal. Mana ada maksa-maksa." Sanggah pria itu mencibir kesal. 

Noza tidak minat berdebat, terlalu muak menghadapi sikap songongnya. Ia berlalu meninggalkan Lintang yang menatapnya tidak percaya. 

"Nggak jelas banget sih tuh cewek, sana peri sana! Cari alamatnya sendiri!" 

Melihat Noza yang sudah menghilang dari pandangan, Lintang pun mengirim alamat tempat usaha ibunya. 

Sementara Noza benar-benar memesan taksi. Ia bukan gadis cupu yang tidak tahu apapun. Sebelum peristiwa naas itu terjadi, Noza bahkan tidak sependiam sekarang. Sebelumnya Noza juga aktif di sosial media dengan banyak pengikut. Dia gemar menulis dan juga menggambar. 

***

"Bagaimana sayang? Kamu bisa tanda tangan kontraknya. Bisa dikerjakan setelah lulus kuliah untuk proses kerjanya." Kata bu Lisa setelah keduanya duduk satu meja. 

"Aku pikir-pikir lagi ya bu, produk ibu kan terkenal, masa pakai saya." Noza merasa kurang mampu. 

"Kenapa? Kamu pasti bisa bantu. Follower kamu juga cukup banyak di sosmed, itu sangat bagus Noza." Ujar bu Lisa antusias. 

Noza bahkan sudah beberapa hari tidak membuka sosmednya. Ia seperti menghilang dari dunia maya. 

"Ya sudah, mukurnya jangan lama-lama. Eh ya, kamu tadi ke sini diantar Lintang kan? Kemana tuh bocah kenapa tidak masuk. Dasar tidak sopan!" 

"Iya bu, mungkin ada urusan lain, jadi langsung pergi." Noza berbohong mengiyakan, daripada nanti pria itu menghampiri dirinya lagi sebab ibunya protes. 

"Kamu pulangnya dengan taksi lagi? Bareng saya saya ya." Bu Lisa bersiap-siap akan pulang. 

Noza kali ini mengiyakan. Bahkan saat perempuan paruh baya itu meminta diantar ke swalayan, Noza tidak sungkan mengangguk. 

"Mampir dulu ya, ada yang mau saya beli."

"Kamu mau beli apa, Za. Pilih saya yang mau kamu buthkan?" Tawar bu Lisa yang selalu baik dalam setiap kesempatan. 

"Tidak ada bu, aku nemenin aja." Jawab Noza sungkan. 

Usai berbelanja, perempuan yang berprofesi Dokter esterika itu mengajak mampir di sebuah food court yang tidak jauh dari tempat berbelanja. 

"Kamu mau pesan apa Za?"

"Jus aja bu." Jawabnya sungkan. 

"Sekalian pesan kimbab ya?" Ujar bu Lisa pengertian. 

Bu Lisa yang tidak memiliki anak perempuan rasanya senang sekali bisa jalan-jalan berdua seperti ini dengan Noza. Saat tengah menikmati pesanan, tak sngaja netra Noza menangkap bayangan seorang pria baik yang kemarin di temuinya. Namun, saat itu pula pandangannya menjadi aneh saat menemukan Lintang juga di sana. 

"Kalian di sini?" Sapa Bu Lisa tak sangka bertemu dengan keponakan sekaligus putranya yang tengah bersama. 

"Iya, kebetulan ketemu disini bude." Jawab Raga yang tak menyangka akan bertemu dengan gadis itu lagi. 

"Assalamu'alaikum.. Noza!" Sapa Raga mengambil duduk di kursi yang kosong. 

"Waalaikumsalam.." Jawab Noza terkejut. 

"Kalian kenal?" Tanya Bu Lisa menatap keduanya. 

"Kebetulan iya." Jawab Raja mengiyakan. Noza hanya tersenyum. 

"Kok bisa?" Sahut Lintang yang sedari tadi menyimak. 

"Bisalah.. Bumi ini kan punya Allah.. Kebetulan tengah berpijak di titik yang sama, pas kita bertemu. Bukan begitu Za?" 

Lintang melebarkan bibir bawahnya mendengarkan pengakuan Raga, ikut bergabung dengan yang lainnya. Ia sejenak melirik Noza yang menundukkan pandangan. 

"Ya sudah pesan saja sekalian!" Bu Lisa menawarkan Raga dan Lintang. 

"Traktir ya Bude, kebetulan tadi lagi cari makan." 

Raga sangat antusias. Sementara Lintang biasa-biasa saja. Jelas kurang suka melihat ibunya terlalu akrab dengan anak pembantu mereka itu. 

"Kok Noza bisa bareng sama Bude?" Tanya Raga kepo. 

"Anaknya bu Maryam, Ga. Tinggal di pavilium kami."

"Anak art di rumah gue, Ga, pastilah mama kenal." sahut Lintang cukup menohok. 

"Pengennya bude jadikan anak bontot Ga, tapi Noza-nya nggak mau. Iya kan Za, ayo dihabiskan pesanannya!" Bu Lisa mencairkan suasana. Perempuan itu melirik tajam pada Lintang yang berbicara seolah tidak menghargai Noza. 

Sebenarnya Noza sudah tidak nyaman semenjak kedatangan Lintang. Namun, ia tidak bisa pergi begitu saja di antara ibu dan anak itu. Terlebih ada Raga, tidak sopan jika pamit begitu saja. 

Hanya sembilan bulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang