"Za, Noza!" Pekik priaitu menerobos masuk. Tidak ada siapapun disana. Sunyi sepi tak berpenghuni. Bahkan kamarnya masih terlihat rapi. Apakah Noza belum pulang kerumah?
Lintang berlari kecil menuju rumahnya. Langsung menuju area belakang menemui bu Maryam.
"Bu, Noza mana? Kenapa dirumah tidak ada." Tanya Lintang tak sabar.
"Belum pulang mas." Jawab bu Maryam benar adanya.
Lintang melesat tanpa bertanya lagi, lalu menuju ke arah kamarnya. Namun, sebelum tangan dingin pria itu menekan handle pintu. Suara mama Lisa cukup nyaring menyeru.
"Darimana kamu, Tang? Kenapa tidak mengantar Noza chek up kandungan?" Tanya bu Lisa dingin.
Shit! Pasti Noza beri tahu mama. Sialan tuh orang maunya apa sih!
Pria itu memejam sejenak, sebelum akhirnya memutar tubuhnya menghadap sang mama.
"Tadi Lintang ada urusan ma, kerumah sakit kok, tapi pemeriksaan Noza sudah kelar, jadi... ya terlambat. Tapi mama nggak usah khawatir, calon cucu mama sehat kok." Jawabnya setenang mungkin.
"Owh ya... Terlambat, atau sama sekali tidak datang. Sampai hal sepenting itu kamu tidak ada waktu. Kamu mengabaikan moment langka yang mungkin tidak akan kamu jumpai lagi di bulan-bulan berikutnya. Kenapa kamu membiarkan Noza ditemani Raga?"
Sialan! Berarti Raga yang nemenin Noza dan ngadu ke mama.
Hati Lintang makin kesal tentunya. Entahlah, mendengar perkataan tadi, ditambah saat ini Noza belum dirumah, membuat hatinya makin tak karuan.
"Itu hanya kebetulan saja. Kupikir Raga sangat lancang, dia seharusnya tidak mengambil alih dimana seharusnya aku yang ada disana." Katanya setenang mungkin.
"Dia hadir di saat yang tepat. Apa kamu benar-benar tidak menginginkan darah dagingmu sendiri. Kenapa memberikan kesempatan orang lain hadir diantara kalian?" Tanya mama Lisa yang sepertinya paham bahwa perhatian Raga bukanlah hal yang biasa saja.
"Tentu saja aku sayang, ma, dia anakku kan? Kenapa mama berkata demikian?"
"Mama harap kamu belum terlambat menyadarinya Lintang. Karena hati perempuan akan sulit terbuka jika dia sudah sangat terluka." Ucap mama Lisa penuh nasehat.
"Mama sedang menasihatiku? Atau mengkhawatirkan tentang hubungan rumah tanggaku?"
"Dua-duanya." Jawab bu Lisa datar.
"Kami hanya perlu waktu. Buktinya sekarang juga Noza tidak menolak untuk tidur satu kamar. Pelan-pelan Noza akan hilang traumanya. Kitaakan dekat satu sama lain, ma." Ucap Lintang dengan percaya diri.
"Mama tidak yakin, dan mama tidak akan ikut campur lagi dengan masalah hati, Lintang. Noza juga berhak bahagia." Mama Lisa terlanjur kecewa.
Bu Lisa berlalu, meninggalkan Lintang dengan pikirannya sendiri. Pria itu langsung masuk kamar dan seketika kembali emosi saat berusaha menghubungi Noza tidak diangkat sama sekali.
"Sialan nih cewek maunya apa sih! Sudah hampir sore belum pulang. Nggak merasa apa sudah buat huru hara." Gumam Lintang kesal.
***
Terdengar sebuah mobil memasuki halaman rumah. Lintang langsugn beranjak menuju balkon rumah. Melihat dengan jelas Noza baru turun dari mobil Raga.
"Terimakasih kak." Ucap Noza dengan senyuman.
"Biar aku antar sampai dalam, takutnya nanti malah orang yang lihat salah paham. Sekalian aku mau ketemu dengan bude Lisa." Kata Raga sopan.
Pria itu sengaja bertamu senja itu. Hanya untuk menyerahkan kepulangan Noza kerumah.
"Sore bude? Maaf ini Raga ngenterin Noza." Ucap Raga ada rasa tidak enak.
"Sore Ga, terimakasih banyak. Lain kali Raga bisa menghubungi bude untuk urusan Noza, dia tanggung jawab keluarga ini." Ucap bu Lisa sedikit tidak suka dengan cara Raga yang jelas berlebihan.
"InsyaAllah bude, kalau begitu Raga permisi dulu, sudah hampir petang. Noiza duluan ya, jangan lupa minum vitaminnya. Sehat-sehat sampai lahiran." Ucap Raga penuh perhatian.
Noza mengangguk dengan senyuman. Setelah pria itu pulang, Noza juga langsung pamit ke belakang tentunya setelah bertegur sapa ramah dengan ibu mertuanya.
Begitu sampai kamar, Noza langsung melepas hijabnya dan beranjak untuk mandi. Namun, sebelum ia keluar cukup kaget dengan pintu kamar yang dibuka kasar begitu saja. Lintang masuk tanpa permisi."
"Lintang! Bisa sopan nggak sih! Masuk kamar orang tuh permisi!" Noza berjalan cepat menyambar hijabnya.
"Dari mana? Seharusnya kamu sudah sampai diruma dari tadi?" Tanya pria itu merampas hijab Noza yang belum sempat terpakai.
"Kamu apaan sih? Apa pedulimu?" Noza terkejut dengan sikap Lintang.
"Kamu yang maunya apa? Maksudnya apaan minta ditemani chek up ke Raga segala. Itu sama saja kamu tidak menghargai aku, Noza."
"Apa pedulimu! Bukankah kamu juga tidak menginginkannya. Berhenti untuk bertindak sesukamu, aku juga punya privasi. Keluar dari kamarku!" Usir Noza mendorong Lintang dengan geram.
Jangankan bergeser, pria itu balas menatapnya tajam seakan melahapnya hidup-hidup. Mengurung tubuh Noza yang tertahan didinding. Jarak mereka yang begitu dekat membuat Lintang terdiam sejenak memperhatikan wajahnya begitu lekat.
"Keluar! Minggir dari depan tubuhku Lintang." Desis perempuan itu menahan amarah yang begitu dalam.
"Kenapa? Bukankah kita pernah melakukan lebih dari ini? Bahkan lebih dan lebih." Balas Lintang dingin.
Noza menghela napas kasar. Tenang, ia harus setenang mungkin menghadapi Lintang agar tetap waras. Walaupun Noza sebenarnya takut luar biasa saat pria itu tak mau beranjak sama sekali.
"Raga boleh melihatmu, apakah dia juga menemani disamping perutmu yang buncit ini." Tangan kanannya tergerak mendekati perut Noza.
Lintang hampir menyentuh perut Noza, tetapi dengan cepat Noza menepisnya kasar.
"Jangan sentuh!" Tolak perempuan itu galak.
Lintang yang mendapatkan penolakan itu menelan salivanya kasar. Marah, ya tentu saja ia semakin kesal.
"Kenapa? Bukankah dia anakku? Atau jangan-jangan ada pria lain yang sudah menyentuhmu?" Sentak pria itu menggenggam bahu Noza dengan kasar.
"Jangan Lintang! Tolong jangan! Pergi!" Noza histeris ketakutan. Membuat Lintang langsung melepaskan cengkraman tnagannya dibahu Noza.
Noza berurai air mata dengan wajah memohon. Membuat pria itu tertegun menatapnya. Perempuan itu meluruhkan tubuhnya ke lantai dengan mata memejam dan kedua tnagan menutup telinganya dan menangis sesenggukan.
"Noza... a-aku..." Kata pria itu tercekat melihat Noza sangat ketakutan.
"Pergi! Pergi!" Ucap Noza dengan tangis.
Lintang memberi jarak, Noza sepertinya masih benar-benar trauma. Pria itu pun seketika menyesali perbuatannya yang tidak bisa menahan emosinya terhadap Noza.
"Noza!" Bu Maryam masuk mendengar tangis putrinya.
"Kenapa nak? Kenapa Maryam jadi seperti ini?" Tanya bu Maryam sembari memeluknya.
"Noza takut, buk." Ucap perempuan itu dengan tubuh bergetar.
"Tida apa, sayang. Ibuk ada disini." Ucapnya menenangkan.
"Lintang, sebaiknya kamu pulang. Menyingkir dulu dari sini, kasihan Noza sampai begini. Tolong jangan memaksanya." Kata bu Maryam dingin.
"Iya buk." Jawab Lintang masih belum percaya Noza bisa sehisteris itu padanya. Apakah dia setakut itu dengan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya sembilan bulan
General FictionAku bernama Nozafitri Utami yang sering di panggil Noza. Kehidupan Normal yang aku jalani harus menjadi jungkir balik karena mendapatkan pelecehan dari seorang pria yang aku segani dan hormati. Banyak mimpi dan tujuan yang aku layangkan tinggi seaka...