Bab. 77 (END)

977 22 1
                                    

"Papa dengar kalian mau rujuk? Biar sama-sama nyaman, gimana kalau nikah dulu aja, resepsinya nanti setelah Lintang sembuh." Ucap pak Rangga tiba-tiba. 

Noza yang baru saja selesai menyuapi Lintang, membuat jantung perempuan itu berpacu dengan cepat. 

"Tapi Lintang masih sakit, apa Noza mau? Yang ada Lintang nanti malah banyak ngerepotin." Ucap Lintang sendu, meskipun berharap Noza mau. 

Noza terdiam, dia malah tidak kepikiran apa yang ditakutkan Lintang. Baginya menerima dia kembali karena memang hatinya menginginkan dan merasa yakin. Terlebih ada Gafi juga yang membutuhkan sosoknya yang sekarang. 

"Noza tidak masalah, InsyaAllah siap. Bilang ke ibu saja, pinta langsung pada beliau." Jawabnya kalem. 

Lintang tersneyum mendapat jawaban Noza. 

"Alhamdulillah... kalau kaya gini kan enak dilihat, dan juga didengar. Lintang juga bebas kalau bermanja-manjaan. Noza yang sabar ya, Lintang ini kalau lagi sakit agak gesrek." Ucap pak Rangga sedikit meledek san putra. 

"Iya pa." Jawab Noza tersenyum canggung. 

"Beneran nggak apa-apa? Kakiku masih sakit, mungkin aku akan sangat merepotkanmu?" Tandas Lintang meyakinkan pada Noza. 

"Sekarang juga sudah banyak ngerepotin." Jawab Noza setengah guyonan. 

"Iya sih, kenapa kamu jadi suka jujur sekali. Aku seneng banget kalau beneran mau. Biar mama papa yang urus semuanya ya." Ucap Lintang menyerahkan semua urusan pernikahan pada orangtuanya. 

"Mama tergantung yang mau ngejalanin saja. Soal mengurus semuanya mama akan siap membantu kalian. Berarti mama sudah harus mulai mempersiapkan." Ujar bu Lisa menjadi agak repot.

"Cincinnya udah ada ma, aku udah persiapin dirumah. Tinggal lainnya aja menyusul." Ucap Lintang yang sebenarnya sudah menyiapkan banyak hal. 

"Wah... seniat itu anak mama, Alhamdulillah... berarti mama nggak usah nyari nih. Tinggal ngambil aja. Besok biar masalah penghulu papa yang handle. Iya kan pa?" Ucap bu Lisa merasa lega. 

"Nanti aku bilang ke ibuk dulu, tentang ini baiknya gimana." Jawab Noza merasa sangat perlu mendapatkan pendapat dan restu ibunya. 

"Iya, papa juga akan kesana. Mungkin besok." Jawab pak Rangga penuh rencana.

"Kenapa nggak sekarang aja pa, biar cepat. Atau panggil bu Maryam kesini." Pinta Lintang yang sedikit tidak sabar. 

"Papa juga perlu persiapan, Tang, walaupun pernikahan itu dilakukan sederhana, papa juga harus menyiapkan semuanya. Kamu jangan khawatir, besok papa akan ke rumah Noza." Jawab pak Rangga menenangkan putranya. 

***

Hari yang ditunggu-tunggu keluarga besar pak Rangga dan bu Maryam tentunya. Acara diselenggarakan di kediaman bu Maryam cukup sederhana. Biar begitu, nampak tertata mewah dengan dekorasi yang menghiasi rumahnya dan hidangan yang cukup banyak bervariasi. 

Ini memang pernikahan Noza yang kedua, dengan orang yang sama. Namun, tentu sekarang perasaan dan keadaannya berbeda. Mereka melaui ini penuh cinta dan restu yang membersamai keduanya. 

"Ma, mama sama papa menikah?" Tanya Gafi polos. 

"Iya, mulai sekarang, mama sama papa bisa bareng-bareng terus sama Gafi." Ucap Noza merasa deg-degan dan bahagia.

Sebentar lagi acara ijab qobul akan segera dimulai. Lintang dan keluarganya juga sudah nampak memenuhi meja akad. 

"Za, ayo keluar, sebentar lagi akadnya akan dimulai." Ujar bu Maryam menggandeng sang putri." 

Seperti mimpi, setelah empat putaran bumi mereka lalui dengan penuh banyak tragedi. Akhirnya hari ini seorang Noza kembali dipersunting oleh Lintang mantan suaminya. Pernikahan pertama mereka yang hanya berjalan selama sembilan bulan dan dipenuhi dengan air mata dan tidak adanya kebahagiaan disana. Saat ini kedua insan itu kembali merajut pernikahan dengan perasaan yang lebih yakin dan penuh cinta di dalamnya. 

Suara kata sah menggema diseluruh ruangan yang langsung merubah status mereka. Senyum lega terpancar di wajah gagah seorang Lintang, akhirnya, tepat dihari ini pria itu kembali mempersunting wanita yang yang dulu ia sakiti dan sekarang menjadi wanita yang memenuhi seluruh hatinya. 

Keduanya dipertemukan saling berhadapan setelah sah menjadi suami istri. Senyum malu-malu nampak begitu kentara di wajah Noza lantaran ditatap suaminya sendiri. 

"Ya ampun... gue keduluan lagi." Gumam Alshan menatap keduanya dengan ngenes dan mengamadikan moment dengan kameranya. Alshan dan Lintang kembali mejalin pertemanan meraka yang sempat renggang karena kejadian di masa lalu. Namun, saat ini mereka sudah mulai saling memaafkan keadaan. 

"Kang, fotoin gue juga dong, sama pengantinnya. Biar cepat nular ini." Seru Mega yang hari itu juga datang, karena Noza mengiriminya pesan untuk harus datang. Mega yang dulu juga sempat kecewa dengan Noza yang tidak menceritakan keadaannya, tapi sebagai sahabat ia bisa memaklumi pilihan yang diambil Noza adalah keterpaksaan. Mega menyempatkan mudik dan cuti beberapa hari pekerjaannya untuk menghadiri pernikahan sahabatnya itu. 

"Dih... kang, kang, kangkung. Lo sendirian? Ke acara kondangan gini?" Cibir Alshan melihat tak ada satu manusia pun menggandengnya. 

"Bedua, sama bayangan gue. Kak Alshan sendiri sama siapa?" Tanya Mega juga melihat tak ada pendamping pria itu. 

"Ramai-ramai lah... sama teman sejawat, sekantor, dan juga sefrekuensi." Jawab pria itu dengan percaya diri. 

"Mana? Kok nggak ada yang nyemperin." Mega mengedarkan pandangan.

"Lo sekarang dinas dimana? Kok lama ngilang?" Tanya Alshan kali ini serius.

"Bandung, ada kok, kak Alshan aja yang sibuk dengan dunia kakak. Kakak mana kenal sama aku." Cibi mega. 

"Ya udah kalau gitu mari kita kenalan dulu, dimulai dari nol ya, anggap aja kemaren dan dulu tidak saling kenal. Boleh minta nomor WAnya?" Tanya Alshan setengah modus. 

Setelah saling bertukar nomor, kedua manusia yang telah lama tidak bertemu itu melanjutkan obrolan mereka sembari mencari makanan. 

Sedangkan kedua mempelai tengah sibuk menyalami tamu-tamu yang hadir memberi selamat pada mereka. Baik Noza dan juga Lintang memang tengah merasa bahagia dan bersyukur untuk hari ini. 

"Kamu sambil duduk nggak apa-apa mas, mereka maklum kok kalau kaki kamu sedang sakit." Ucap Noza merasa kasihan dengan suaminya. 

"Iya, tapi kaya kurang sopan nggak sih." Jawab Lintang yang jelas pegal bertumpu dengan satu kakinya. 

Seorang pria menghampiri kepelaminan seorang diri dengan seulas senyuman. Berjalan tertata langsung memberikan selamat, bahkan memeluk Lintang dengan jiwa yang besar. 

"Selamat ya, kamu adalah pemenang hatinya. Titip Noza, Tang, dia perempuan yang baik, aku hanya kalah cepat darimu. Kendati demikian aku ikhlas melihat kalian bahagia." Ucap Ganta memeluk sendu Lintang. 

"Terimakasih, mas, sudah menjaganya selama ini. Terimakasih doanya, semoga kamu lekas menemukan jodoh yang tepat sesuai apa yang mas harapkan." Balas Lintang hangat. 

Ganta beralih menata Noza lebih dalam sembari tersenyum. Tak lupa mengucapkan selamat yang begitu tulus. 

"Berbahagialah adikku, saatnya kamu menjemput kebahagiaanmu bersama suamimu. Doaku selalu menyertaimu." Ucap Ganta penuh doa. 

"Terimakasih mas, doa baik untuk mas juga." Jawab Noza balas tersenyum tulus. 

Pria yang berhati luas dan berjiwa besar itu melanjutkan langkahnya untuk menemui bu Maryam. Ganta menyalami bu Maryam dan mengucapkan kata selamat juga. 

Acara selesai dalam sehari itu. Menejalang sore, tamu-tamu juga sudah pulang. Noza dan juga Lintang sudah meninggalkan panggung pelaminan dari tadi. 

Kehidupan pernikahan awalnya terjalin dengan sebuah perjanjian yang hanya akan  berjalan selama sembilan bulan atau lebih tepatnya hingga sang anak lahir, hingga berakhir dengan perceraian. Kini kembali terbangun setelah kedua insan manusia saling menurunkan ego, dan dengan perasaan cinta yang terbangun diantara mereka. Lintang dan Noza hanya ingin pernikahan ini akan menjadi yang terakhir dan selamanya hingga membawa mereka ke surga nantinya. 

Hanya sembilan bulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang