01. Pembaca Rahasia

6K 232 21
                                    

Akira's Note:

Peringatan⚠

Buku ini mengandung bahasa absurd dan beberapa narasi yang tidak pantas dibaca pembaca di bawah umur. Jadi, jika Anda tidak berminat membacanya, atau bahasanya mengganggu, lebih baik tidak dilanjutkan.

Sekian, terima kasih

•••

"Wah, Kak Won. Aku tak percaya, jika Kating pemarah yang senang menghukumku, ternyata mempunyai hobi membaca novel dewasa seperti ini," kata seorang pemuda tinggi berkulit tan, dengan sudut bibir terangkat ke atas.

Pemuda itu mengangkat tinggi-tinggi sebuah buku bercover hitam dan merah, yang mengusul tema percintaan wanita dan pria dewasa. Dia sesekali tertawa, menunjukkan gigi taringnya yang sedikit mencuat. Apalagi ketika melihat wajah seorang gadis berkacamata, yang memerah seperti cumi kepanasan.

"Maxiem! Kembalikan buku itu! Bukunya bukan milikku!" elak Wona, dengan mata rubah memelotot. Wona berusaha untuk tetap tenang, dan tidak memancing keributan. Dia tak mau, ada orang yang pergi ke belakang gedung A, untuk memeriksa apa yang terjadi.

Sebisa mungkin, Wona tetap diam di tempat sembari menyilangkan tangan di depan dada. Padahal, jantungnya berdetak kencang dengan ujung kaki kanan yang terus bergerak ke atas dan ke bawah, menunggu Maxiem mengembalikan bukunya kembali.

Sayangnya, niat Wona berbalik terbalik dengan Maxiem yang tertawa lebar. Maxiem membaca satu persatu kalimat di buku novel, kemudian melirik ke arah Wona yang masih diam di tempatnya, seolah-olah buku itu memang bukan miliknya. Hal ini membuat sebelah sudut bibir Maxiem terangkat ke atas, dan mulai membaca bukunya secara terang-terangan, "Pangeran Mahkota akhirnya mendorong Tuan Putri yang polos, ke sudut aula istana."

"Semua pelayan yang berada di aula istana, langsung pergi dari aula. Mereka membiarkan kedua insan yang berada di sudut aula, saling memandang satu sama lain, dengan tatapan mendamba."

"Setelahnya, Pangeran Mahkota menyentuh wajah Putri Mahkota, dan mendaratkan bibir---"

Belum sempat Maxiem mengakhiri ucapannya, Wona sudah lebih dulu berlari ke arahnya, dan berjinjit untuk menggapai bukunya. Gadis itu menjulurkan tangannya tinggi-tinggi, begitu pula dengan Maxiem yang berhenti bercerita dan mulai berjinjit untuk menghentikan niat Wona.

"Kembalikan! S*alan!" umpat Wona.

Maxiem tersenyum, dan menolak, "Tidak mau."

"Kembalikan!" gertak Wona.

"Tidak akan!" teriak Maxiem.

Wona kehilangan kesabarannya yang berada pada batasnya. Gadis itu berniat menginjak kaki Maxiem, tetapi Maxiem sudah lebih dulu berlari, memancing Wona untuk mengejarnya mengelilingi belakang gedung A.

"Pengumuman! Pengumuman! Kak Wona, wakil ketua BEM jurusan Desain grafis ternyata  suka membaca novel fantasi dew--" Belum sempat Maxiem mengakhiri ucapannya, Wona melempar sebuah batu ke belakang punggung Maxiem.

"Diam!"

Namun, Maxiem masih tak mau menyerah. Keduanya saling mengejar sampai Maxiem membawa Wona ke wilayah prodi olahraga dan kesehatan. Tepat di depan kolam berenang, akhirnya Maxiem menghentikan larinya. Pemuda itu tersenyum, melihat Wona yang terlalu lelah mengejarnya, sampai tubuhnya merosot dan duduk di tanah.

Dengan napas terengah-engah, Maxiem tersenyum puas. Dia berkata, "Ayo, Kak. Kejar aku lagi!"

"Giliran aku tidak membawa satu alat waktu pengenalan kampus, kau menghukumku lari keliling lapangan sebanyak tiga kali."

"Sekarang, baru satu putaran gedung kau sudah menyerah?" tanya Maxiem sembari tersenyum kecut.

Wona menarik dan mengeluarkan napas panjang. Gadis itu merasakan dadanya terasa sesak, tetapi Maxiem malah tersenyum mengejek sembari membuka lembaran novel di Bab sebelumnya. Dia membaca novel itu beberapa saat, lalu berkomentar, "Novelnya ternyata tak seseru yang aku bayangkan sebelumnya."

"Fl-nya digambarkan sebagai wanita polos, yang mudah dirayu siapa saja untuk berhubungan. Sedangkan Ml-nya adalah pria sadis yang menyembunyikan kesadisannya dengan topeng pangeran lembut."

"Kalau disuruh memilih wanita untuk melayani di atas ranjang, aku pasti lebih memilih antagonis wanitanya. Dia digambarkan cantik, bertubuh sek*si, dan pintar menggda. Tapi meskipun begitu, dia cukup pemilih dalam urusan ranjang."

"Aku suka tipe wanita dewasa seperti itu. Dia hampir sama sepertimu," canda Maxiem yang membuat tangan Wona mengepal kuat.

"Tutup mulut kotormu!" perintah Wona.

Wona berteriak, "Aku tak butuh review-mu tentang buku itu! Sekarang, cepat kembalikan bukunya padaku!"

Wona berniat kembali mengejar Maxiem, tetapi Maxiem malah menjulurkan buku Wona ke atas kolam renang. Maxiem tersenyum tipis, lalu berkata, "Bukunya merasa gerah setelah berlari bersamaku. Dia berbisik, ingin mandi di kolam renang."

Mata Wona memelotot, sembari menggelengkan kepala. Dia bersusah payah menyisihkan uang sakunya untuk membeli buku itu. Namun, Maxiem malah semakin mendekatkan bukunya ke atas kolam renang. Dia tersenyum lebar, sembari memperingati, "Buku ini bukan buku punya Kakak kan? Jadi, lebih baik dibersih---"

Belum sempat Maxiem mengakhiri ucapannya, seekor burung kecil melintas dan mendarat di atas punggung tangan Maxiem. Maxiem yang membenci burung, langsung mengibas-ngibaskan tangannya. Hingga akhirnya, buku milik Wona jatuh dan tenggelam di kolam renang.

"Tidak!" teriak Wona panik.

Tanpa mempedulikan harga dirinya lagi, Wona langsung masuk ke kolam berenang untuk mengambil bukunya. Berbeda lagi dengan Maxiem yang mencari benda untuk membersihkan kotoran burung. Dia mendengkus beberapa menit, sebelum akhirnya melihat Wona masuk ke kolam berenang hanya untuk mencari bukunya.

"Dia bilang buku itu bukan miliknya, tetapi dia masuk terburu-buru ke buku itu tanpa berpikir dua kali," ucap Maxiem sembari tersenyum kecut.

Awalnya Maxiem memutuskan untuk pergi dari prodi itu, dan berhenti bermain-main dengan Wona. Namun, tiba-tiba langit di atasnya mendung, dan Maxiem melihat secercah cahaya matahari bersinar ke arah kolam renang. Pemuda itu akhirnya menatap heran ke arah kolam berenang itu. Dia melihat sebuah buku terampung di sana, tetapi tidak melihat sosok Wona yang berenang ketepian.

"Kak Won? Kenapa kau tidak muncul juga? Kau bisa berenang kan?"

"Jangan bercanda! Dan jangan berkata kau tenggelam karena tidak bisa berenang!"

Namun, tak ada sahutan dalam kolam berenang. Begitu pula dengan tanda-tanda jika Wona sudah keluar dari kolam berenang, lalu meninggalkan jejak kaki basah di sisi kolam berenang. Keadaan ini membuat Maxiem merasakan jantungnya berdetak kencang. Dia berteriak, "Kak Won?! Kak Won?!"

Tanpa berpikir dua kali, Maxiem ikut masuk ke kolam berenang. Maxiem mencari-cari keberadaan Wona, takut-takut jika Wona tenggelam dalam kolam berenang. Namun, mau dicari bagaimana pun, Maxiem tidak menemukan sosok Wona sedikit saja.

Ke mana Wona?

•••

SISI ANTAGONIS #Meanie [Ongoing]⚠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang