Leave

271 54 12
                                        

Lisa berjalan tergopoh ke arah gedung tempat Jiun bersekolah, beberapa saat yg lalu sang wali kelas Jiun menelfon mengabari bahwa Jiun barusaja bertengkar dengan teman sekelasnya. Meski lewat gedung sekolah Jiun tidak terlalu jauh dari toko bunga Lisa, hanya tinggal menyeberang jalan. Namun hal ini tetap membuat Lisa panik dan merasa kenapa jalannya mendadak menjadi jauh.

"Mama Jiun..."

"Ya bu guru? Apa yg...sebenarnya terjadi?" Lirih Lisa.

"Begini...kita tunggu papa Jiun datang baru saya akan menjelaskan kepada kalian"

"Tunggu....papa Jiun?" Lisa hanya mengernyitkan dahi dengan pertanyaan yg hanya muncul di kepalanya tanpa Lisa ucap.

Sesaat kemudian seseorang mengetuk pintu ruang guru, dan meminta ijin untuk masuk.

Ya....seseorang itu....Jisung.....papa nya Jiun

Tapi...sejak kapan urusan sekolah Jiun melibatkan Jisung dan...dari kapan sekolah tau kalau Jisung papa Jiun, karna dari awal Lisa mendaftarkan Jiun ke sekolah ini sebagai orang tua tunggal. Tanpa menyebutkan nama dari papa Jiun.

"Apa yg sebenarnya terjadi?" Gumam Lisa dengan begitu banyak pertanyaan di dalam kepalanya.

"Begini....saya memanggil kalian berdua kesini untuk memberitahu sesuatu tentang putra kalian, Park Jiun"
"Pagi ini...Jiun terlibat perkelahian dengan teman satu kelasnya, lebih tepatnya Jiun memukuli teman sekelasnya"

"Memukuli?" Lirih Lisa menatap tidak percaya.

"Saya disini tidak menyalahkan Jiun semat karna bagaimanapun di usianya yg sekecil saat ini dia hanya tau untuk melakukan apa hal yg menurut dia benar"
"Saat saya bertanya pada Jiun apakah dia memukul temannya? Jiun berkata iya"
"Lalu saat saya tanya lagi kenapa? Jiun berkata karna temannya mengatakan bahwa Jiun tidak punya ayah"
"Kemudian saya bertanya lagi, tapi Jiun punya ayah kenapa Jiun marah jika perkataan temannya tidak benar? Dan Jiun menjawab temannya berkata padanya bahwa ayah Jiun tidak menginginkan Jiun ada di hidupnya makanya ayah Jiun tidak mau tinggal bersamanya"

Ya Tuhan....hati Lisa dan Jisung mencelos mendengar semua itu.

"Saya tidak tau apa yg terjadi dengan kalian berdua, tapi bisakah saya berpesan kepada kalian berdua untuk menjaga hati putra anda"

Lisa dan Jisung bungkam, tidak tau apa yg harus diucapkan terlebih tenggorokannya terasa tercekat hingga tak mampu mengeluarkan kata-kata.

"Dan ada satu hal lagi yg saya rasa kalian berdua harus mengetahui ini" ucap wali kelas Jiun memberikan sebuah gambar hasil karya Jiun saat sang guru meminta Jiun untuk menggambar tentang keluarga.




"Jiun ssi kenapa ada dua rumah disini?"

"Karna ini rumah Momy dan ini rumah Dady"

"Kenapa ada tulisan nama-nama hari di sini Jiun?"

"Ini jadwal bu guru...di hari ini Jiun tinggal di rumah Momy dan di hari yg ini Jiun boleh tinggal di rumah Dady"

"Dan ini...gambar apa?" Tanya sang guru pada sebuah garis yg memisahkan kedua rumah itu"

"Ini tembok...."

"Kenapa ada tembok disini Jiun?"

"Karna di antara Momy dan Dady ada tembok, Momy akan pergi saat Dady datang"

"Dan kenapa tangan Jiun hanya ada satu?" Tanya bu guru menoleh menatap muridnya.

"Karna Momy dan Dady tidak pernah menggenggam tangan Jiun secara bersamaan jadi untuk apa Jiun punya dua tangan? Punya satu tangan aja sudah cukup kok"








Snow (Lalisa-Park Jisung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang