Another side

315 46 11
                                    

"Kenapa kamu berani teriak di hadapanku?" Teriak balik laki-laki itu
"Brengsek....." umpat laki-laki itu yg seketika menampar kuat wanita di hadapannya.

"Li......" Jisung berusaha menahan Lisa untuk ikut campur, tapi nihil.
Lisa bahkan sudah terlepas dari gendongan Jisung.



........

"Beraninya sama perempuan dasar pecundang" umpat Lisa mendorong kuat laki-laki itu meski tenaga Lisa tidak sekuat itu untuk merobohkan tubuh besar laki-laki itu

"Siapa kamu? Kenapa ikut campur dengan yg bukan urusanmu?"

"Jangan berteriak dihadapanku bajingan" teriak Lisa berapi-api dengan kedua tangan nya yg mengepal erat refleks meninju wajah laki-laki itu yg tinggi nya nggak seberapa.

"Li.....sudah ya..." lirih Jisung menarik mundur Lisa

"Kamu melukaiku? Berani-beraninya" umpat laki-laki asing itu menyeka sudut bibirnya yg berdarah hasil dari pukulan Lisa.

"Bisa kita selesaikan secara jantan?" Ucap Jisung menyembunyikan Lisa dibalik punggungnya.

"Siapa lagi ini....aku tidak ada urusan denganmu, aku punya urusan dengan wanita sialan itu" umpat laki-laki itu pada Lisa.

"Tapi wanita yg baru saja kau umpat adalah istriku, jadi aku punya urusan denganmu saat ini" geram Jisung tanpa basa-basi memukul wajah laki-laki itu berkali kali tanpa ampun.
"Kenapa tidak membalas? Nyalimu tiba-tiba menciut dihadapan seorang laki-laki? Hanya berani memukul wanita apa ibumu tidak malu melahirkan pecundang sepertimu hah" bentak Jisung

"Jangan berkata buruk tentang ibuku" bentak laki-laki itu

"Kenapa aku tidak boleh mengumpat pada ibumu sedangkan kamu mengumpat pada ibu dari anakku" satu pukulan kuat dari Jisung mendarat di perut laki-laki itu hingga tersungkur dan memuntahkan banyak darah.

Laki-laki itu bukannya marah justru terkekeh kemudian terbahak.
"Apa kamu yakin itu anakmu? Hahahaha..."
"Kamu benar-benar yakin hanya kamu yg menidurinya? Lihat saja penampilannya, apa kamu benar yakin dia tidak pernah menari diatas tubuh telanjang laki-laki lain atau mengerang ketika laki-laki lain mengisi penuh miliknya huh?"

Jisung menatapnya penuh amarah dengan kedua tangan mengepal dan rahang yg mengeras.

Satu tangannya bergerak mengambil sesuatu yg tersimpan di pinggangnya dibalik kaos oversize yg Jisung kenakan.

Sebuah pistol dengan pelatuk yg sudah ditarik kini berada di genggaman tangan kanan Jisung mengarah pada laki-laki brengsek di hadapannya yg seolah menantang, laki-laki itu justru perlahan berdiri dengan smirknya.

"Kenapa marah? Kenapa wajahmu se-emosi itu? Apa aku benar? Benar bukan hanya dirimu satu satunya laki-laki yg pernah menidurinya?" Kalimat terakhir yg diucapkan laki-laki itu sebelum akhirnya tersungkur ke tanah dengan bersimbah darah.
















Laki-laki itu tersungkur ke tanah dengan posisi tengkurap dengan sebuah pisau belati menancap di punggungnya.

"Berisik....." lirih Lisa dengan tangan gemetaran dan tubuh yg terkena cipratan darah.

"Li...." Mata Jisung membelalak melihat Lisa melakukan semua itu, tangan Lisa yg menancapkan pisau belati di punggung laki-laki itu.











Snow (Lalisa-Park Jisung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang