Tentang ini agak panjang juga pembicaraan di antara para ulama, baik Bismillah di permulaan AL FAATIHAH atau Bismillah di permulaan sekalian Surat AL QUR’AN, kecuali pada permulaan Surat Baraah (AT TAUBAH). Yang menjadi perbincangan ialah, apakah Bismillah di permulaan Surat itu masuk dalam Surat atau di luar Surat?
Pembicaran tentang ini selanjutnya telah menjadi sebab perbincangan pula, wajibkah imam membaca Bismillah itu dengan jahar (suara keras) pada sembahyang yang jahar (Maghrib, Isya, dan Subuh), atau membaca dengan siir (tidak dikeraskan membacanya) melainkanAlhamdulillah selanjutnya saja? Atau tidak dibaca sama sekall, dan hanya langsung menjaharkan AL FAATIHAH?
Supaya lebih mudah peninjauan kita tentang perbedaan-perbedaan pendapat para sarjana keislaman itu, terlebih dahulu kita kemukakan titik-titik pertemuan. Semuanya tidak ada selisih bahwa Bismillahir-Rahmanir-Rahim itu memang ada tertulis dalam surat 27 (AN NAML) yaitu seketika Maharani Balqls, raja perempuan darl negeri Saba menerangkan kepada orang-orang besar kerajaannya bahwa dia menerima sepucuk surat dari Nabi Sulaiman yang ditulis:
“Dengan nama Allah yang Maha Pemurah, Maha Penyayang.”
Dan titik pertemuan paham mereka yang kedua ialah bahwa menurut ajaran Rasulullah SAW sendiri, sekalipun surat AL QUR’AN yang 114 Surat kecuali Surat Baraah (AT TAUBAH) semuanya dimulai menuliskannya denganBismillah itu selengkapnya, menurut yang tertulis di ayat 30 Surat AN NAML itu.
Maka Mushhaf pertama yang ditulis oleh panitia yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit atas perintah Khalifah pertama Saiyidina Abu Bakar itu adalah menurut yang diajarkan Nabi itu, pakai Bismillahdi awal permulaan Surat, kecuali Baraah (AT TAUBAH). Dan Mushhaf Saiyidina Usman bin Affan pun ditulis cara demikian pula. Semua pakai Bismillah, kecuali Baraah.
Tentang Bismillah ada di permulaan tiap-tiap surat, kecuali Surat Baraah atau AT TAUBAHtidaklah ada perselisihan Ulama. Yang diperselisihkan ialah terletaknya dipangkal Surat itu menjadikan dia termasuk dalam Surat itukah, atau sebagai pembatasnya dengan Surat-surat yang lainnya saja, atau dia menjadi ayat tunggal sendiri.
Golongan yang terbesar dari Ulama Salaf berpendapat bahwa Bismillah di awal Surat adalah ayat pertama dari Surat itu sendiri. Beginilah pendapat Ulama Salaf Mekkah, baik Fuqahanya atau ahli Qira’at; di antaranya ialah Ibnu Katsir dan Ulama Kufah, termasuk dua ahli Qira’at terkemuka, Ashim dan al-Kisaa-i. Dan sebagian sahabat- sahabat Rasulullah dan Tabi’in di Madinah. Dan Imam Syafi’i di dalam fatwanya yang jadid (baru), demikian pula pengikut-pengikut beliau. Dan Sufyan as-Tsauri dan Imam Ahmad pada salah satu di antara dua katanya. Demikian pula kaum al-Imamiyah (dari Syi’ah). Demikian pula dirawikan daripada Ulama sahabat, yaitu Ali bin Abu Thalib, Abdullah bin Abbas dan Abdullah bin Umar dan Abu Hurairah; dan Ulama Tabi’in, yaitu Said bin Jubair, Athaa’ dan az-Zuhri dan Ibnul Mubarak.
Alasan mereka ialah karena telah ijma seluruh sahabat-Rasulullah SAW dan yang datang mereka berpendapat bahwa Bismillah itu wajib ditulis dipangkal setiap Surat, kecuali dipangkal Surat AT TAUBAH. Dikuatkan lagi dengan larangan keras Rasulullah SAW memasukkan kalimat-kalimat lain yang bukan termasuk kepadanya, sehingga AL QUR’AN itu bersih daripada yang bukan wahyu.
Sedangkan kalimat Amin yang jelas-jelas diperintahkan membacanya oleh Rasulullah sehabis selesai membaca Waladh-dhallin, terutama di belakang imam ketika sembahyangjahar, lagi tidak boleh dimasukkan atau dicampurkan ke dalam AL QUR’AN, khususnya AL FAATIHAH, ketika menulis Mushhaf apatah lagi menambahkan Bismillahir-Rahmanir-Rahim di pangkal tiap-tiap Surat, kecuali Surat Baraah, kalau memang dia bukan termasuk surat itu.
Pendapat mereka ini dikuatkan lagi oleh sebuah Hadits yang dirawikan oleh Imam Muslim di dalam Shahihnya, yang diterima dari Anas bin Malik, Berkata Rasulullah SAW:
“Telah diturunkan kepadaku tadi satu Surat. Lalu beliau baca:
Bismilahir-Rahmanir-Rahim, sesungguhnya telah Kami berikan kepada
engkau sangat banyak, maka sembahyanglah engkau kepada Tuhan engkau dan hendaklah engkau berkorban sesungguhnya orang yang benci kepada engkau itulah yang akan putus keturunan.”Di dalam Hadits ini jelas bahwa di antaraBismillahir-Rahmanir-Rahim dibaca senafas dengan Surat yang sesudahnya. Di sini berlakulah suatu Qiyas, yakni pada Surat Inna A’thaina yang paling pendek, lagi beliau baca senafas dengan Bismillah sebagai pangkalnya, apatah lagi AL FATIHAH yang menjadi ibu dari segala isi AL QUR’AN. Dan apatah lagi surat-surat yang panjang-panjang.
Dan sebuah Hadits lagi yang dirawikan ad-Daruquthni dari Abu Hurairah, berkata dia: Berkata Rasulullah SAW:
“Apabila kamu membaca Alhamdulillah yaitu Surat AL FAATIHAH maka bacalah Bismilllahir-Rahmanir-Rahim, maka sesungguhnya dia adalah ibu AL QUR’AN dan Tujuh yang diulang-ulang, sedang Birmillahir-Rahmanir-Rahim adalah salah satu daripada ayatnya.”
Demikianlah pendapat dan alasan pendapat dari Ulama-ulama yang berpendirian bahwa Bismillahdi pangkal tiap-tiap Surat termasuk dalam Surat itu sendiri, bukan terpisah, bukan pembatas di antara satu surat dengan surat yang lain.
Tetapi satu pendapat lagi, Bismillahir-Rahmanir-Rahim di pangkal surat itu adalah ayat tunggal, diturunkan untuk menjelaskan batas atau pemisah, jangan tercampur-aduk di antara satu Surat dengan yang lain. Yang berpendapat begini ialah Imam Malik dan beberapa Ulama Madinah. Dan Imam al-Auza’i serta beberapa Ulama di Syam dan Abu Amer dan Ya’kub dari Bashrah.
Dan ada pula satu pendapat tunggal dari Imam Ahmad bin Hanbal, yaitu bahwa pada AL FAATIHAH sajalah Bismillahir-Rahmanir-Rahim itu termasuk ayat, sedang pada surat-surat yang lain tidak demikian halnya.
Oleh karena masalah ini tidaklah mengenai pokokakidah, tidaklah kita salah jika kita cenderung kepada salah satu pendapat itu, mana yang lebih dekat kepada penerimaan ilmu kita sesudah turut menyelidiki. Adapun bagi penafsir ini, terlepas daripada menguatkan salah satu pendapat, maka di dalam menafsir Bismilahir-Rahmanir-Rahimpada pembukaan AL FAATIHAH, kita jadikan dia ayat yang pertama, menurut Hadits Abu Hurairah yang dirawikan oleh ad-Daruquthni itu.
Dan tidak mungkin BismillahirRamanir-Rahim di muka AL FAATIHAH itu disebut sebagai satu ayat pembatas dengan Surat yang lain, karena tidak ada Surat lain yang terlebih dahulu dari pada Surat AL FAATIHAH.
Karena itu maka Bismillahir-Rahmanir-Rahim yang pada AL FAATIHAH inilah yang kita tafsirkan lebih luas, sedang Bismillah yang 112 Surat lagi hanya akan kita tuliskan terjemahannya saja. Sebab tentu saja membosankan kalau sampai 113 Bismillah ditafsirkan, dan 114 denganBismillah dalam surat Nabi Sulaiman kepada Ratu Balqis dalam Surat AN NAML itu. (HAMKA)
KAMU SEDANG MEMBACA
TAFSIR BUYA HAMKA JUZ 1 ALIF LAAM MIIM
SpiritualTafsir AL QUR'AN ini ditulis oleh Almarhum Prof. Dr. Syaikh Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah atau yang biasa dipanggil Buya HAMKA. Beliau adalah salah satu Alim Ulama besar di Indonesia, yang menulis tafsir ini saat Beliau dipenjara oleh Pe...