Sebagai kunci dari sabda-sabda mengenai Adam clan istrinya ini, maka berfirmanlah Tuhan selanjutnya.
وَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَ كَذَّبُوْا بِآيَاتِنَا
"Dan orang-orang yang kafir, dan mendustakan ayat-ayat Kami. " (pangkal ayat 39).
Yaitu yang tidak mau memperdulikan pesan-pesan yang telah diberikan Allah kepada Adam dan istrinya seketika mereka dilepas dari Jannah itu ke dalam dunia ini, sehingga orang-orang itu jatuh ke dalam perangkap setan iblis yang menjadi musuhnya turun temurun.
أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيْهَا خَالِدُوْنَ
"Mereka itulah penghuni neraka, yang mereka di dalarnnya akan kekal. " (ujung ayat 39).Dengan ayat ini sebagai pengunci kisah, terbentanglah dihadapan kita suatu petunjuk bahwa kita tidak akan berhenti berjihad, besungguh-sungguh, bekerja keras, bersemangat di dalam dunia ini. Kita sebagai turunan Adam telah diangkat menjadi khalifah Allah, menyambung tugas nenek moyang kita. Dan kita menghadapi satu kenyataan, yaitu di dalam melaksanakan tugas itu kita selalu diganggu dan diperdayakan oleh setan iblis.
Di sini pula kita mendapat suatu kesan yang mendalam tentang ajaran agama di dalam menentukan musuh kita. Kaum yang tidak bertuhan, atau kaum yang hendak mempertahankan kekuasaan kezaliman, selalu membesar-besarkan bahaya musuh dari luar, supaya rakyat lupa atau dipalingkan perhatian mereka dari kelemahan pemerintahnya.
Lalu dikatakan bahwa musuh yang besar itu ialah Kapitalis, Imperialis dan Kolonialis. Sampai-sampai kalau rakyat tadi telah lapar, habis dihisap darahnya oleh pemerintahnya sendiri, dikatakan juga bahwa sebab-sebab kesengsaraan itulah kaum Kapitalis dari luar.
Tetapi di dalam kehidupan beragama, diajarkan dan dititik beratkan sejak jaman dahulu bahwa musuh besar turun-temurun itu ialah iblis, atau setan. Yang kadang-kadang menjalar atau mengalir di dalam tubuh anak Adam, sebagaimana menjalar dan mengalirnya darahnya sendiri.
Oleh sebab itu di dalam agama orang diperintahkan menilik musuh terlebih dahulu di dalam dirinya sendiri, sebelum mengadakan propaganda besar-besaran menipu orang banyak, supaya menghadapkan perhatian ke luar diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAFSIR BUYA HAMKA JUZ 1 ALIF LAAM MIIM
SpiritualTafsir AL QUR'AN ini ditulis oleh Almarhum Prof. Dr. Syaikh Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah atau yang biasa dipanggil Buya HAMKA. Beliau adalah salah satu Alim Ulama besar di Indonesia, yang menulis tafsir ini saat Beliau dipenjara oleh Pe...