أَوْ كَصَيِّبٍ مِّنَ السَّمَاءِ فِيهِ ظُلُمَاتٌ وَرَعْدٌ وَبَرْقٌ يَجْعَلُونَ أَصَابِعَهُمْ فِي آذَانِهِم مِّنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِ وَاللَّهُ مُحِيطٌ بِالْكَافِرِينَ
“Nyarislah kilat itu menyambar penglihatan mereka;…” (pangkal Ayat 20).
Oleh karena mereka meraba-raba di dalam gelap, terutama kegelapan jiwa, maka kilat yang sambung-menyambung yang mereka takuti itu nyarislah membawa celaka mereka sendiri.
Demikianlah, bagi orang mukmin kilat itu tidak apa-apa. Mereka tahan melihat guruhnya dan melihat pancaran apinya yang hebat itu, tetapi simunafik menjadi kebingungan karena tidak tentu jalan yang akan ditempuh.
“…tiap-tiap kilat menerangi mereka, merekapun berjalan padanya;…” (tengah Ayat 20).
Mereka angsur melangkah ke muka selangkah, tetapi takut tidak juga hilang:
“…dan apabila telah gelap atas mereka, merekapun berhenti;…” (tengah Ayat 20).
Perjalanan tidak diteruskan lagi, karena mereka hanya meraba-raba dan merumbu-rumbu, sebab pelita yang terang tidak ada di dalam dada mereka, yaitu pelita iman.
“…dan jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia hilangkan pendengaran mereka dan penglihatan mereka;…” (tengah Ayat 20).
Artinya, sia-sia penglihatan dan pendengaran yang masih ada pada mereka, mudah sajalah bagi Allah menghilangkannya sama sekali, sehingga tamatlah riwayat hidup mereka di dalam kekufuran dan kesesatan, tersebab daripada sikap jiwa yang pada mulanya ragu-ragu, lalu mengambil jalan yang salah, lalu kepadaman suluh:
“…sesungguhnya, Allah atas tiap-tiap sesuatu, adalah Maha Kuasa.” (ujung Ayat 20).
Sebab itu berlindunglah kepada-Nya dari bahaya yang demikian. (HAMKA)
KAMU SEDANG MEMBACA
TAFSIR BUYA HAMKA JUZ 1 ALIF LAAM MIIM
EspiritualTafsir AL QUR'AN ini ditulis oleh Almarhum Prof. Dr. Syaikh Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah atau yang biasa dipanggil Buya HAMKA. Beliau adalah salah satu Alim Ulama besar di Indonesia, yang menulis tafsir ini saat Beliau dipenjara oleh Pe...