TAFSIR QS. (2) AYAT 73

23 0 0
                                    

فَقُلْنَا اضْرِبُوْهُ بِبَعْضِهَا

"Dan kami katakan : pukullah olehmu dengan sebagian daripadanya. " (pangkal ayat 73).

Apakah bangkai orang yang telah mati itu dipukul dari sebagian tubuh Iembu betina yang telah dipotong itu ? Atau apakah kuburnya ? Atau dengan bagian dalam sapi yang mana dipukul ? Kata setengah ahli tafsir dengan ekor lembu betina itu. Kata yang lain dengan tunjang kakinya, dan kata yang setengah dengan lidahnya. Yang mana. yang benar, tidaklah penting. Sebab kalau al-Qur'an sudah menyatakan sebagian daripada tubuhnya, sampailah dia kepada puncak kecukupan. Yang penting diperhatikan ialah lanjutan sabda Tuhan: 

كَذَلِكَ يُحْيِي اللهُ الْمَوْتَى وَيُرِيْكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَ 

°'Demikianlah Allah menghidupkan yang telah mati, dan memperlihatkan ayat-ayatNya supaya kamu berpikir. " (ujung ayat 73).

Patut juga kita ketahui serba sedikit penafsixan tentang ini. Menurut yang diriwayatkan oleh Abd bin Humaid, Ibnu Jarir, Ibnul Mundzir, lbnu Abi Hatim dan a1-Baihaqi dalam sunnahnya yang riwayatnya diterima dari Ubaidah as-Salmani, dipukulkan bagian badan lembu betina itu ke kubur orang yang mati terbunuh itu, lalu dia bangkit dari kuburnya, terus bercakap;

"Yang membunuh aku ialah anak saudaraku, karena mengharapkan warisanku, sebab aku tidak beranak, maka dialah yang berhak meraerima waris. Sebab itulah aku dibunuhnya. "

Sehabis bercakap itu dia jatuh kembali dalam keadaan semula, yaitu bangkai dan langsung dikuburkan kembali. Karena mendengar keterangan sejelas itu , maka anak saudaranya itu ditangkap dan dijalankanlah hukum qishash atas dirinya.

Dengan jalan penafsiran seperti inilah dipahamkan ujung ayat tadi, bahwa Tuhan Allah telah memperlihatkan kekuasaannya, ayat­ ayatNya; orang yang telah mati dapat dihidupkan kembali.

Dan Ibnu Abid-Dunya menyalinkan pula riwayat ini dalam kitabnya yang bernama Man 'aasy ba'dal mauti (orang yang hidup sesudah mati). 

Dari Ibnu Abibas. Tetapi kedua ayat ini dan riwayat yang lain, walaupun disalin oleh Imam as-Syaukani dalam tafsir beliau, beliau katakan tidak banyak faedahnya. Sebagai tadi kita salinkan. Sekarang kita nuqilkan lagi penafsiran Syaikh Muhammad Abduh untuk kita perbandingkan penafsiran yang lebih disandarkan kepada pengumpulan riwayat, dengan penafsiran yang lebih mempergunakan dirayat yaitu analisa.

Syaikh Muhammad Abduh menurut yang diriwayatkan oleh muridnya Sayid Rasyid Ridha di dalam Tafsir al-Manar berkata: 

"Telah aku katakan kepada tuan-tuan bukan sekali dua, bahwa wajiblah kita awas benar dengan kisah-kisah Bani Israil ini dan kisah-kisah Nabi­ nabi yang lain dan jangan Ickas percaya dari apa yang ditambah­ tambahkan atas al-Qur'an dari kata-kata ahli-ahli tarikh dan ahli-ahli tafsir. Orang-orang yang berminat besar kepada penyelidikan sejarah dan ilmu pengetahuan di jaman kini sependapat dengan kami , bahwa tidak boleh dipercaya saja barang sesuatu dari tarikh jaman-jaman lampau itu yang mereka namai Jaman Gelap, melainkan sesudah penyelidikan yang mendalam dan membongkar bekas-bekas kuno yang terpendam. Tetapi kita dapat memberi maaf ahli-ahli tafsir yang membumbui kitab-kitab tafsir dengan kisah-kisah yang tidak dapat dipercayai itu, karena maksud merekapun baik juga. Tetapi kita tidak boleh berpegang saja kepadanya, bahkan kita larang keras. Cukup jika kita berpegang saja dengan nash-nash yang seterang itu dalam al­Qur'an dan tidak pula kita lampaui lebih dari itu. Kita hanya suka mengambil untuk penjelasan jika penjelasan itu sesuai dengan bunyi al-Qur'an, apabila shahih riwayatnya."

Demikian keterangan Syaikh Muhammad Abduh.

Dengan jalan pikiran yang seperti ini niscaya kita hendak tahu bagaimana cara mereka menafsirkan ayat ini. Yaitu bahwa orang yang mati dihidupkan kembali dan Allah memperlihatkan ayat-ayatNya, artinya tanda kckuasaanNya.

TAFSIR BUYA HAMKA JUZ 1 ALIF LAAM MIIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang