TAFSIR QS. (2) AYAT 108

9 0 0
                                    

Setelah Allah memberikan ajaran sopan-santun kepada umat yang beriman, supaya mereka memilih kata-kata yang balk, yang tidak bisa disalah-artikan, dilanjutkan lagi sekarang supaya mereka jangan meniru perangai-perangai Bani Israil yang suka banyak tanya, banyak soal, yang bukan semata-mata untuk menghilangkan keraguan ;

أَمْ تُرِيْدُوْنَ أَنْ تَسْأَلُوْا رَسُوْلَكُمْ كَمَا سُئِلَ مُوْسَى مِنْ قَبْلُ

'Atau apakah kamu hendak bertanya kepada Rasul kamu sebagai telah ditanyai Musa di waktu dulu ?"(pangkal ayat 108).

Nabi s.a.w akan bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaan , dan mana yang musykil akan ditunggunya wahyu Ilahi memberikan penjelasan. Tetapi dapatlah dipahami bahwa dia pula orang yang datang bertanya hendak menyoal guru, hendak mengukur dalam dangkal  ilmu nya. Adapun yang bertanya karena hendak mencari helah dan memutar-mutar. Ada pula yang bertanya di hadapan orang banyak, supaya kelihatan bahwa dia orang istimewa.

Semuanya ini telah dilakukan oleh Bani Israil kepada Musa. Sekarang timbul pertanyaan kepada orang yang beriman, apakah kamu akan bertanya seperti itu pula kepada Nabi kamu Muhammad s.a.w. .

Apakah perangai demikian akan kamu contoh pula ? Maka dengan adanya pertanyaan secara demikian, jelas sajalah maksudnya bahwa orang yang beriman jangan menanya seperti Bani Israil kepada Musa a.s. itu terhadap Muhammad s.a.w Sebab perbuatan yang demikian nyatalah bukan timbul dari iman, melainkan dari perangai kufur juga adanya.

Jika datang perintah laksanakanlah dengan baik. Kalau tersangkut, pecahkan sendiri sangkutan itu, seakal-budimu. Kalau ada hal yang tidak dibicarakan, bukanlah itu karena lupa, melainkan disengaja untuk meringankan kamu.

Maka barang siapa yang masih juga menanya-nanya seperti pertanyaan Yahudi itu, berartilah dia menukar iman dengan kafir;

وَ مَنْ يَتَبَدَّلِ الْكُفْرَ بِالْإِيْمَانِ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيْلِ

'Dan barang siapa yang rnenukarkan dengan kekafiran akan iman itu, maka sungguh telah sesatlah dia dari jalan yang lurus ". (ujung ayat 108).

Sesat dari jalan yang lurus, lalu memilih jalan yang berbelit-belit dengan banyak  mengemu kakan pertanyaan, guna melepaskan diri, akhirnya tersesat kepada kufur, terlepas dari kebe naran, tenggelam dalam keingkaran. Dan memang kalau kita dalam masyarakat, kerap kali orang , yang banyak pertanyaan An adalah dengan maksud mencari jalan untuk melepaskan diri. Sekarang karena belum lepas dari rangka peringatan kepada kaum yang beriman ten - tang sikap menghadapi Ahlul-Kitab datang lagi ayat untuk menjelaskan lagi.

Tadi di ayat 105 sudah dijelaslcan bahwa Ahlul-Kitab dan musyrikin tidaklah bersenang hati kalau Allah menurunkan kebaikan kepada kaum yang beriman. Kalau mereka tidak senang atau tidak suka kaum beriman dianugerahi Allah kebaikan, apakah kiranya yang mereka senangi ?

وَدَّ كَثِيْرٌ مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّوْنَكُمْ مِّنْ بَعْدِ إِيْمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِّنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ مِّنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ

TAFSIR BUYA HAMKA JUZ 1 ALIF LAAM MIIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang