وَ إِذْ أَخَذْنَا مِيْثَاقَ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ لاَ تَعْبُدُوْنَ إِلاَّ اللهَ"Dan (ingatlah) tatkala Kami membuat jan ji dengan Bani Israil, supaya jangan mereka menyembah melainkan kepada Allah. "(pangkal ayat 83).
Inilah pokok pertama janji, dipusatkan kepada Tauhid, yang sampai sekarang masih terpancang dengan teguhnya dalam yang dinamai Hukum Sepuluh di dalam Taurat.
وَ بِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً
"Dan terhadap kedua ibu-bapak hendaklah berbuat baik. "
Inilah janji yang kedua; yakni sesudah menyembah Allah hendaklah berkhidmat, berbuat baik kepada kedua ibu-bapak. Karena dengan rahmat dan karunia Allah , kedua ibu-bapak telah menumpahkan kasih kepada anak, mendidik dan mengasuh. Terutama di waktu belum dewasa, tidaklah sanggup si anak menempuh hidup dalam dunia ini kalau tidaklah kasih sayang dianugerahkan Allah kepada ayah dan bunda.
وَ ذِي الْقُرْبَى
"Dan juga kepada keluarga yang hampir. "
Yaitu saudara, paman, saudara ayah dan saudara ibu, nenek laki-laki dan nenek perernpuan, pendeknya semua yang bertali darah.
Di bawah perlindungan Allah, seorang anak telah hidup dalazn asuhan ibu-bapak, di dalam rumah tangga yang berbahagia. Dan rumah tangga itu bertali-tali dengan keluarga yang lain, sehingga timbullah kekeluargaan besar, yang berupa suku, kabilah dan kaum. Maka tidaklah bisa seorang hidup sendiri dan hidup hanya dengan ibu-bapak atau dengan anak dan istri saja.
Semua ada pertaliannya. itulah yang membentuk masyarakat besar, berupa negeri dan negara. Maka memelihara hubungan yang balk dengan keluarga itupun menjadi salah satu janji penting Bani lsrail dengan Tuhan.
وَ الْيَتَامَى وَ الْمَسَاكِيْن
"Dan anak-anak yatim dan orang-arang miskin. "
Anak yatim, yakni anak yang telah kematian ayah di waktu la masih kecil, hendaklah pula dikasihi, diperlakukan dengan balk, diasuh dan dididik. Karena dengan kematian ayahnya, tidaklah sanggup ibunya saja mengasuhnya sendiri, apatah lagi bila ibu itu telah bersuami yang lain pula.
Seorang yang beragama hendaklah turut memikirkan anak yatim , turut memelihara dan mendidiknya. Kalau dia menerirna waris kekayaan besar dari ayahnya, maka tolonglah pelihara sehingga kekayaan pusakanya itu dapat dipergunakannya dengan baik setelah dia dewasa.
Apatah Iagi kalau dia miskin; sudilah berkurban buat dia, orang miskinpun janganlah sampai dibiarkan melarat. Hendaklah yang kaya memikirkan nasibnya, menolongnya.
Tolonglah usahakan dan carikan jalan supaya dia dapat berusaha pula melepaskan dirinya dari kemiskinan.
وَ قُوْلُوْا لِلنَّاسِ حُسْناً
"Dan hendaklah mengucapkan perkataan yang baik kepada sesama manusia. "Maka selain daripada sikap baik kepada ibu-bapak, kaum keluarga, anak-yatim dan fakir miskin, bercakaplah yang baik kepada sesama manusia. Bercakap yangbaik bukanlah berarti bermulut manis saja. Itulah sebagian dari yang balk. Tetapi yang baik adalah lebih sangat luas dari itu. Hendaklah menanam jasa kepada sesama manusia , memberi nasehat dan pengajaran; amar ma'ruf, nahi munkar. Menyuruh berbuat baik, melarang berbuat munkar, menegur mana yang salah. Kalau sudah nampak perbuatan yang salah, jangan didiamkan saja, tetapi tegurlah dengan pantas. Yang berpengalaman hendaklah mengajar yang bodoh. Yang kurang ilmu hendaklah menuntut kepada yang pandai. Sehingga bersama-sama mencapai masyarakat yang lebih baik.
وَ أَقِيْمُوا الصَّلاَةََ
"Dan dirikanlah sembahyang. "Untuk merapatkan hubungan dengan Tuhan Allah yang disembah itu, sebab sembahyang adalah ibadat. Sembahyang adalah satu usaha mematuhkan diri mendekati Tuhan, dan dengan sebab sembahyang maka segala janji janji yang tersebut tadi dapatlah dipegang teguh:
وَ آتُوا الزَّكَاةَ
"Dan keluarkanlah zakat. "
Jangan bakhil. Sebab zakat artinya ialah pembersihan.
Membersihkan hati sanubari daripada penyakit bakhil, membersihkan jiwa daripada diperbudak harta, dan membersihkan hubungan di antara yang kaya dengan yang miskin, sehingga timbul kasih-sayang yang mampu atas yang miskin dan timbul pula kasih sayang dan cinta yang miskin kepada yang mampu. Hapus rasa benci dari si kaya dan hilang rasa dendam dari si miskin.
Semua itulah janji yang telah diikat di antara Tuhan dengan Bani Israil, tercatat di dalam kitab Taurat , diperingat berulang-ulang oleh Nabi Musa a.s. dan Harun a.s. sebelum mereka meninggal dan diteruskan memperingatkannya oleh Nabi Yusya' a. s. seketika dia telah dilantik oleh Tuhan meneruskan pimpinan Bani Israil setelah kedua Nabi yang berjasa itu meninggal.
Tetapiثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ
"kemudian berpaling kamu. "
Satu demi satu janji itu kamu mungkiri. Perintah Allah dilanggar. Dia dipersekutukan dengan yang lain, kadang-kadang dengan harta dan kekayaan, pangkat dan kedudukan. Anak-anak telah banyak yang mendurhakai orang tua, kaum keluarga dekat sudah tak diperdulikan, sehingga silaturrahmi menjadi putus. Anak yatim dibiarkan terlantar, fakir miskin dibiarkan kelaparan, nasihat menasihat di antara sesama manusia tidak diperdulikan lagi, sehingga maksiat memuncak, sembahyang dilalaikan, zakat tidak keluar.
إِلاَّ قَلِيْلاً مِّنكُمْ
"Kecuali sedikit diantara kamu. "
Artinya sebagai juga terdapat dalam setiap agama, di antara yang durhaka masih ada yang insaf, tetapi sedikit. Katanya tak didengar orang lagi, malahan kadang-kadang dicemoohkan karena tidak pandai menyesuaikan diri;
وَ أَنْتُمْ مِّعْرِضُوْن
" padahal kamu tidak memperdulikan. " (ujung ayat S3).
Sehingga kebebasan agama itu telah hilang, hanya tinggal namanya.
Inilah yang diperingatkan Tuhan kepada Nabi kita Muhammad s.a.w, yaitu pada dasarnva agama yang dibawa Nabi Musa a.s. kepada Bani Israil itu adalah agama yang murni dan balk. Tuhan tidak menyia-nyiakan mereka, segala yang patut dikerjakan sudah dibuat menjadi janji. Maka jika sekarang, yaitu di jaman ayat turun , Bani Israil banyak yang ingkar, bukanlah karena agama mereka yang tidak lengkap, tetapi merekalah yang telah meninggalkan segala janji itu.
Niscaya ayat inipun menjadi kesan pulalah bagi umat Muhammad. Sebab janji Tuhan dengan Bani Israil itu , janji itu juga yang diulang kembali dengan kita. Intisari Agama Islam pun adalah itu; menyembah Allah Yang Tunggal, menghormati ibu-bapak , membela keluarga , membela anak-anak yatim dan fakir miskin , bersikap baik kepada sesama manusia , sembahyang dan berzakat. Dapatlah kiranya kita membanding-banding dengan hidup kita sendiri; sudahkah agaknya peringatan Tuhan tentang Bani Israil ini patut dijadikan peringatan bagi kita ? Apakah bukan kita telah berpaling ? Dan hanya tinggal sedikit yang setia memegang janji ?
Mari kita camkan. Supaya jangan seenaknya saja membawanya untuk Bani Israil, padahal ayatnya tinggal menjadi pusaka pedoman hidup kita.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAFSIR BUYA HAMKA JUZ 1 ALIF LAAM MIIM
SpiritualTafsir AL QUR'AN ini ditulis oleh Almarhum Prof. Dr. Syaikh Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah atau yang biasa dipanggil Buya HAMKA. Beliau adalah salah satu Alim Ulama besar di Indonesia, yang menulis tafsir ini saat Beliau dipenjara oleh Pe...