فَبَدَّلَ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا قَوْلاً غَيْرَ الَّذِيْ قِيْلَ لَهُمْ"Maka menggantilah orang-orang yang durhaka dengan kata-kata yang tidak diperintahkan kepada mereka. " (pangkal ayat 59).
Maka kata Hiththah yang berarti permohonan ampun kepada Ilahi, mereka ganti dengan kata lain, yaitu hinthah yang berarti minta gandum kepada Ilahi. Artinya bukanlah mereka merundukkan kepala dengan segala kerendahan hati kepada Tuhan, sebab negeri itu telah dapat ditaklukkan, melainkan hanya mengingat beberapa puluh karung gandumkah yang akan mereka dapat dengan merampas kekayaan penduduk yang ditaklukkan.
Meskipun memang demikian ditulis oleh setengah penafsir, tetapi yang terang ialah bahwa tidak mereka lakukan sebagai yang diperintahkan melainkan mereka merubah perintah Tuhan sekehendak hati, tidak sebenar-benar patuh jiwa mereka kepada disiplin Tuhan. Ada rupanya yang membuat langkah-langkah dan cara yang lain.
فَأَنْزَلْنَا عَلَى الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا رِجْزاً مِّنَ السَّمَاء بِمَا كَانُوْا يَفْسُقُوْن
"Lalu Kami turunkanlah atas orang-orang yang zalim itu siksaan dari langit, oleh karena mereka melanggarperintah. " (ujung ayat 59).
Maksud ayat ini sudah tegas, yaitu ada dalam kalangan mereka yang tidak setia menjalankan apa yang diperintahkan. Tidak menurut sebagaimana yang diinstruksikan. Disuruh tunduk, mereka menyombong. Disuruh memakai kata-kata yang berisi mohon ampun, mereka minta gandum. Disuruh makan baik-baik mereka makan dengan rakus. Padahal itulah pantang besar dalam perjuangan. Karena tentara adalah alat semata-mata dari panglima yang memegang komando.
Oleh karena mereka merubah-rubah perintah, maka mana yang merubah itu atau yang zalim itu mendapatlah siksaan dari langit. Dengan memperingatkan ini kembali kepada Bani Israil di jaman Nabi, terbukalah rahasia kebiasaan mereka, yaitu tidak tulus menjalankan perintah, dan bagi Nabi s.a.w sendiripun menjadi peringatan bahwa keras kepala adalah bawaan mereka sejak dari nenek-moyang mereka. Kalau kita lihat catatan sejarah Bani Israil ketika dibawa dan dibimbing Nabi Musa a. s. itu, la sendiripun kerapkali mencela mereka dengan memberi cap keras kepala, keras tengkuk dan sebagainya. Dan siksaan yang datangpun sudah bermacaam-macam terhadap yang salah.
Kadang-kadang ditenggelamkan, kadang-kadang disapu oleh bahaya sampar.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAFSIR BUYA HAMKA JUZ 1 ALIF LAAM MIIM
SpiritualTafsir AL QUR'AN ini ditulis oleh Almarhum Prof. Dr. Syaikh Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah atau yang biasa dipanggil Buya HAMKA. Beliau adalah salah satu Alim Ulama besar di Indonesia, yang menulis tafsir ini saat Beliau dipenjara oleh Pe...