TAFSIR QS (2) AYAT 6

114 3 0
                                    

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ

"Sesungguhnya orang-orang yang tidak mau percaya (kafir), sama saja atas mereka, apakah engkau beri peringatan kepada mereka, ataupun tidak engkau beri peringatan, namun mereka tidaklah akan percaya" (Ayat 6).

Pada Ayat-ayat yang tersebut di atas telah ditunjukkan bahwa orang yang akan bisa mendapat petunjuk ialah orang yang bertakwa, yaitu orang yang telah menyediakan dirinya buat percaya. Dia telah membuka hatinya untuk menerima petunjuk itu, sehingga selangkah demi selangkah, sesyarat demi sesyarat dapat mereka penuhi sehingga akhirnya beroleh buat meneruskan dengan amal: pertama amalberibadat sembahyang kepada Tuhan, keduaamal murah hati dan murah tangan memberi kepada sesama manusia. Tetapi orang yang kafir, sukarlah buat dimasuki oleh petunjuk itu.

Apa arti kafir ?

Arti yang asli daripada kufur, dan pembuatnya dinamai kafir, ialah menimbuni atau menyembunyikan, sehingga tidak kelihatan lagi.

Disebut di dalam AL QUR'AN sendiri, Surat AL HADIID (Surat 57, Ayat 20). Peladang yang menugalkan benih, menanamkan benih lalu menimbunnya dengan tanah, sehingga benih itu terbenam di dalam tanah dinamai orang kuffar.

كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ

"Sebagai hujan yang menakjubkan pertumbuhannya itu bagi si penanam" (Surat 57AL HADIID Ayat 20).

Di sini kita melihat arti yang dalam sekali dari kalimat kufur itu.

Yakni bahwa di dalam hati sanubari itu ada kesediaan buat menerima kebenaran, atau lebih tegas lagi di dalam hati tiap-tiap manusia itu ada tampang buat mengakui kebenaran. Tetapi oleh si kafir tampang yang bisa tumbuh dengan baik itu ditimbunnya, dikemukakan berbagai alasan kebenaran dengan berbagai cara, namun bagi mereka sama saja: tidak ada yang mereka terima. Mereka telah mengkafiri suara hati mereka sendiri.

Apa sebab orang menjadi kafir?

Orang menjadi kafir kadang-kadang ialah karenajuhud, yaitu meskipun seruan yang disampaikan kepada mereka itu tidak dapat mereka tolak kebenarannya, tetapi oleh karena mengganggu kedudukan dan perasaan tinggi diri mereka, maka kebenaran itu mereka tolak.

Banyak pemuka Quraisy di Mekkah tidak mau menerima peringatan Nabi Muhammad SAW melarang mereka menyembah berhala, atau memakan riba, karena keduanya itu amat bertali kedudukan mereka.

Pemuka-pemuka Yahudi di Madinah pun menolak kebenaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW bukan karena yang beliau serukan itu tidak benar, melainkan karena hasad atau dengki dan iri hati: Mengapa seorang Arab mengakui diri menjadi Rasul Allah, padahal Nabi dan Rasul itu hendaklah dari Bani Israil?

Raja Heraclius di Syam pernah menerima surat dari Rasulullah SAW mengajaknya memeluk Islam. Karena pandainya utusan yang membawa surat, hatinya menerima malahan tidak ada sikapnya yang menentang. Tetapi setelah dikajinya lebih mendalam kalau sekiranya dia masuk Islam, artinya ialah bahwa kedudukannya sebagai Raja akan terancam - karena dibantah keras oleh pendeta dan orang-orang besar kerajaan - diapun akhirnya menyatakan tidak akan menukar agamanya, hanya berkirim ucapan selamat saja kepada Rasulullah SAW.

Tetapi Kisra Abruiz (Raja Besar) Persia, demi dibacanya surat yang dikirimkan Nabi kepadanya, dengan murka dan kesombongan dia menyobek surat itu di hadapan utusan, padahal tingkah laku yang demikian sangat melanggar sopan santun kerajaan. Sebab dia memandang sangat tidak pantas orang Arab yang hina itu berkirim surat kepadanya sebagai orang yang sama kedudukan, padahal dia Raja Besar.

Itulah beberapa contoh sikap kekafiran yang telah disambutkan orang kepada Rasulullah SAW. Maka orang-orang yang seperti demikian, sama sajalah bagi mereka, apakah Nabi Muhammad SAW menyampaikan peringatan kepada mereka, ataupun tidak memberikan peringatan, namun mereka tidak akan percaya. (HAMKA)

TAFSIR BUYA HAMKA JUZ 1 ALIF LAAM MIIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang