TAFSIR QS (2) AYAT 128

47 0 0
                                    

:

رَبَّنَا وَ اجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ 
"Ya Tuhan kami! Jadikanlah kami keduanya ini orang-orang yang berserah diri kepada Engkau. "(pangkal ayat 128)Setelah rumah atau Ka'bah itu selesai mereka dirikan, maka mereka berdua pulalah orang yang pertama sekali menyatakan bahwa mereka keduanya: muslimaini Laka, muslimin kami keduanya kepada Engkau! Yang berpokok kepada kata-kata ISLAM yang berarti berserah diri. Berjanjilah keduanya balrwa rumah yang suci itu hanyalah untuk beribadat daripada orang-orang yang berserah diri kepada Allah, tidak bercampur dengan penyerahan diri kepada yang lain.

وَ مِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَ
"Dan dari keturunan-keturunan kamipun (hendaknya) menjadi orang-orang yang berserah diri kepada Engkau." Bukan saja lbrahim a. s. mengharapkan agar penyerahan dirinya dan puteranya Ismail a.s. kepada Allah, agar diterima Allah. Bahkan diapun mernohonkan kepada Allah agar cucu-cucu dan keturunannya yang datang dibelakangpun menjadi orang-orang yang berserah diri, menjadi or­ang-orang yang Muslim, atau ISLAM. Sehingga c:ocoklah dan sesuailah hendaknya langkah dan sikap hidup anak-cucu keturunannya dengan dasar pertama ketika rumah itu didirikan.

وَ أَرِنَا مَنَاسِكَنَا
"Dan tunjukkan kiranya kepada kami cara-cara kami beribadat. "

Cara­cara kami beribadat, kita artikan dari Manasikana. Setelah Ibrahim a.s. dan membawa juga nama puteranya Ismail a.s. mengakui bahwa Allahlah tempat rnereka berserah diri, dan telah bulat hati mereka kepada Allah, tidak bercampur dengan yang lain, dan diharapkannya pula kepada'hulran agar anak-cucu keturunannya yang tinggal di sekeliling rumah itu semuanya mewarisi keislaman itu pula, barulah Ibrahim a.s. memohonkan kepada Allah agar ditunjuki bagaimana caranya beribadat, yang disebut juga Manasik. Manasik bisa diartikan umum untuk seluruh ibadat, dan bisa pula dikhususkan untuk seluruh upacara ibadat haji.

Menurut riwayat yang dibawakan oleh Ibnu Abi Hatim dan Said bin Manshur yang diterima dari Muj ahid , bahwa permohonan Ibrahim a.s. agar Tuhan mempertunjukkan bagaimana cara-cara beribadat itu, datanglah Jibril. Mula-mulanya Jibril telah menuntunnya bagaimana memasang batu-batu sampai tegak menjadi dinding. Setelah selesai dibimbingnyalah tangan Ibrahim a.s. berjalan menuju Mina. Sampai ditempat yang sekarang dinamai Jamratul Aqabah itu (Aqabah boleh diartikan penghalang) kelihatanlah Iblis sedang bernaung di bawah sepohon kayu. Lalu Jibril menyuruh Ibrahim a.s.: " Takbirlah, dan lemparlah Iblis itu!" Lalu Ibrahim a.s. takbir sambil melempar Iblis itu. Iblispun pergi lalu menghambat lagi ditempat yang sekarang dinamai Jamratul Wustha. Lalu Ibrahim a. s. berbuat pula sebagaimana dibuatnya di Jamratul Aqabah tadi, dan demikian juga dibuatnya sampai di Jamrah yang ketiga.

Kemudian Jibril membimbing tangan Ibrahim a.s., lalu berjalan menuju Masy'aril Haram (Muzdalifah), kemudian itu berjalan terus ke Arafah. Sesampai di sana berkatalah Jibril:"Sekarang telah engkau kenal (arafta) ibadat-ibadat yang aku pertunjukkan kepada engkau itu." lbrahim a.s, menjawab: "Na'am" (Ya)!
"Sekarang sudahkah engkau kenal (arafta) ibadat-ibadat yang aku pertunjukkan itu?" Diulang itu oleh Jibril sampai tiga kali. Maka menjawablah Ibrahim a.s.: "Na'am!" (Ya, saya sudah kenal sekarang). Maka berkata pulalah Jibril: "Kalau demikian, mulailah engkau panggil manusia untuk mengerjakan haji." lalu Ibrahim a.s. bertanya:"Bagaimana caranya aku memanggil mereka?"Jibril menjawab: "Katakanlah, wahai sekalian manusia! Sambutlah seruan Tuhan kamu! Serukanlah demikian sampai tiga kali!" Lalu yang demikian itu dilakukan oleh Ibrahim a.s., maka menyahutlah hamba-hamba Al­lah: "SeruanMu telah hamba dengar ya Allah dan hamba segera melakukannya." (Inilah arti yang agak dekat dari kata-kata : Labbaika). Kata Mujahid seterusnya."Maka barangsiapa yang menyambut seruan Ibrahim di masa itu, akan jadi hajilah dia. "

Kita salinkan riwayat yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Said bin Manshur dari pada Tabi'in yang terkenal ini, yaitu Imam Mujahid, hanyalah sekedar untuk tafsir saja.

Satu riwayat pula daripada Ibnu Jarir dan diterimanya daripada Tabi'in Said bin al-Musayyab, yang diterimanya pula daripada Ali bin Abu Thalib, demikian bunyinya: "Setelah Ibrahim a.s. selesai membina Baitullah itu, berserulah dia kepada Allah: Ya Tuhanku! Telah aku kerjakan apa yang telah Engkau titahkan. Sekarang aku bermohon, pertunjukkanlah kepada kami, bagaimana caranya ibadat-­ibadat kami (Manasik kami). Maka diutus Tuhanlah Jibril, lalu dituntunnyalah Ibrahim a.s. mengerjakan haji."

Ada juga beberapa riwayat lain yang hampir sama isinya. Disebut juga gangguan syaitan ditengah jalan itu, sebagai keterangan Mujahid tadi. Ada juga riwayat lain dari Ibnu Khuzaimah dan at-Thabrani dan al-Hakim dan diakui shahihnya. dan al-Baihaqi di dalam Sya'bul lman, semuanya dari Ibnu Abbas. Dan ada juga riwayat lain dari Ahmad dan al-Baihaqi dan Ibnu Abi Hatim.

Dari sekalian riwayat ini dapatlah kita mengambil kesimpulan bahwasanya setelah selesai mendirikan Ka'bah, Ibrahim as. dituntun oleh Jibril, dengan perintah Tuhan, agar dia mengerjakan, haji. Dan Sunnah yang telah direntangkan oleh Nabi Ibrahim as. itulah yang diterima turun- temurun oleh manusia khusus nya anak-cucunya, sebagai pelopor pemberi contoh yang pertama, yaitu bangsa Arab, dan manusia pada umumnya yang percaya . Lantaran riwayat Mujahid yang kita salinkan di atas, bahwa Nabi Ibrahim menyeru manusia mengerjakan haji, timbullah suatu kepercayaan pada seterigah manusia, lalu mereka meniru Nabi Ibrahim as. mengipas-ngipas memanggil-manggil keluarganya yang dikampung supaya terseru pula naik haji.

Kalau perbuatan memanggil-manggil niengipas-ngipas serban ini dilakukan orang, karena memandangnya sebagai suatu ibadat, maka bid'ahlah perbuatan itu. Dan jika hanya karena iseng.-iseng saja, terserahlah kepada yang mengerjakan.

وَ تُبْ عَلَيْنَآ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ 
"Dan ampunilah kiranya kami, sesungguhnya Engkau adalah Maha Pengampun lagi Penyoyang. "( ujung ayat. 128).

Kita sudah maklum bahwasanya Rasul Allah adalah ma'shum, suci daripada dosa, terutarna dosa yang besar.Tetapi orang-orang yang telah mencapai derajat Iman yang sempurna sebagai Ibrahim a.s dan Ismail as, tidaklah berbangga dengan anugerah Allah kepada mereka dengan ma'shum itu. Nabi Ibrahim a.s memohonkan taubat untuk dirinya dan untuk anaknya ini, adalah suatu teladan bagi kita agar selalu ingat dan memohonkan ampun kepada Tuhan. Makna yang asal daripada taubat ialah kembali. Kita bertaubat kepada Allah. Dan Allah mengabulkan permohonan kita, dengan memakai perkataan 'Ala, yang berarti ke atas Kita mendaki menuju Allah, Dan Allah. menarik tangan kita ke atas. 

Nabi Isa alaihis salam yang ma'shum, setiap waktu memohon taubat kepada Tuhan, sehingga diriwayat kan oleh Imam Ghazali , bahwasanya beliau menyediakan bunga-karang (spons) untuk menghapus airmatanya , dan Nabi kita Muhammad s.a.w, mengatakan bahwa tidak kurang dari 70 kali sehari semalam beliau memohon ampun. Dengan demikian., bertambah suci manusia, bertambah pula mereka merasa kekurangan. Setelah selesai Ibrahim a.s. membina Baitullah itu dan selesai pula dia mengerjakan Haji dengan tuntunan Jibril sendiri, dan telah selesai dia menyerahkan diri, berdua dengan puteranya Ismail a.s. dan diharapkannya agar anak-cucunyapun menjadi orang-orang yang Mus­lim kepada Allah, maka akhirnya ditutupnyalah permohonannya dengan suatu permohonan lagi: 

TAFSIR BUYA HAMKA JUZ 1 ALIF LAAM MIIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang