أُولَٰئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلَالَةَ بِالْهُدَىٰ فَمَا رَبِحَت تِّجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ
“Mereka itulah orang-orang yang telah membeli kesesatan dengan petunjuk…” (pangkal Ayat 16).
Artinya, bahwa Nabi SAW telah datang membawakan hudan, petunjuk. Hati kecil mereka sebagai insan yang berakal mengakui bahwa petunjuk Tuhan yang dibawa Nabi itu adalah benar, tidak dapat dibantah.
Tetapi karena rayuan hawa-nafsu dan perdayaan setan-setan halus dan setan kasar, terjadilah perjuangan batin. Akan ikutilah kepada petunjuk itu atau akan tetap dalam kesesatan? Rupanya menanglah hawa-nafsu dan setan, kalahlah jiwa murni karena kelemahan diri.
Lalu diadakanlah pertukaran (barter): badan, petunjuk, diserahkannya kepada orang lain, dandhalalah, kesesatan, diambilnya buat dirinya. “Sebab itu tidaklah berlaba perniagaan mereka”. Awak sudah payah, resah gelisah siang dan malam “berniaga” pendirian, disangka gelas berlaba, rupanya pokok tua yang termakan.
Kalau sekiranya mereka lihatlah wajah mereka dalam kaca pada waktu itu, tentu akan nampaklah kening yang telah mulai berkerut dan muka yang selalu kusut, sebab hati yang selalu gelisah. Kadang-kadang timbul, pertanyaan dalam hati apa hasilnya yang telah aku kerjakan. Usiaku telah habis, tenagaku telah punah, aku halangi kebenaran dalam pertumbuhannya namun dia berkembang juga, dan aku sendiri tidak tentu rebah tegaknya.
Orang aku olok-olokkan dan aku cemoohkan, namun dia langsung juga, sedang aku hanya berdiri di tepi jalan. Aku menggonggong laksana anjing menggonggong terhadap kafilah lalu tengah malam, namun gonggonganku hilang dalam suasana malam dan kafilah itu jalan terus.
“…Dan tidaklah mereka dapat pimpinan” (ujung Ayat 16).
Bagaimana mereka akan dapat pimpinan? Padahal pimpinan itulah yang mereka tentang selama ini? Padahal Muhammad SAW itulah yang pimpinan. Lain dari itu tidak ada pimpinan lagi. Dan kebenaran hanya satu, di luar kebenaran adalah batil. Kalau mengelak dari pimpinan Wahyu, akan mengambil juga pimpinan yang lain, yaitu pimpinan untuk terus sesat. Itulah pimpinan setan. (HAMKA)
KAMU SEDANG MEMBACA
TAFSIR BUYA HAMKA JUZ 1 ALIF LAAM MIIM
SpiritualTafsir AL QUR'AN ini ditulis oleh Almarhum Prof. Dr. Syaikh Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah atau yang biasa dipanggil Buya HAMKA. Beliau adalah salah satu Alim Ulama besar di Indonesia, yang menulis tafsir ini saat Beliau dipenjara oleh Pe...