TAFSIR QS (2) AYAT 129

165 5 1
                                    


رَبَّنَا وَ ابْعَثْ فِيْهِمْ رَسُوْلاً مِّنْهُمْ
"Ya Tuhan kami ! , Bangkitkanlah di antara mereka itu seorang Rasul dari mereka sendiri." (pangkal ayat 129).

Di dalam beberapa ayat disebut bahwa salah satu bawaan budi Nabi Ibrahim a.s. itu ialah awwaah, artinya penghiba, amat halus perasaan, tidak tega hati. Dan perasaan beliau yang halus itu terdapat di dalam nama beliau sendiri, yaitu Ibrahim.

Menurut keterangan al-Mawardi, dan dikuatkan pula oleh catatan Ibnu Athiya, Ibrahim itu adalah bahasa Suryani, yang rumpun asalnya bersamaan dengan bahasa Arab. Dia adalah gabungan di antara dua kalimat, yaitu Ib dan Rahim. Ib sama artinya dengan Abun dalam bahasa Arab, yang berarti bapak atau ayah. Rahim dalam bahasa Suryani sama artinya dengan Rahim dalam bahasa Arab, yang berarti penyayang. Jadi Ibrahim artinya ialah ayah yang penyayang.

Maka ayah yang penyayang ini tidaklah merasa puas dengan menyatakan menyerahkan dirinya bersama puteranya Ismail a. s. saja kepada Allah, menjadi Muslimaini Laka (berdua menyerahkan diri kepada Engkau), rnalahan dimohonkannya pula anak-cucunya, sehingga tetaplah terpelihara Rumah Allah atau Ka'bah itu, jangan sampai menjadi rumah-rumah tempat berhala. Tetapi ayah yang penyayang itu rupanya amat jauh pandangannya ke zaman depan, berkat tuntunan Tuhan. Tidak puas hanya memohon anak-cucunya menjadi Islam semua, bahkan beliau memohonkan pula agar di antara anak dan cucunya itu dikemudian hari dibangkitkan seorang yang menjadi Rasul Allah: 

يَتْلُوْ عَلَيْهِمْ آيَاتِكَ 
"Yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau." 
Yaitu perintah-perintah Ilahi untuk memupuk dasar yang telah ditinggalkan oleh beliau di dalam mengakui keesaan Tuhan.

وَ يُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَ الْحِكْمَةَ
"Dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmat." 
Kitab ialah kumpulan daripada wahyu-wahyu yang diturunkan Ilahi, yang bernama al-Qur'an itu, dan hikmat ialah kebijaksanaan di dalam cara menjalankan perintah, baik di dalam perkataan dan perbuatan atau sikap hidup Nabi itu sendiri yang akan dijadikan contoh dan teladan bagi umatnya .. 

وَ يُزَكِّيْهِمْ
"Dan yang akan membersihkan mereka." 
Baik avat-ayat, ataupun kitab itu, ataupun hikmat kebijaksanaan yang dibawakan oleh Rasul itu adalah maksudnya rnembersihkan mereka seluruhnya. Bersih daripada kepercayaan yang karut-marut, syirik dan menyembah berhala, dan bersih pula kehidupan sehari-hari daripada rasa berici, dengki, khizir dan khianat. Yuzakkihim , untuk membersihkan mereka pada rohani dan jasmani. Sehingga dapat membedakan mana kepercayaan yang kotor dengan yang bersih. Kebersihan itulah yamg akan membuka akal dan budi, sehingga selamat dalam kehidupan . Itulah pengharapan Nabi lbrahim a.s. kepada Allah, yang ditutupnya dengan ucapan: 

إِنَّكَ أَنْتَ العَزِيْزُ الحَكِيْم
"Sesungguhnya Engkau, adalah Maha Gagah, lagi Maha Bijaksana." (ujung ayat 129).

Kepada Allah yang satu di antara sifatNya ialah Aziz, yaitu Maha Gagah, Ibrahim a. s. telah nzenggantungkan pengharapan kepada Al­lah di dalam sifat kegagahanNya itu, bahwa meskipun betapa besarnya rintangan dan halangan akan bertemu di dalarn perjalanan sejarah, namun kehendak Allah mesti terjadi. Tetapi di samping sifat Gagah Perkasa itu Tuhanpun mempunyai sifat Bijaksana; yaitu bahwa kehendakNya mesti berlaku, tetapi menurut arah jalan yang masuk di akal dan mengagumkan.

Maka apabila kita ketahui betapa perjalanan sejarah di antara zaman Nabi Ibrahim a.s. dengan zaman Nabi Muhammad s.a.w, sebagai pelaksanaan Allah atas permohonan Nabi Ibrahim a.s. itu, memang bertemulah betapa hebatnya Kegagah-perkasaan Tuhan dan BijaksanaNya, sehingga Rasul yang diharapkan itu akhirnya datang juga. 

Setumpuk Tanah Hejaz itulah yang dengan kebijaksanaan Tuhan tidak sampai dimasuki oleh tentara penakluk, sehingga tidak pernah merasai bila bencana penjajahan. Di sebelah Utara beberapa orang penakluk yang besar telah bertindak semau­-mau, sejak Nebukadneshar raja Babil, sampai Cyprus raja Persia, sampai kemudiannya datang Iskandar Macedonia, sampai pula kepada Julius Caesar dan Antonius, namun Tanah Hejaz dan khususnya Mekkah itu, tidaklah sampai mereka injak. Menurut kebijaksanaan Tuhan , tanah itu dijadikan tanah kering gersang, sehingga penakluk memandang tidak perlu datang ke sana. Setelah Abrahah wakil raja Habsyi mencoba hendak menaklukkannya dan meruntuhkan Ka'bah yang suci itu, dengaar gagah-perkasaNya pula Allah 'I'a'ala membinasakan dan meng-hancurkan tentara Abrahah itu dengan mengirim burung Ababil.

Keturunan Ibrahim a.s. terbagi dua yaitu Bani Ismail yang menurunkan Arab Musta'ribah, berkedudukan dibagian Selatan dan Barat. Keturunannya yang secabang lagi adalah yang diturunkan daripada Ya'qub a.s. anak Ishaq, yang disebut Bani Israil, diberi kedudukan disebelah Utara, daerah Mesopotamia. Dari antara Bani Israil banyak diturunkan Nabi-nabi dan Rasul, tetapi dengan karunia Allah, dari keturunan Bani Ismail itulah diturunkan Rasul Akhir Zaman, Muhammad s.a.w mengabulkan permohonan nenek-andanya Ibrahim a.s. itu.

Dernikianlah beberapa kesimpulan yang kita tarik daripada ayat­-ayat ini, peringatan tentang asal mulanya negeri Mekkah dijadikan Tanah Hararn yang aman, tempat manusia berkumpul dan asal mulanya Ibrahim a. s. dibantu oleh puteranya Ismail a. s. diperintahkan membangun Ka'bah. Sampai kelak dari dekat Ka'bah itulah beribu tahun kemudian dibangkitkan seorang Rasul, Muhammad s.a.w menjadi Rasul Penutup, membawa ayat dan Kitab dan Hikmat dan tuntunan kesucian, hingga terkabul doa Ibrahim a.s..

Di dalam Kitab-kitab Tafsir bertemu juga riwayat-riwayat lain yang lebih panjang dari yang kita salinkan dan kita kupaskan ini, dan kita sambungkan dengan beberapa sejarah. Ada tersebut bahwasanya Ka'bah yang didirikan Nabi Ibrahim a. s. itu adalah menurut contoh dari Ka'bah lain, terletak dilangit yang keempat, bernama Baitul Ma'mur, persis terletak di langit bertentangan dengan Ka'bah yang di Mekkah itu. Dan tersebut pula di dalam satu riwayat bahwasanya Ka'bah itu didirikan oleh Nabi Adam setelah beliau turun kedunia, setelah dia bertemu dengan isterinya Hawa di Padang Arafah. 

Tengah Padang itu diberi nama Arafah, sebab di sana Adam dan Hawa kami kenal mengenal kembali. Kata riwayat itu pula, setelah terjadi taufan Nabi Nuh , K.a'bah buatan Nabi Adam itu diangkat Tuhan kelangit , sehingga dasarnya tinggal ; diatas dasar itulah Ibrahim a.s. mendirikan Ka'bah yang baru. Dan tersebut pula bahwasanya Hajarul Aswad (Batu Hitam) yang tertempat di dinding Ka'bah sekarang itu asal mulanya daripada batu Yaqut yang sangat putih, datang dari dalam surga. Tetapi lama kelamaaaz menjadi hitarn karena d ipegang oleh tangan manusia yang berdosa .

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 12, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TAFSIR BUYA HAMKA JUZ 1 ALIF LAAM MIIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang