وَ قَالَ الَّذِيْنَ لاَ يَعْلَمُوْنَ لَوْلاَ يُكَلِّمُنَا اللهُ أَوْ تَأْتِيْنَا آيَةٌ"Dan berkata orang-orang yang tidak berpengetahuan itu: Mengapa tidak bercakap-cakap Allah itu dengan kita, atau datang kepada kita satu tanda?" (pangkal ayat 118).
Selain dari mengatakan bahwa Tuhan Allah beranak, satu waktu datang lagi kepada Rasulullah s.a.w suatu usul, yaitu kalau memang Tuhan Allah itu ada dan Maha Kuasa, mengapa Allah itu tidak datang bercakap-cakap dengan mereka, atau Tuhan membuktikan bahwa Dia ada dengan rnenunjukkan suatu tanda. Dipangkal ayat sudah dinyatakan bahwa usul seperti ini timbulnya ialah daripada orang orang yang tidak berpengetahuan. Kalau orang itu berilmu, berpikir mendalam, tidak mungkin timbul usul seperti itu.
Di dalam Surat al-Isra' (Surat 17) yang turun di Mekkah, sudah dilukiskan pula permintaan-permintaan yang tidak-tidak itu. Mereka minta adakan mata air dari bumi (ayat 90), atau kebun indah mempunyai sungai rnengalir, terjadi sendirinya (ayat 91), atau runtuhkan langit (ayat 91), atau Tuhan Allah turun kedunia diiringkan oleh Malaikat (ayat 92), atau dirikan sebuah rumah tempat tinggal Nabi Muhammad sendiri yang berlapis emas (ayat 93).Maka di sambungan ayat Tuhan bersabda:
كَذَلِكَ قَالَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِم مِّثْلَ قَوْلِهِمْ
"Seperti itu jugalah kata-kata orang-orang yang sebelum mereka, seperti kata mereka itu pula. "
Artinya usul kaum musyrikin Arab atau Yahudi yang sekarang, meminta supaya Tuhan Allah bercakap dengan mereka, bukanlah usul datang sekarang saja. Umat-umat yang dahulupun meminta demikian pula. Umat Nabi Musa mengemukakan berbagai permintaan kepada Musa a. s.; setengah permintaan itu dikabulkan Tuhan, namun mereka tetap keras kepala dan yang kafir bertambah kafir juga. Umat Nabi Shalih a. s meminta didatangkan seekor unta sebagai mukjizat: Unta itu didatangkan, tetapi mereka langgar janji dan mereka bunuh unta itu.
Maka datanglah sambungan ayat:
تَشَابَهَتْ قُلُوْبُهُمْ
"Bersamaan hati mereka."
Baik Yahudi yang dahulu atau Yahudi yang sekarang, atau umat yang dahulu atau musyrikin yang sekarang, namun hati mereka sama saja. Yaitu kekufuran kepada Allah menyebabkan timbulnya berbagai usul yang tidak-tidak, yang bercakap asal bercakap.
Sepintas lalu timbul pertanyaan: "Apakah permohonan mereka itu tidak akan dikabulkan Tuhan ?" Tuhan telah menjawab, dengan ujung ayat:قَدْ بَيَّنَّا الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يُوْقِنُوْنَ
"Sesungguhnya telah Kami jelaskan ayat-ayat itu kepada kaum yang yakin. " (ujung ayat 118).
Bagi orang yang yakin ayat-ayat itu sudah nampak. Tidak perlu lagi menurunkan ayat baru. Tidak perlu lagi tercipta di tengah padang belantara sebuah istana indah berlapis emas dan ratna-mutumanikam lalu tercipta lagi taman sari indah-berseri, sungai mengalir laksana ular gelang; tidak perlu lagi ayat-ayat yang lain yang diminta itu. Sebab bagi orang yang yakin segala yang nampak ini adalah ayat belaka:
Dan pada tiap-tiap sesuatu adalah tanda bagiNya;yang menunjukkan bahwa Dia Esa adanya.
Orang-orang yang yakinpun telah bercakap-cakap dengan Allah di dalam munajatnya, di dalam doanya, di dalam sembahyangnya yang khusyu', dan di dalam segala tingkah-laku perbuatannya. Dia selalu merasai bahwa dirinya tidak lepas dari tilikan Tuhan. Tetapi orang-orang yang bodoh, walaupun berapa banyaknya terbentang di hadapan matanya, tidak juga dia akan yakin.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAFSIR BUYA HAMKA JUZ 1 ALIF LAAM MIIM
SpiritualTafsir AL QUR'AN ini ditulis oleh Almarhum Prof. Dr. Syaikh Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah atau yang biasa dipanggil Buya HAMKA. Beliau adalah salah satu Alim Ulama besar di Indonesia, yang menulis tafsir ini saat Beliau dipenjara oleh Pe...