TAFSIR LENGKAP QS (2) AYAT 13

64 1 0
                                    

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آمِنُوا كَمَا آمَنَ النَّاسُ قَالُوا أَنُؤْمِنُ كَمَا آمَنَ السُّفَهَاءُ أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَٰكِن لَّا يَعْلَمُونَ

Dan apabila dikatakan orang kepada mereka:‘Berimanlah sebagaimana telah beriman manusia (lain)’, mereka jawab: ‘Apakah kami akan beriman sebagaimana berimannya orang-orang yang bodoh-bodoh itu ?’ Ketahuilah, sesungguhnya mereka itulah yang bodoh-bodoh, akan tetapi mereka tidak tahu” (Ayat 13).

Inilah rahasia pokok. Merasa diri lebih pintar. Merasa diri turun derajat kalau mengakui percaya kepada Rasul, sebab awak orang berkedudukan tinggi selama ini, baik pemuka-pemuka Yahudi atau Abdullah bin Ubai dan pengikutnya.

Mereka memandang bahwa orang-orang yang telah menyatakan iman kepada Rasulullah itu bukanlah dari golongan orang-orang yang terpandang dalam masyarakat selama ini. Apa mereka tahu! Anak-anak kemarin! Belum ada kedudukan mereka dalam masyarakat!

Mereka tidak hendak menilai apa artinya beriman, yang mereka nilai hanya kedudukan dari orang-orang yang telah menyatakan iman. Mereka pandang bahwa orang-orang yang menjadi pengikut Muhammad itu hanyalah orang bodoh-bodoh, sedang mereka orang pintar-pintar, lebih banyak mengerti soal agama, sebab mereka mempunyai Kitab Taurat.

Kesombongan beginilah di jaman dahulu kala yang menyebabkan umat Nabi Nuh menentang Nabi Nuh. Mereka merasa pakaian mereka kotor kalau duduk bersama-sama dengan orang-orang yang telah percaya lebih dahulu kepada Nabi Nuh.

Maka bagi kaum munafik Yahudi ini kepintaran mereka dalam soal agama tidak lagi untuk diamalkan, tetapi untuk dimegahkan. Tetapi mereka sendiri tidak dapat bertindak apa-apa. Di antara mereka sama mereka pecah pula, sebab hendak atas mengatasi kepintaran. Lantaran sikap jiwa yang demikian, apakah yang dapat mereka perbuat selain dari mencemooh? segala yang dikerjakan orang salah semua. Tetapi mereka sendiri tidak dapat berbuat apa-apa.

Kadang-kadang tentu keluar perkataan mereka mencela pribadi orang. Misalnya mereka katakan ajaran Muhammad itu ada juga baiknya. Sayangnya pengikutnya banyak si anu dan si fulan.

Padahal misalnya orang-orang yang mereka cela dan mereka hinakan itu keluar dan  mereka masuk, merekapun tidak akan dapat berbuat apa-apa selain daripada mengemukakan rencana-rencana dan rancangan, tetapi orang lain yang disuruh mengerjakan. Karena mereka sendiri tidak mempunyai kesanggupan. Mereka mencap semua orang bodoh, tetapi mereka tidak mengerti akan kebodohan mereka sendiri.

Analisa atau pengupasan jiwa seperti ini ditinggalkan oleh AL QUR’AN untuk kita, supaya kita umat yang datang di belakang dapat pula mengambil pedoman. Di kalangan kitapun kadang-kadang dengan tidak disadari timbul pula penyakit jiwa yang semacam ini, dari orang-orang yang menyebut dirinya alim dalam hal agama atau sarjana dalam ilmu pengetahuan.

Pengetahuan mereka tentang macam kitab atau textbook thinking mereka, dijadikan ukuran untuk menghambat kemajuan berfikir. Mereka hanya taqlid kepada yang tertulis dalam kitab, tetapi mereka tidak meninjau bagaimana perkembangan yang baru dalam masyarakat. Sebab itu mereka menjadi munafikMunafikdengan jiwa yang sakit. (HAMKA)

TAFSIR BUYA HAMKA JUZ 1 ALIF LAAM MIIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang